18 September 2013

Disewakan

#Gambar Bercerita


Sabar, nak
*bapakne mumet
---

Ncip | Ngobaran - Gunung Kidul
08/12/2012 | 14:15
Kodak Easyshare M5350


Read More

Salah Admin

#Semua Umur

Sesuatu yang sudah jadi asumsi memang sulit untuk diperbaiki.

Contohnya waktu aku ajuin permintaan staf tambahan untuk posisi admin IT. Spesifikasi skillnya sudah aku tulis dengan jelas di situ. Tapi tetap saja bagian rekrutmen sering lupa dan menganggapnya sama dengan admin di unit kerja lain.

Di sini istilah admin digunakan untuk nyebut staf yang statusnya semacam pembantu umum. Biasanya diisi oleh tenaga fresh graduate yang tugasnya sekedar ngetik dan menangani administrasi ringan.

Jadilah aku bolak-balik nolak pelamar karena yang aku butuhkan adalah admin jaringan. Minimal ngerti jaringan komputer dan yang paling penting siap kerja di ketinggian. Ketinggian tower maksudnya ya... 
#bukan ketinggian gajinya...


Salah paham semacam ini bukan milik orang-orang hutan saja. 

Teman di Jogja yang di sekolah pinternya tujuh turunan saja pernah salah alamat. Terlalu fokus belajar sampe lupa cari informasi yang lain-lain. Pada waktu browsing lowongan kerja, asal ada kata berbau keuangan langsung kirim lamaran. 

Sampai suatu hari dia cerita ada panggilan dari perusahaan sekuritas. Aku iyakan saja walau rada bengong mendengarnya.

Sorenya ketemu lagi, eh dianya malah misuh-misuh. 
Aku tanya, "ga diterima..."
"Diterima sih..."
"Kenapa lu ngomel..?"
"Semprul ah. Kirain ngurusin saham, malah satpam..."
"Whoaaat..???"

Suer aku baru ngerti kalo perusahaan sekuritas itu jualan saham
Makanya tadi bengong nyangka dia mau ndaptar satpam
#mondol...


Intinya
Mengoreksi asumsi umum memang agak susah. Namanya juga salah kaprah. Mencoba meluruskan, resikonya akan dianggap tidak lumrah. Ayuu redeee..?



Read More

17 September 2013

Tukang Pijat

#Bimbingan Orang Tua

Sudah seminggu lebih tak ada kerjaan yang menguras keringat. 

Secara teori harusnya aku seneng ga terlalu cape. Namun dalam prakteknya, kelamaan tak gerak badan adalah musibah. Ketika tiba musimnya kerja keras, dijamin malamnya ga bisa tidur badan pegel semua. Perlu adaptasi fisik lagi barang tiga hari sampai tubuh siap kerja rodi.

Badanku memang agak manja kebawa kebiasaan lama. Kerjaan jadi kuli kasar, di sebelah rumah ada dukun bayi yang pinter mijat dengan tarif murah. Mbah Painem kalo mijit bisa dua atau tiga jam dan aku cukup keluar duit 5 ribu perak ditambah segelas kopi dan beberapa batang rokok.

Di sini mah repot...
Kalo pengen pijat musti ke Asthon Tanjung. Tinggal pilih mau Javanese, Sundanese atau Japanese Massage dengan tarif 250 - 400 ribu untuk satu jam di luar tips. Namun untuk ke sana perlu perjalanan antar propinsi selama 2 jam. Jadi begitu balik ke mess dijamin badan sudah kembali pegel.

Enakan di Jogja
Dulu aku jadi pelanggan panti pijat Djemari dengan tarif 60 ribu untuk satu jam. Tempatnya nyaman dan aroma terapi di setiap ruangannya beneran bikin rileks. Dipanggil ke rumah juga bisa, cuma nambah 15 ribu doang.

Di sana aku punya pemijat favorit namanya neng Susy. Sampe kemudian ibue kasih penalty, boleh pijat tapi panggil ke rumah. Ga masalah, malah praktis tak perlu keluar rumah.

Pas badan kerasa pegel, aku nelpon ke Djemari pesen neng Susy. Ternyata si eneng yang aku maksud sudah pindah ke cabang lain. Kastamer serpisnya nawarin tukang pijat lain katanya bernama Susy juga. 

Aku okein aja. 
Asal mijatnya enak apalah artinya sebuah nama.

Eh, yang datang cowok dan mengenalkan diri sebagai Joko. Aku tanya katanya yang dikirim namanya Susy, dengan damai beliau jawab, "nama saya Joko Susyanto, pak..."

Ya sudahlah...
Sejak saat itu aku tak pernah ke tukang pijat lagi. Tiap kali badan pegel-pegel, aku minta tolong ibue Ncip suruh mijit. 

Memang gratis sih. Tapi ya gitu deh... 
Mijit paling 10 menit, sudah gantian minta dipijit...


Intinya
Ternyata nyantai itu tak selamanya enak
Dan jauh dari tukang pijit ternyata lebih tak enak lagi...


Read More

16 September 2013

Miss Yu

#Dewasa

Jurnal ini bermuatan SARA. 
Yang merasa tak mampu berpikir terbuka, silakan dilewat saja ya...
---

Sejak awal orang sibuk kasak-kusuk tentang Miss World, aku tak pernah tertarik mengikuti. Tapi kontroversi hati mendadak terjadi waktu cari-cari gambar di Google tanpa sengaja nemu foto ini...

Pamflet Miss World Muslimah

Aku pikir keren juga bisa bikin acara tandingan. Tapi setelah dipikir lebih jauh, rasanya kok dodol amat ya. Jadi kelihatan ketidakkonsistenan saudara-saudara kita yang getol demo menolak Miss World Bali.

Aku ambil contoh foto demo dari web Tribun News.

Demo anti Miss World

Alasan mereka menolak Miss World adalah eksploitasi perempuan. Aku ga ngerti definisi eksploitasi ala mereka itu seperti apa. Kalo di tempat kerjaku sih artinya ngegarukin tanah buat ambil batubaranya. 

Okelah, anggap saja definisinya tentang pamer kecantikan perempuan baik luar maupun dalam.

Miss World punya tagline 3B yaitu brain, beauty and behavior. Sedangkan Miss World Muslimah pake 3S yaitu smart, sholehah and stylish. Kayaknya tak beda jauh tuh. Brain identik dengan smart, beauty mirip stylish dan behavior beda-beda dikit dengan sholelah.

Cerdas kayaknya sudah jadi syarat standar kebanyakan kompetisi. Ini tentang habluminanas yang gampang dimengerti. Sholehah ini yang aku agak sulit mencerna bagaimana cara juri menilainya. Yang aku tahu, tingkat ketakwaan manusia itu tak bisa dinilai oleh manusia lain dan menjadi hak prerogatif Tuhan.

Kemudian stylish ini apa sih..?
Kembali ke tentang penampilan kah.?
Perempuan dibuat secantik mungkin untuk dipajang dan dinilai secara glamour. Walau dibalut pakaian muslim, apa bukan termasuk eksploitasi juga..? 

Kalo isinya sama cuma beda di pakaian doang, untuk apa diperdebatkan..?

Coba lihat kenyataan dengan pikiran jernih. Apa yang terjadi dengan tren busana muslim saat ini mirip dengan kasus yang aku tulis dalam jurnal Capitalislam kemarin. Orang Islam cuma jadi obyek bisnis kapitalis dengan syariah sebagai alat marketingnya.

Sekali-kali tak ada salahnya jalan-jalan ke Tanah Abang. Memang banyak orang muslim yang bermain di situ seperti Rony Yuzirman dkk. Tapi lihatlah siapa pemegang gurita industri busana muslim terbesar di sana. Orang kita juga kah..?

Eksploitasi

Miss World juga dikatakan tidak sesuai dengan budaya bangsa. 
#Budaya yang mana..?

Bangsa ini begitu majemuk. Makanya dipakai falsafah Bhinneka Tunggal Ika agar semua perbedaan itu menyatu dalam damai. Kalo hanya masalah pakaian yang diributkan, aku lihat Miss World malah pake pakaian adat asli Nusantara. Kalo mau saklek, malah kita yang musti bertanya kepada yang demo, "kenapa lu pada pake baju Arab..?"

Kalo pembauran budaya barat tak bisa kita terima, semestinya kita pun harus menolak budaya Arab masuk kemari. Belajarlah memisahkan dunia Islam dengan budaya Arab. 
#Islamisasi bukan Arabisasi...

Barat itu mesum, Arab itu religius. 
Itu sih pemikiran orang dongo. Tidak ada budaya yang 100% buruk dan tidak ada yang 100% bagus. Semua musti dipilah-pilah disesuaikan dengan kearifan lokal sebagaimana dakwahnya Sunan Kalijaga. Kalo lebih suka pake otot ketimbang otak memang budaya Arab, ngapain ikut dibawa kemari. Ambil agamanya saja dan tinggalkan budaya yang tak sesuai dengan kita.

Kenapa nabi diturunkan di Arab bukannya di Jawa. Bisa jadi Tuhan menganggap Arab itu jahiliyah dan bangsa Nusantara  sudah bermoral baik. Karena moral ini bukan sekedar pakaian melainkan perilaku. 

Garut di masa lalu

Perempuan tanpa penutup dada sempat dikenal dalam budaya Nusantara. Namun Tuhan tak menganggap itu sebagai jahiliyah, karena memang tak ada gejolak di masyarakatnya. Ini adalah bukti bahwa leluhur kita adalah bangsa yang menghargai perempuan sejak lama. Jadi jangan mentang-mentang tak mampu menahan nafsu liat fustun, terus memaksa orang lain berperilaku yang sama. Lihat terong bergelantungan sudah ngamuk tuh burungnya.

Contoh gampangnya gini...
Aku ga doyan duren dan sukanya jeruk, sementara ibue Ncip sebaliknya. Apa karena alasan itu aku boleh maksa ibue menyukai jeruk dan melarangnya makan duren..? Atau sekalian tukang duren ga boleh jualan..? 

Masing-masing saja dan tak perlu saling mengganggu kesukaan orang rasanya lebih nyaman kan..?

Belajar konsisten lah...
Tak perlu kita teriak-teriak anti barat tapi tiap hari buka Google dan Facebook pake Windows. Tar malah kaya manusia di bawah ini.

Lu pikir jeep bikinan mana..?
#Bahlulminanas..!!!


Intinya
Perbedaan itu rahmat Tuhan juga kok. Dan kayaknya menganggap Miss World harus bertanggungjawab atas moral bangsa itu terlalu berlebihan. Kata pak kyai, berlebihan itu kan tidak baik. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu...
#Betul..?

*Image credit Tribun News & The World Muslimah Beauty


Read More

15 September 2013

Puisi Dian Sastro

#Bimbingan Orang Tua

Orang pintar mengatakan, "keindahan hidup adalah saat kita mampu melihat perbedaan..."

Aku sepakat dengan pendapat itu, walau ternyata membuat perbedaan itu tak mudah dilakukan. Sifat gumunan dan budaya sawang sinawang yang begitu mengakar di masyarakat menjadi hambatan utama.

Gumunan, kagetan, sok heboh sudah jadi tren. Apa yang lagi rame, itu yang diikutin. Asal banyak yang omongin, dianggapnya sebuah fakta dan tak perlu pikir panjang untuk klik bagikan. Seolah lupa bahwa yang banyak itu juga sama dengan aku yang asal share.

Sawang sinawang pun sama. Aku suka membuat asumsi tentang orang lain disesuaikan dengan mood pribadi. Tak cari data pembanding sudah berani ambil kesimpulan. Lihat orang suka tertawa, dianggapnya tak punya air mata. Ada yang sedikit berbagi, dipikirnya punya BRI.

Huuuh...
Kenapa aku seringkali melihat simbol tanpa tahu nilainya. Bukankah kita dilarang berunjukrasa hanya karena kesempatan yang tidak sama. Seolah aku lupa bahwa hidup punya banyak pilihan dengan tingkat kenyamanannya berbeda.

Kenapa aku tak berpikir seperti waktu nonton Dian Satro membaca puisi..?

Aku tak mengerti sastra, makanya enggan berdebat tentang gaya dia membaca atau salah pengucapannya. Lebih suka kunikmati wajah cantiknya, asal tak lupa bahwa puisi itu dibuat tak ada urusan dengan wajah mulus. Walau sama-sama indah, aku harus belajar untuk memisahkan yang aku bicarakan itu keindahan perempuan atau tentang sastra.

Di lain sisi, aku musti mampu mencerna semua pendapat orang lain secara positif. Pro kontra hanyalah soal suka dan tak suka dalam wacana. Secara personal, tak boleh ada kebencian yang ditebarkan. Tak suka gaya seseorang dalam satu kesempatan, bukan berarti aku harus membencinya. Karena suatu saat pasti ada pendapat dia yang aku suka.

Seperti waktu aku baru kenal ibue Ncip dulu. Ada teman sekantor yang tanpa sengaja melihat sepotong cetingan ibue lalu bilang, "dasar keong racun..."

Walau tak sependapat, aku musti mengerti bahwa temanku tak terlalu salah. Siapapun yang tak suka crosscheck, pasti akan berpikir sama saat melihat seorang laki-laki dan perempuan yang baru kenal sudah ada kalimat, "tidur kok ga ngajak-ajak...?"

Mana dia tahu kalo kalimat itu sebenarnya komplen yang disampaikan secara halus. Penyebabnya adalah aku ketiduran saat chatting sebelumnya. Mungkin temanku akan berpikir lain bila mau sedikit scroll ke bawah dan menemukan kalimat selanjutnya, "kalo ngantuk pamitan dong. Udah ngetik panjang lebar ga dibales-bales, emang enak..?"


Intinya
Kesalahpahaman yang fatal kadang bisa dihindari hanya dengan sedikit energi. Tapi kenapa ya, sekedar memutar roda mouse saja aku seringkali malas. Apakah melihat sesuatu secara lengkap dari segala sisi memang sesuatu yang berat..?
#mumet...

*gambar comot di yutub

Read More

14 September 2013

Gombal Warming #1

#Semua Umur

Barusan ngobrol dengan teman bagian enviro, unit kerja yang tugasnya menghijaukan kembali lahan eks tambang. Secara umum aku setuju dengan uraian beliau tentang kelestarian lingkungan. Namun aku kurang sepaham saat istilah global warming dibawa-bawa.

Awalnya aku mendukung banget saat Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mulai mengkampanyekan pemanasan global, termasuk waktu Protokol Kyoto diratifikasi. 

Namun melihat perkembangan selanjutnya, aku jadi berburuk sangka bahwa proyek ini bukan semata soal lingkungan hidup. Apalagi sampai sekarang, ilmuwan-ilmuwan ternama dunia masih berselisih paham dan belum ada kesepakatan tentang kebenaran global warming tersebut.

Carbon Credit adalah satu alasan kenapa aku anggap proyek ini sarat kepentingan ekonomi. Sebuah proyek yang membuka pasar baru berupa perdagangan karbon yang sebelumnya tak pernah ada.

Protokol Kyoto yang hanya berlaku untuk negara industri maju itu mensyaratkan batas minimal penurunan emisi sebesar 5% dari model yang disusun berdasarkan produksi karbon tahun 1990. Apabila ada negara yang bisa melebihi target, kelebihannya bisa dijual ke negara lain yang tak mampu mencapainya.

Misalkan Rusia bisa menurunkan emisi sampai 10%. Berarti Rusia punya kelebihan kredit karbon sebanyak 5%. Kemudian misalnya Belanda cuma mampu menurunkan 3%. Untuk memenuhi ketentuan 5% tadi, Belanda musti beli kredit karbon ke Rusia dalam satuan Certified Emissions Reductions (CERs).

Adil kan..?
Sepintas iya. Namun perlu diingat, di dunia tak ada yang tanpa pamrih.

Negara berkembang hanya diminta menandatangani Protokol Kyoto namun tidak ada tuntutan implementasi. Akibatnya industri di negara berkembang santai-santai saja dengan produksi gas rumah kacanya. Di saat yang sama, kampanye produk ramah lingkungan digalakkan. Jalan ceritanya sudah bisa ditebak kan..?

Gambarannya gini...
Saat industri negara maju yang wajib mematuhi Protokol Kyoto mendesain pendingin non CFC, negara berkembang masih asoy saja pakai freon. Ketika tiba-tiba dikampanyekan CFC merusak lapisan ozone, apa ga gelagepan tuh pabrikan negara berkembang..? 

Dampak paling awal adalah penurunan omset gara-gara konsumen mulai beralih ke non CFC walau harganya lebih mahal. 

Agar bisa bertahan, mereka musti transfer teknologi dari negara maju dan dibikin ketergantungan. Tak akan ada habisnya karena standarnya terus saja berubah. Kita baru saja pakai mesin berstandar EURO, mereka sudah keluarkan yang EURO2. Kita baru beralih ke EURO2, standar EURO3 sudah dikampanyekan.

Benar-benar strategi marketing yang jempolan atas nama kerusakan ozone. Padahal kalo kita mau sedikit berpikir, industrialisasi besar-besaran itu terjadi di bumi belahan utara, kenapa yang berlubang ozone di Antartika alias kutub selatan..?

Ok, tapi sudah panjang nih...
Pemikiran liar ini aku lanjutkan besok deh. 
Karena belum selesai, jangan komentar soal lingkungan dulu, ya. 

Kalo koneksi lagi kenceng, mending liat video pendek di bawah.
Syaratnya, sehabis nonton jangan bilang semprul
Oke, coy..?

Video credit : Quit Tobacco Indonesia

Bersambung...


Read More

Madhang

#Banyumasan

Mbene rong minggu mlebu alas, penyakit ra doyan madhang wis mulai kumat. Padahal pas mangkat wingi, jian lagi doyan-doyane apa bae dipangan.

Ora lagi gemagus milih-milih panganan. Tapi piwe maning wong juragane dapur ora tau beres nek gawe menu. Biyen lawueh iwak banyu terus ngasi jeleh komplen. Basan ganti iwak pitik, isuk sore ora tau ganti. Arep enak kaya ngapaa nek kaya kuwe carane ya mblenger lah.

Mudun kota meng Tamiang pada bae ora akeh pilihan. Nek pengin kumplit kudu maring Tanjung sing wis nyabrang kabupaten. Ora patut banget, pengin madhang mandan enak koh kudu nyupir rong jam.

Nangkene ora masalah adoh thok. Milih warung ya kudu ngati-ati. Tau asal mlebu warunge wong Dayak takon menune apa, disemauri iwek jarku maksude iwak. Ora ngertia iwek kuwe celeng.

Pindah warung liane, jere menune B2. Sempat mandan mikir, masa madhang lawuh sabun colek. Bareng takon, nembe mudeng nek B2 kuwe celeng juga.

Urusan salah mlebu warung kayane wis dadi gawean tetap. Ora nang Kalimantan thok. Nang Jogja sing kesebute kampunge dewek be tau. Wis ngalem-ngalem lesehane maen, antike ngepol kaya pendapa kabupaten, jebule anu dudu rumah makan.

Sapa sing nyangka kuwe umah, wong nangarepe ana tulisane RM Karto Suwiryo
Apa angele sih nulise digawe kumplit, Raden Mas Parto Sontoloyo...

Resiko urip nang paran, semm...


Intine
Paling enak pancen manut apa omonge wong tua
Mangan ora mbayar asal kumpul...


Read More

Anak Kolong

#Gambar Bercerita



Little Hero
Not a litelbonsir
...

Ncip - Cilongkrang Cilacap
11/08/2013 16:38
Fuji FinePix S2980

Read More

13 September 2013

Capitalislam

#Dewasa

Menjelang musim haji, kayaknya ga asik kalo tidak ikutan ngoceh. Namun aku tak ingin melihatnya dari sisi agama karena yang bahas itu sudah banyak. Apalagi di sini ada Pak Ies yang jadi jagoannya kan..?


Aku lihat...
Masih banyak teman yang menganggap Capitalism itu mutlak milik barat, sehingga kata kapitalis menjadi hujatan standar buat mereka. Padahal dalam realita, kaum fasis-religius pun banyak yang melakukan praktek kapitalisme dalam bentuk lain.

Begitu banyak definisi kapitalis yang kesemuanya mengacu pada satu kata, modal alias kekayaan. Jadi secara sepihak aku bisa mengatakan, kapitalisme adalah upaya memperkaya diri secara bebas tanpa terikat norma yang berlaku.

Definisi itu aku lihat melekat sangat erat dalam pengelolaan haji. Tanpa malu-malu pengelola berikut kroninya menjadikan agama sebagai komoditas. Aku ambil contoh cerita mbahnya Ncip tentang rincian biaya haji. Ongkos bus antar jemput dari alun-alun Cilacap ke asrama haji Solo dikasih tarif 600 ribu per orang. Sebagai pembanding, tarif bus patas AC Cilacap - Jogja cuma 40 ribu perak. 
Ini dagang apa ngerampok..?


Bukan aku menggugat rukun Islam 
Namun kata "wajib bagi yang mampu" sudah mengisyaratkan bahwa haji itu ibadah yang ekslusif dimana faktor ekonomi turut berperan. Celah ini yang kemudian dimanfaatkan oleh kaum kapitalis Islam

Gambarannya gini...

Pedagang itu harus cari pasar yang tepat biar untung. Instruksi wajib bagi yang mampu menjadi sarana pemilah konsumen paling handal sehingga pasar secara otomatis terbentuk. Tak perlu orang sekampung kita tanyain satu persatu siapa yang ada dana siapa yang tidak. Asal mau haji, berarti punya duit. 
Siapa sih tak suka bisnis dengan orang punya duit..?

Bagi orang bisnis, kepercayaan adalah modal yang jauh lebih keren ketimbang uang. Jamaah haji adalah orang yang sudah teguh pegang prinsip, in god we trust! Tak perlu promo orang sudah percaya. Tak peduli yang urus bener apa engga, semua dianggap pelayan tuhan yang setiap tindakan bisnisnya adalah ibadah.

Hal yang paling menyebalkan saat berbisnis adalah komplen, suatu hal yang teramat minimal dalam kegiatan haji. Kata "berhadiah surga bagi yang mabrur" telah menyirep jamaah untuk pilih berdiam diri, tidak ngomel apalagi misuh-misuh saat menemukan pelayanan yang kurang memuaskan. Aku yakin tak akan ada jawaban berbeda ketika orang ditanya, "elu pilih komplen apa masuk surga..?"
Betul..?

Itulah sebabnya haji akan tetap menjadi kue bisnis yang lezat sampai akhir zaman. Sebuah ritual sederhana dengan aturan baku bebas cela atas nama tuhan. Teramat mahal untuk peserta namun murah bagi penyelenggara. Tak heran bila Departemen Agama sebagai pemegang monopoli bisnis surga ini disebut-sebut sebagai departemen terkorup di Indonesia Raya. 
Mantap kan..?

Aku pikir segitu saja
Kuharap cukup untuk menyatakan bahwa kapitalisme dalam islam itu sangat memungkinkan

Semoga semua jamaah haji tahun ini menjadi haji yang mabrur
Dan pengelolanya tak lagi jadi hajingan tengik...


Intinya
Cuma pengen mengutip apa kata Voltaire
"Apabila sudah bicara uang, ideologi semua orang adalah sama..."



Read More

Perempuan di Kiri

#Bimbingan Orang Tua

Kemajemukan pola pikir manusia memang selalu menghasilkan wacana menarik untuk dibahas. Salah satunya hasil obrolan dengan teman yang begitu sensitif dengan istilah kanan dan kiri. Pendapat yang baik dalam banyak hal, namun kebablasan dalam beberapa kasus.

Ngomongin itu, aku jadi ingat obrolan beberapa tahun lalu dengan seorang aktifis LSM perempuan di Jogja.

Waktu itu lagi di Malioboro cari tempat parkir. Melaju pelan banget karena ada ibu-ibu menuntun anaknya. Takut terserempet aku bilang gini, "anaknya jangan di sebelah kanan dong, bu..."

Si ibunya cuek, eh temen di sebelah yang kemudian bicara panjang lebar tentang tata krama Indonesia katanya tidak adil buat cewek. Cuma urusan jalan kaki saja, perempuan musti di sebelah kiri laki-laki. Padahal kiri itu identik dengan hal yang kurang baik.
#Ah elah...

Aku bilang cowok di sebelah kanan itu merupakan bentuk penghargaan laki-laki kepada perempuan, temanku belum juga bisa terima. Dia malah menunjuk dua orang bule di halaman benteng Vredebrug. "Lihat contoh orang yang sudah berpikir modern. Cewek di sebelah kanan tak dipermasalahkan..."

Aku jawab, "elu aja otaknya pendek. Cowok bule jalan di sebelah kiri itu karena kebawa kebiasaan di negaranya. Di sana mobil pake setir kiri, non..."

Malah manyun
"Jangan suka belokin pembicaraan dong. Apa urusannya jalan kaki sama setir mobil..."

Tarik nafas panjang dulu, lalu coba terangin pelan-pelan. "Di Indonesia Raya, kendaraan itu musti pake lajur kiri. Makanya, anak-anak atau cewek sebaiknya berjalan di sebelah kiri orang tua atau cowoknya. Maksudnya, andai kata amit-amit ada mobil nyelonong ke trotoar, mereka berada di posisi yang lebih aman. Jadi bukan sekedar kanan kiri dalam arti konotasi. Mau kanan mau kiri bebas saja, tapi laki-laki sebaiknya ambil posisi yang dekat jalur kendaraan. Getoooh..."
#Hening...

Repot juga punya teman aktifis gender
Untungnya belom kawin dia, eh nikah ding...
Kalo sudah, mungkin tak cuma bahas kanan kiri doang. 
Bisa melebar kemana-mana sampai ke posisi atas bawah segala...


Intinya
Berfilosofi itu bagus. 
Namun sebaiknya tidak kebablasan sampai melupakan logika dan realita di depan mata...
*kayaknya sih gitu...


Read More

12 September 2013

Jeritan di Malam Itu

#Bimbingan Orang Tua

Sudah beberapa malam ini, lolongan anjing hutan selalu terdengar mengisi kesunyian. Teras belakang yang biasanya rame oleh warga mess jadi sepi. Apalagi golongan darma wanita, sejak sore sudah pada masuk kamar masing-masing.

Tinggal aku yang cuek bertahan, karena di situ tempat paling nyaman untuk bersantai sambil ngopi. Namanya musim anjing kawin, melolong-lolong kayaknya bukan hal aneh. Kalo pun ada yang bilang gara-gara setan lewat, biarin aja lah. Namanya juga di hutan yang identik dengan kandang demit.


Masalah kaya gitu, aku sempat rada heboh justru waktu di Jogja. Awal menginjakkan kaki di Sukonandi 5 tahun lalu, juragan duren seberang jalan sudah kasih aba-aba. Katanya kalo malam suka ada suara tangisan dari dekat kamar mandi.

Sebelum direnovasi, kantor sekaligus mess itu memang rumah yang lama kosong dan sebagian bangunannya sudah ambruk. Untung si bos mendesain interiornya senyaman mungkin sehingga kesan rumah tua tak tersisa sedikitpun. Tapi malam pertama tinggal sendiri di sana, rasa was-was tetap saja ada.

Sehari-dua hari tak ada apa-apa, aku sudah bisa bilang kalo itu hoax. Pas malam jumat, pengunjung sudah sepi karena mendekati jam tutup galeri. Lagi bengong sendiri di kantor, tiba-tiba terdengar suara perempuan menjerit dari arah kamar mandi.

Suer...
Sempat merinding disco nih bulu ketek. Setelah ambil nafas panjang, sambil berjingkat aku melangkah pelan ke sumber suara. Tak ada siapa-siapa di sana selain percikan air berceceran sampai keluar kamar mandi.

Niatnya mau balik kanan nyari satpam, mataku menangkap jejak sandal basah di lantai. Aku ikuti jejak yang mengarah ke pintu belakang itu. 

Begitu buka pintu, huaaaaa... 
Ada sosok berambut panjang di bawah pohon mangga yang remang-remang. Baru mau akan ngacir, eh disapa duluan, "nuwun sewu, pak. Barusan numpang cuci tangan di dalam. Kamar mandi luar lampunya ndak mau nyala..."
#howalah...

Ternyata istrinya juragan duren. Seketika perasaan horor langsung hilang. Malah aku buruan ngacir sambil nahan tawa setelah beliau cerita kenapa tadi ngejerit. Ternyata biang keroknya ini...




Tak terbiasa dengan kran model ganda seperti itu, beliau salah muter kran. Sudah bungkukkan badan mau cuci tangan, yang mancur malah showernya. Ya basah kuyup lah...
#mondol...

Selamat merayakan Friday Kliwon the 13th
*bagi yang merayakannya...


Intinya
Ternyata...
Cerita orang tentang hantu itu lebih bikin aku takut, ketimbang ketemu hantunya itu sendiri...
*ketemu temen masa takut..?



Read More

11 September 2013

Negeri Agraris Ironis

#Dewasa

Lagi cari data di web FAO untuk melengkapi data di Wikipedia, aku malah nemu info yang sebenarnya nggegirisi buat Indonesia yang katanya negara agraris dan pernah berswasembada pangan.




Dari total produksi padi dunia sebanyak 723 juta MT (metric ton), China menduduki peringkat pertama sebanyak 201 MT, disusul India 158 MT dan berikutnya Indonesia 66 MT. Ini data tahun 2011 dan data lebih baru belum ada.

Untuk data perdagangan, Thailand yang menjadi pengekspor padi terbesar sebanyak 26% dari total perdagangan padi dunia, padahal secara produksi Thailand berada di peringkat ke 6 dengan total produksi sebanyak 35 MT. Disusul Vietnam (15%) dengan produksi 42 MT, Amerika Serikat (11%) dengan produksi 8,4 MT.

Indonesia yang secara produksi berada di peringkat 3 justru menjadi pengimpor terbesar di dunia (14%) diikuti Bangladesh (4%) dan Brasil (3%).
#mantap...




Aku ga ngerti bagaimana penguasa negara ini mengelola pertanian. Mengapa lebih suka menghabiskan banyak devisa untuk mengimpor beras, ketimbang menyubsidi petani agar bisa menekan biaya produksi. 

Dengan mudah mereka mengatakan beras impor lebih murah dari beras lokal. Orang pupuk saja harganya selangit. Tata kelola irigasi acak adut sampai petani musti menggunakan pompa untuk mengairi sawahnya. 

Menurut mbahnya Ncip, dibutuhkan waktu 10 jam untuk mengairi sepetak sawah dengan biaya sewa diesel 20 ribu perak per jam. Dan itu dilakukan seminggu sekali. Padahal sawahnya tak begitu jauh dari jaringan irigasi Sidareja-Cihaur yang bersumber dari bendung Manganti.

Melihat kenyataan banyaknya komoditi pertanian yang musti impor sementara petani sulit bergerak, mau ga mau aku jadi berburuk sangka kepada penguasa. Lihat saja kasus sapi kemarin (semoga ga ada yang mutung lagi dengan contoh ini).

KPK mengatakan, dari tiap kilogram daging impor itu, Lutfi dapat komisi 5 ribu rupiah, Fatonah 3 ribu dan Zaky seribu perak.
#asu...


Atau masyarakat yang salah..?
Tau sendiri kan, sebagian teman kita banyak yang sok-sokan lebih suka barang impor. Katanya kalo impor lebih keren. Sampai-sampai teman di Cibaduyut ada yang buka kartu. Katanya sepatu yang di mall berlabel made in Singapore itu dibikin di rumah dia. Diekspor ke Singapura, ganti label doang dan masuk lagi ke Indonesia dengan harga 3 kali lipat. Gobloknya yang beli kok mau..?

Contoh lain...
Ada teman yang nyeletuk, "gudeg di Malaysia itu lebih enak ketimbang Jogja."
"Kok bisa..?"
"Katanya sih karena nangkanya impor. Gudeg Jogja kan nangka lokal..."
"Emang impor dari mana..?"
"Dari Jogja lah..."
#mondol...


Intinya
Aku malah jadi kepikiran buruh tani dipersenjatai biar bisa mengkudeta konspirasi kemakmuran penguasa. Mungkin kalo negara dikelola petani, labil ekonomi negara agraris ini bisa diharmonisasi menjadi lebih baik...
#mumet


Read More

Blog Vicky Prasetyo Palsu

#Dewasa

Beneran dodol surodol...
Mimpi indah baru dimulai, tau-tau alarm UPS server bersahut-sahutan gara-gara genset modol. Ga pake lama sih, tapi bikin mata susah merem lagi. Buka yutub niatnya cari musik pengantar tidur, eh malah nemu video koclak yang aku baru ngerti kalo itu tengah ngetren di dunia persilatan.
#dasar kuper...

Googling sana sini cari info kehebohan Vicky Prasetyo, aku nemu link blog beliau yang memuat klarifikasinya atas pemberitaan media. Awalnya sempat mikir kalo itu beneran blog dia. Cuman merasa janggal aja kenapa selebritis kok blognya baru. 





Aku tertarik dengan link tersisip di tengah artikel yang katanya memuat pernyataan tanpa ijin. Begitu dibuka, nemunya malah web yang memuat gambar-gambar dan iklan di sidebar. Pernyataan apa yang dicatut web tersebut tidak aku temukan.




Tak ada yang menarik di situ, aku balik lagi ke blog beliau dan klik fans page pesbuknya. Isinya aku lihat normal. Blognya dishare disitu menurutku wajar. Yang aku rasakan agak aneh sama dengan wordpressnya, baru dibikin beberapa hari yang lalu. Ga tau kalo nyelebnya emang baru 2 hari.





Ada sedikit benang merah malah di bagian about fan page yang mencantumkan web 9soul. Dari situ aku bisa bilang, fanpage, wordpress dan 9soul itu pemiliknya sama. Berarti Vicky bilang statement nya dicomot tanpa ijin oleh 9soul itu cuma ngehe doang.




Penasaran
Aku cek pemilik 9soul melalui whois.net dan menemukan domain tersebut didaftarkan atas nama Astie Adriana.




Pindah ke WebBoar
Aku menemukan data bahwa ada 63 domain yang didaftarkan atas nama Astie Adriana.




Aku ambil salah satu domainnya yaitu afiliasi.info dan mendapatkan data Astie Adriana menggunakan alamat Jl Kebonrojo 23 Surabaya telpon 031 3577952 dan email astieadriana@yahoo.com




Coba cek email tersebut ke pesbuk, kirain mau nyangkut ke fanpagenya Vicky. Jebul dapatnya nama Astie Adriana juga tapi ngakunya orang Hollywood Amrik sono. Status-statusnya pake bahasa bule dan tak pernah update lagi sejak Desember 2012.




Kesimpulannya...
Blog wordpress Vicky Prasetyo bisa dibilang palsu. Sengaja dibikin oleh usahawan internet untuk menarik pengunjung memanfaatkan kasus yang lagi ngetren. Rasanya aneh saja kalo Vicky sengaja bikin blog baru hanya untuk klarifikasi, tapi kepikiran pasang iklan lowongan kerja segala di sidebar.

Aku mungkin berburuk sangka kepada Sdri Astie Adriana dengan mengatakan beliau punya 63 domain yang semuanya mengarah ke bisnis online

Untuk hal ini, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Bukan maksudku mengutak-atik privasi orang lain. Aku cuma merasa ga nyaman saja bila orang yang lagi ketiban sial dibully habis-habisan -biarpun katanya penipu- malah dimanfaatkan untuk kepentingan memperkaya diri. 

Ini murni tentang kemanusiaan karena aku ga kenal siapa Vicky Prasetyo. Mengangkatnya sebagai bahan artikel menurutku ga masalah. Tapi kalo sudah mengaku-aku sebagai Vicky, aku pikir sudah keluar dari etika seorang blogger. Entah kalo maksudnya cuma lucu-lucuan bikin parodi. Kalo ada yang kurang berkenan, sekali lagi aku mohon maaf.

Tapi itu pendapat pribadiku saja kok
Aku cuma pengen melihat suatu berita dari sisi yang lain
Sependapat apa enggak sebodo amat...
#egepe...


Intinya
Falsafah senang liat orang lain susah memang sudah membudaya di Indonesia Raya. Jadi terserah yang baca deh mau nyimpulin apa...


Read More

10 September 2013

Tanah Adat

#Bimbingan Orang Tua

Aktifitas tambang kembali terhenti oleh demo masyarakat yang menutup jalan tambang. Kelompok bersenjata yang menamakan dirinya laskar adat memprotes kegiatan tambang telah merusak tanah adat.

Seratus persen aku setuju dengan mereka. Bagaimanapun juga industri tak boleh mengusik budaya warisan leluhur. Situs keramat musti dilestarikan karena pasti ada sejarah panjang yang menyangkut kehidupan masyarakat setempat. Modernisasi apalagi yang berbau kapitalis tak semestinya menggusur kearifan lokal dengan semena-mena.

Andai saja mereka melakukan itu sebelum situs itu dibongkar habis atau menuntut lahan yang termasuk tanah adat jangan digali, kesetujuanku bisa lebih dari 100%. Sayang tuntutannya tidak ke arah sana, tapi minta ganti rugi sebesar 3 M.

Kalo saja kejadiannya baru kali ini, kesetujuanku tak bakal turun sedrastis ini. Kasus semacam ini berulang kali terjadi. Setelah beberapa bulan tanah itu digali, demo baru dilakukan. Padahal sebelum sampai ke tahap itu, ada proses yang teramat rumit melibatkan banyak pihak. 

Bila lahan yang dibebaskan memang ada situs adat, semestinya pemilik lahan atau kepala desa sudah menyampaikan hal itu dari awal. Tak ada pemberitahuan sama sekali, setelah semuanya diacak-acak, baru demo mengatasnamakan adat dengan tuntutan yang selalu berbau duit.

Apakah mereka yang salah..?
Tidak sepenuhnya. Bagaimanapun juga mereka masyarakat tradisional yang sejak dulu hidup bergantung kepada alam. Harmoni alam adalah segalanya bagi mereka. Agar industrialisasi bisa diterima, mereka diracuni dulu dengan budaya konsumerisme. Sehingga mereka mulai belajar mengabaikan keseimbangan alam.

Sayangnya pembelajaran konsumerisme itu tidak diimbangi dengan pelatihan atau peningkatan skill agar mereka mampu menyeimbangkan pengeluaran dan pemasukan. 

Damai saja mereka beli mobil mewah sekelas Fortuner atau Pajero Sport tanpa menghitung beban operasionalnya nanti. Setelah keuangan mepet, segala cara mereka lakukan untuk mendapatkan uang gampang. Termasuk memperjualbelikan adat.

Mungkin ini yang menjadi sebab kenapa industri di pedalaman rawan konflik. Dimana penguasa, pengusaha dan masyarakat rakus berebutan kue dengan kekuatan masing-masing...

Sampai kapan..?


Intinya
Kearifan lokal dijadikan kedok mungkin bisa dianggap sebagai cara masyarakat tradisional melawan seleksi alam efek industrialisasi. Namun arifkah itu..?

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena