31 Maret 2011

Disapih

Setelah Citra sehat, gantian ibunya demam. Makanya aku sarankan untuk pulang kampung agar ada yang jagain Citra dan istirahatnya bisa lebih banyak. Kebayang kalo bertahan di Jogja yang harus jagain sendiri Citra yang lagi aktif-aktifnya. Saat sehat saja capenya minta ampun, apalagi sedang tak enak badan. Walau memang agak susah membawa Citra ke kampung. Beberapa hari pertama pasti rewel. Apalagi tanpa AC dia susah tidur.

Aku bisa agak tenang setelah kemarin ibue Citra ngasih tahu, anaknya sudah mulai mau makan sendiri. Selama ini, soal susah makan memang jadi dilema tersendiri. Dulu aku maunya dia mendapat suplai ASI sampai umur 2 tahun. Tapi dengan usia kehamilan ibunya yang sekarang menginjak 3 bulan, mau tidak mau harus disapih. Tapi gimana mau nyapih kalo makan saja susah. Minum susu formula tidak mau, malah lebih suka minum teh poci jatah bapaknya.

Dipaksain hamil sambil menyusui takutnya berefek negatif ke perkembangan adiknya dalam kandungan. Takutnya begitu lahir, adiknya komplen. Sudah kakaknya nenen terus ngabis-abisin nutrisi jatahnya, bapaknya ga pernah nengokin nyuplai bahan bangunan. Semoga proses penyapihannya sukses deh.

Jadi pengen pulang
Kebelet nengok Citra dan adiknya...
Read More

30 Maret 2011

Cewek Kandangan

Setiap kali jalan ke arah Banjarmasin, ada yang menarik perhatian selain dodol dan ketupat Kandangan. Sepanjang jalan begitu banyak warung-warung sederhana yang setiap malam selalu dihuni oleh beberapa cewek. Aku tak bisa mengatakan mereka itu cantik atau tidak karena soal itu relatif. Apalagi kondisi malam hari dan wajah berbalut make up sedikit tebal, sehingga sulit untuk melihat wujud aslinya.

Awalnya aku selalu berpikir negatif dengan keberadaan cewek-cewek itu. Karena mereka bukanlah pelayan yang menyajikan minuman yang dipesan oleh para pelintas jalan raya yang mampir ngopi. Apalagi bila mendengar para sopir menyebut warung-warung itu sebagai warung jablay, komplit sudah pemikiran negatifku.

Aku memang lebih banyak jalan malam saat memiliki urusan ke Banjarmasin agar sampai sana pagi. Saat keperluan selesai sore harinya, aku harus menjadi pelintas malam lagi waktu kembali ke Tamianglayang. Beberapa kali mampir untuk menghilangkan kantuk yang menyerang sopir, aku mulai bisa melihat sisi yang berbeda dari para gadis malam itu.

Aku lihat mereka lebih berfungsi sebagai pajangan dan penarik konsumen agar mampir ke warung tersebut. Sekedar menemani ngobrol dan belum pernah aku lihat mereka dibawa pergi, yang bisa diasumsikan ada transaksi seksual diantara mereka. Kondisi warung yang sederhana tanpa ruangan khusus di bagian belakangnya juga kurang memungkinkan untuk melakukan perbuatan mesum. Tak ada aktifitas lain selain ngobrol dan tidur di bangku saat tidak ada tamu. Kalopun ada yang memberi uang, paling banter hanya sisa uang kembalian yang tak seberapa.

Sopir kantor aku lihat punya langganan masing-masing dan selalu mampir ke warung yang berbeda satu sama lainnya. Tadi sempat aku iseng bertanya, pernah ngebooking mereka apa engga. Katanya, mereka itu bukan cewek bookingan walau tidak menutup kemungkinan ada satu dua orang yang bocor. Itupun tidak bisa dilakukan disitu. Harus dibawa keluar saat mereka lepas dinas. Dan syarat utamanya harus sudah akrab atau kenal dekat.

Pas mampir ngopi tadi aku coba ajak ngobrol salah satunya untuk memupus rasa penasaran. Terungkap dari bibir mereka bahwa mereka memang dibayar perbulan 400 ribu oleh pemilik warung dan dan bekerja dari sore hingga pagi hari. Fungsinya sebagai penarik pengunjung itulah yang membuat mereka harus berdandan agak menor dan berpakaian rada seksi. Walau masih terlihat muda-muda, make up mereka tidak sepenuhnya mampu menutup garis-garis kekuyuan di sekitar mata karena harus begadang setiap malam. Pantas saja harga minuman dan jajanan disitu lumayan jauh diatas harga normal karena memang ada biaya ekstra untuk penglaris dagangannya.

Ok teman...
Terlepas dari bocor tidaknya dirimu, terus terang aku salut dengan perjuanganmu mencari rejeki. Kuharap tak selamanya mereka duduk disitu dengan segala pandangan kelam atas profesinya. Semoga kehidupan di sepanjang jalan Kandangan bisa segera jadi kenangan dan tak perlu terlalu lama bergandeng tangan dengan gelapnya malam.

Selamat malam gadis Kandangan...
Read More

29 Maret 2011

PLTU Jaweten

Perasaan aku sudah begitu terbuka dengan istri. Tapi kok bisa-bisanya ada yang kelewat sampai istri nanya aku sebenarnya kerja di tambang batubara atau di PLTU. Segera aku jelaskan bahwa tambang batubara tempatku kerja dengan PLTU merupakan perusahaan yang berbeda tapi masih berada di bawah satu grup. Yang sudah berjalan adalah tambangnya, sedangkan PLTU masih dalam tahap pembangunan.

Kantor tambang ada beberapa buah yang tersebar di beberapa lokasi. Bagian produksi di simpang Jaweten, kantor direksi di Tamianglayang, kantor pelabuhan di Telangbaru dan bagian administrasi berkantor di lingkungan bakal lokasi PLTU. Sehingga karyawan selalu menyebut mau ke PLTU bila dia akan berurusan dengan bagian administrasi.

Rencana pembangunan PLTU ini, menurut selentingan isu di masyarakat, juga berkaitan dengan pembukaan lahan tambang. Dengan alasan untuk menyuplai PLTU, maka tambang mendesak harus dibuka. Benar tidaknya aku tidak berani mempertanggungjawabkan. Namun yang pasti, kebutuhan suplai daya listrik di daerah ini memang sangat mendesak. Kalo di Jawa aku suka mengeluhkan pemadaman listrik setiap hari, disini yang setiap hari terjadi bukan pemadaman. Melainkan penyalaan, karena lebih sering padamnya daripada nyala. Kacaw...

Tanpa dibantu pembangunan PLTU, pemerataan pembangunan yang makin tergantung pada suplai listrik akan semakin sulit. Usaha kecil menengah yang tidak mampu membeli genset sudah pasti akan keteteran dan sulit untuk berkembang. Walau Kalimantan terkenal dengan sungai-sungai besarnya, namun pembangunan PLTA dianggap kurang efisien karena kontur medannya yang cenderung landai. Sementara batubara tersedia melimpah. Bahkan boleh dikatakan orang Borneo itu hidup diatas batubara.

Katanya sih bulan November tahun ini, PLTU Jaweten sudah beroperasi. Tapi melihat kenyataan di lapangan, belum terlihat adanya pembangunan yang berarti. Yang sudah berdiri baru bangunan untuk kantornya saja. Kuharap sih bisa cepat beroperasi karena kasihan dengan masyarakat sini yang lumayan terbelakang dibanding Jawa, sementara kekayaan di perut buminya selalu dikeruk dan sebagian besar hasilnya dikirim ke Jawa. Kalo memang fair, seharusnya harga jual listrik PLTU ini bisa semurah mungkin itung-itung sebagai bagian dari program CSR grup perusahaan ini.

Semoga sukses...

Read More

Kerja dan Ngeblog

Ngeblog dan kerja, dua hal yang sepertinya sulit untuk dipisahkan dari hidupku. Keduanya seperti sudah saling mengisi satu sama lainnya. Saat kerja, selalu saja ada kejadian yang asik untuk diceritakan di blog. Saat otak error oleh kerjaan, ngeblog bisa menjadi cara otak berejakulasi agar kembali segar dan siap kerja lagi.

Makanya saat kerjaan bejibun, aku malah jadi lebih sering nulis. Semakin banyak aku ngeblog, berarti semakin tinggi pula tingkat setres yang aku alami. Padahal kalo dipikir, gimana ga kerjaan numpuk kalo ditinggal ngeblog mulu. Tapi yang pasti ngeblog sangat penting buat mendukung produktifitasku. Sampai-sampai aku nyatakan kerjaan tidak boleh ganggu acara ngeblog.

Kebalikannya di saat santai seperti lagi cuti, aku jarang nulis. Selain tingkat setres berada dibawah batas minimal, kayaknya ada yang lebih asik buat dikerjakan di rumah. Daripada manthengin layar monitor terus, kan lebih asik mantheng yang laen.

Tapi tidak ada sesuatu yang sempurna. Tetap saja ada sisi negatifnya dari ngeblog ini. Urusan nyolong waktu dan internet kantor sih aku jagonya. Lagian siapa yang ngerti aku lagi ngetik jurnal. Orang lain tahunya aku lagi sibuk coding. Yang penting kalo ada orang, selalu pasang tampang serius walau lagi ngetik komen jorok.

Yang mulai terasa dari efek ngeblog adalah otak jadi mudah ngelantur. Kebiasaan ngeblog apa adanya di otak tanpa konsep dan edit membuat tulisanku di blog lebih mengalir walau endingnya suka melenceng dari prolognya. Nah itupun terasa saat menulis laporan kerja. Semua yang ada di otak mengalir begitu saja tanpa konsep dan tanpa edit langsung aku klik tombol kirim email. Jadinya seperti pagi tadi, saat aku laporan progres pembangunan sistem ke pihak manajemen di Jakarta. Ketika aku menyampaikan faktor-faktor yang membuat kerja tim kurang efektif, awalnya rapi terstruktur belakangnya ngelantur.

... Kondisi kantor yang bising membuat tim programmer tidak bisa bekerja maksimal. Akibatnya tim lebih banyak bekerja sejak sore sampai pagi hari. Mohon pihak manajemen mengupayakan penambahan asupan gizi atau suplemen untuk menjaga kesehatan dan stamina tim IT. Soalnya gini, pak. Selepas makan malam, meja makan tuh selalu dibersihkan dan akibatnya tiap malam kita kelaparan. Mending kalo deket kantor ada warteg, ini di tengah hutan, pak. Trus kita tidur kan seringnya jam 5 atau jam 6 pagi, sarapan belum siap. Begitu kita bangun, sarapan sudah habis. Bagaimana kita bisa kerja maksimal kalo sehari saja cuma makan dua kali. Mobil saja yang ganti oli sebulan sekali kalo kurang bensin tidak bisa ngebut dan mesin cepet rusak. Apalagi kita yang yang ganti olinya 3 bulan sekali. Bayangin aja deh kalo bapak yang jadi kita. Plis deh dst dst...

Aku baru nyadar ketika si bos balas email tidak sepanjang biasanya.
"Elo malah curhat sih..
Plis deh..."
Read More

28 Maret 2011

Jalan dan Bicara

Seharian sinyal Telekomsel lenyap dari peredaran. Kadang muncul beberapa detik kemudian dah hilang lagi. Pas sinyal nongol, hape langsung ribut oleh rombongan sms masuk tanpa bisa aku balas semuanya karena keburu mendelep lagi. Di salah satu barisan sms itu ada mms masuk dari ibue Citra. Susah payah mendonlot akhirnya kebuka kiriman foto Citra yang katanya sudah bisa jalan.

Bulan depan Citra sudah 10 bulan. Artinya dia tak mau kalah dengan kakaknya yang juga sudah bisa lari-lari saat berumur segitu. Namun walau 10 bulan sudah bisa nguber-uber ayam di halaman, kakaknya baru bisa bicara lancar setelah berumur dua tahun. Cuman dulu kakaknya memang cenderung pendiam dan jarang nangis apalagi ngoceh, biarpun begitu bisa ngomong cerewetnya minta ampun. Ini berbeda dengan Citra yang sejak beberapa bulan belakangan sudah hobi ngoceh pake bahasa bayi. Semoga saja dia bisa bicara lebih cepat tak harus menunggu usia 2 tahun.

Memang kata orang, antara jalan dan bicara selalu bergantian. Yang cepat jalan biasanya ngomongnya telat. Begitu juga sebaliknya yang ngoceh duluan jalannya belakangan. Cuma memang sedih juga kalo bicaranya yang telat. Terutama kalo pas anak rewel ada yang dirasakan tidak enak di badannya. Suka bingung tuh saat anak menangis dan cuma bisa menjawab ah uh saat kita tanya apa yang dirasakannya.

Kalo ibunya yang ah uh sih dah ga perlu lagi ditanya apa yang dia rasakan...
Jadi pengen pulang neh...


Read More

Multiprofesi

Menjadi doktor alias mondok di kantor memang banyak suka dukanya. Eh, sebenarnya bukan tidur di kantor, tapi kebagian mess yang nempel di kantor. Akibatnya aku jadi kerja multitasking yang apa aja diembat. Bukan serakah ngurusin kerjaan orang, tapi memang suka ada yang minta tolong. Sepanjang aku sedang tidak sibuk, apa salahnya aku membantu. Namun mengingat banyak orang disini trus yang datang dan pergi juga banyak, akibatnya profesiku bagaikan gajah dalam pikiran tiga orang buta.

Orang Jakarta tahunya aku sebagai staf IT yang akan membangun sistem komputerisasi tambang. Sampai di Kalimantan aku ditempatkan di kantor PLTU. Karena disitu banyak komputer rusak aku suka iseng-iseng memperbaikinya. Sampai sekarang karyawan PLTU menyebutku tukang serpis komputer.

Beda di kantor PLTU beda di tambang. Di tambang, setiap ada komputer rusak mereka akan memperbaiki di toko komputer terdekat. Tak pernah sekalipun minta tolong aku, walau hampir setiap hari aku kesana. Aku baru tahu sebabnya saat aku dimintai tanda tangan di surat permintaan barang dari workshop tambang yang akan diajukan ke bagian keuangan. Disitu tertera jabatanku, tukang absen. Gara-garanya di tambang aku lebih sering kelihatan mengurus mesin sidik jari untuk absensi karyawan dibanding kerjaan lainnya.

Trus beberapa waktu lalu ada orang baru kiriman dari Jakarta. Karena datang tengah malam dan yang belum tidur hanya aku, si bos minta tolong aku jemput dia di simpang. Pagi-paginya orang itu nyamperin dan menyerahkan bungkusan berisi makanan ringan sambil mengucap, "Maaf, semalam ngerepotin. Terima kasih bantuannya ya, pak sopir..."

Dan kemarin sore, satpam laporan ke juragan kalo solar genset hampir habis. Kebetulan banget sopir masih tugas luar semua dan juragan minta tolong ambilkan solar di pengecer terdekat, takut keburu gensetnya mati bila menunggu mobil sarana datang. Karena langganan, aku tuh cuma ambil doang dan pembayaran biasanya diambil oleh penjualnya ke kantor secara periodik.

Saat aku sarapan di dapur tadi pagi, aku dengar ribut-ribut di luar dekat ruang genset. Kedengaran sampai ke dalam bahwa ada orang mencari tukang genset untuk mengambil jeriken minyak yang diambil kemarin sore. Aku cuma menarik nafas perlahan mendengar aku punya jabatan baru, tukang genset.

Karena ibu dapur sepertinya bingung tidak tahu siapa yang dimaksud tukang genset, aku keluar nyamperin mereka. Melihat aku datang, tukang jual solar segera menunjukku. "Nah, ini dia tukang gensetnya.."

Diluar dugaan, si ibu dapur malah menukas lantang, "kok tukang genset sih..? Bapak ini kan tukang betulin kulkas..?"

Aku cuma bisa diam...
*Keselek...
Read More

Timbang Mumet

Gak ada angin gak ada ujan tiba tiba di Hpnya si B muncul sms dr nomer yang gak dikenal....
(bukan nama sebenarnya, lagian tega amat kalo ada orangtua yang ngasih nama anaknya "Be")

A = Alluw kag! Leh knal? Ap kBrx?

B = Wa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh. Dengan hormat, sampainya pesan ini, saya akan memberitahukan bahwa kabar saya baik-baik saja.... Maaf beribu-ribu maaf, Ini gerangan nomer siapa ya? Kok acap kali sms nomernya ga ke save ya?

A = Owh ea muuph lupa ng@s1h s4L4m,,,, Ini EnDoet LuThuwna EmbeM C@ianK Cmu@na. Inged gag kag? Eh, kug blzna pjg bgd ch? Gi ng4ps?

B = Yaiyalah panjang.... Lagian ga dibayar perhurup inih! Gw lagi mabok nerjemahin kata2 lo nih. Keypadnya ilang2an ya? Oh elo.... Eh, siapa tadi? Tembem semua? Perasaan temen-temen gw kalopun ada yang tembem paling sebagian dipipi doang. Ga sampe seluruh badan dah.

A = Huft ...Plz dund...bkn t3mb3m cmu4, tp emb3m c@iank cMuana W AD klaz xmp lw dlu. J4h@d bgd d3ch......fufufuuu

B = Yeeee mana gw apal. Adek kelas gw kan ada banyak. Bayangin misal sekelas ada 25 murid cewe. Dikali 9 kelas. Nah, itung ndiri dah tuh ada berapa! Itu belom dari sekolah2 laen. Mereka kan gw anggep adek kelas gw semua walopun mereka ga nganggep gw. Coba? Masa iya gw apalin atu2. Lu kira gw petugas sensus! Eh itu sebenernya huruf mau lo ganti apasih? Jadi angka 4 apa a keong (@)? Satu aja ribet apalagi dua gw bacanya. Plin-plan lo ah


A = Ea muuph kag.... Abzn udh kbi@s44n kag. Jng mrh dund... hix... hix... Oh ea y.. Kn ad bnyk ea... muv dh muv.. Eh kag, w inged loh qt dlu prNh kut xkul PeNcak sLt bReng jG.

B= Jorok lo ah

A = Pencak SILAT kak!!!

B = Ooohhh.... Nah itu bisa nulis bener

A = Tp w kluwar paz 5aBuk quNink. Gag kwt. Uji4nna bRad bGd

B = Gw ga pernah ikut pencak silat. Gw ikut cheers. Yang dipaling atas formasi piramida kan gw. Lagi pula kalo gw ikut pencak silat, sabuknya ga muat.

A = Iyh yng bn3r kag? Bc4nd@ aj dh wkwkwkwkwkwkwkwkwk! !!

B = Etdah lo ketawanya serem amat kayak burung gagak.

A = Eh kag BTW n0m3r hpx kog ckep amad ch? Ky orangx

B = Nama gw bukan betawi.

A = Mksd w by the way

B = Kenapa emang JALANnya?

A = OMONG-OMONG! !!!

B = Oh... ga tau nih.. Beruntung aja dapet nomer bgini

A = Dpt dri m4n4 kag?

B = Hadiah es orson. Penting amat

A = Kag kuq fesbukx lum d k0nfr1m?

B = Confirm! Bukan Kon-frim! Oh yang foto profilnya dari atas sambil manyun2 itu lo ya? Gw kira fanpage-nya Suneo. Belom-belom. Ntar deh kalo angel foto lo udah bener. Eh, unyeng2 lo ada 5 ya? Ampe keliatan. Banyak amat. Situ pake ekstensen unyeng2?

A = Iyh ka2g bC@nd4 aj@ dh. 1tukan age ngetrend kag futu dri @ta5. Mak1n gaG kli4t@n mukax, makin keyenz!

B = Yaiyalah. Gimana mau keren kalo muka lo keliatan. Coba dong sekali-sekali foto profilnya diganti pake fotokopi. Burem, perkecil, bolak-balik. gitu.

A = Mangx uj14n!

B = Biar ga keliatan muke lu. Katanya makin ga keliatan makin kerennn... Gw yakin asli lo ga sebagus di foto kan? Nih udah gw confirm. Eh, itu foto2 lo banyak banget yang jari tangan angka satu dimulut. Lagi ngelonin orok sapa lo? ya ampun.. Lo ga juling foto dari atas semua?

A = Gag. Udh b1aza k0g. Eh, kag mang gi onlen ea? Onlen d kul ap dihumz?

B = Eh kalo bahasa alaynya onlen di WC SPBU apaan? Salah semua tuh option lo

A = Ih... kakak joyokkkk...

B = Kadir ga diajak?

A = Itu Doyok kaaaggg.... Yah, w lgi gaG onlen niyh kag. Cb klo qt sm onlen, kn bs chat b4r3ng

B = Kita? Lo aja kali ama kawan2 lo. Lagian yang minta lo biar onlen sapeh?!

A = Hix..Hix...Jahad  Kag kug lum bubu siyh? Kn udh mlm. Mang lum ngantug ea?

B = Gw ga pernah ikut MLM deh

A = MalemKag maksudx....

B = Udah gede ini. Lagian sembari ngelembur ngerjain tugas nih.

A= Cemangadh!

B = Hdagnamec

A = Paan tuch Kag???

B = Tulisan lo gw balik. Bingung gw nanggepin bahasa lo. Eh tulisan lo bisa di normalin dikit ga? Sedikiiit aja demi gw

A = Oh ea deh kag..

B = Eh, ko gw baca status-status lo semuanya ngambil dari lirik-lirik lagu ya??? Keabisan ide lo? Mana udah di Like-in sendiri, trus ga ada yang comment pula.

A = Eaaa... Abisan w suka bgd kag sm lgu it. Co cweet bgd dech. It jga da lgu knangan sm mantan w dlu

B = egp.

A = Ohiya kag! Bsk lusa jm 9 pgi d tv nntn w ya!

B = Itu kan acara live musik itu kan?! Yang penontonnya satu panggung sama artis bandnya. Trus sambil nari2 kompak banget dibelakangnya. Lo jadi artis toh sekarang? Grup band lo apa namanya? Salut gw. Pasti lo jadi vokalisnya ya? Apa lo soloist?

A = Bukan kag, gw jadi penontonx.

B = Huh?!!!!!!! (Keselek)

A = Ea, yng pnting msk tv kag! Gw ma rombongan udh nyiapin tarianx lho kag. Biar kompak nnti narix. Nama tarianx. Tau dund kag ky gmana. Gag ngaruh deh mw bandx apa aliranx apa.

B = Trus kalo bandnya metal gimana??? Masa lo mau tetep joget ?

A = Ya gag ap kag. Lgan band metal mah gag mgkin d hadirin kag. Kyk ga tau aja kag..

B = Yaudah deh, selamat joget ya. Kakak mo tidur dulu. Oia, besok lusa, pagi2 kakak ga bisa nonton situ joget . Soalnya kakak sibuk mau bikin anyam2an sedotan. Babay!

A = Bye... Met bubu kag. Eh kag, ntr jm2 bolax pa?

B = Hah?! Lo suka nonton bola pagi2 juga?

A = Yaelah bgadang nntn bola wajar x kag

B = Lo cowo apa cewe sih?!

A = Cow. Mang np?

B = Lah itu foto2 difesbuk?!

A = Itu mantan w kag. Fto w d album Juzt Me

B = ............ ......... ......... .......

A = Kag?

B = Eh iya sori. Udahan dulu ya. Gw baru ngeliat UFO nih. Bye!
Read More

Atheis Kontemporer

Sebelum melanjutkan membaca jurnal ini, sebaiknya baca dulu ketentuan yang tercantum di jurnal sebelumnya atau klik close sekarang. Terima kasih...

---------


Karena kebetulan otak lagi adem, aku layani terus obrolan kacaw dengan temen gelapku itu. Dalam pandangannya, kebenaran adalah mutlak dan harus ditegakkan apapun caranya. Padahal menurutku, kebenaran hakiki itu hanya milik Tuhan dan tidak ada dalam diri manusia. Yang manusia miliki hanyalah kebetulan semata. Seperti dikatakan kebenaran selalu menang melawan kejahatan. Menurutku yang selalu menang adalah kebetulan, baik menang melawan kejahatan maupun kebenaran. Kebetulan saja bernasib baik, sehingga walau salah pun tetap dianggap benar.

Bagiku, agama adalah dosa warisan. Sehingga tidak pada tempatnya kita mengganggap keyakinan kita paling benar dan memusuhi orang lain yang berbeda prinsip merupakan amar ma'ruf nahi munkar. Seperti saat kita merasa benar memerangi Ahmadiyah yang dianggap sesat. Tidakkah kita berpikir andai saja kita terlahir dari orang tua yang menganut Ahmadiyah. Akankah kita tetap merasa sesat dan boleh diperangi orang lain padahal kita tak mengusik keyakinan orang..?

Coba lihat ke sekeliling kita. Berapa banyak orang memilih suatu agama dengan melalui proses pencarian. Aku berani mengatakan sebagian besar kita memeluk suatu agama karena kita lahir dari orang tua dan hidup di lingkungan agama tertentu. Berusaha mencari-cari keyakinan yang berbeda dengan yang diwariskan justru dianggap sesat, padahal agama adalah adalah hak asasi yang bersifat vertikal yang tidak boleh dipengaruhi oleh manusia lain. Bagaimana mungkin kita bisa tahu mana yang paling benar bila kita tak punya pembanding, walau dalam hal ini agama tidak boleh dibanding-bandingkan satu sama lain. Sebelum memutuskan untuk menjadikan istri saja kita seringkali mencoba-coba dengan mengamati banyak perempuan. Kenapa kita harus dengan sengaja membutakan mata untuk urusan mencari Tuhan..?

Sudah aku duga, penggunaan istilah mencari Tuhan akan menuai kecaman dari temanku dan bertanya apa sebenarnya agamaku. Dengan mantap aku jawab, Atheis kontemporer. Heheh...

Kenapa aku bilang atheis dan kenapa pakai embel-embel kontemporer, karena memang aku bukanlah manusia tak bertuhan. Segenap jiwa raga aku mengakui adanya Tuhan dengan segala kuasaNya. Namun kenyataan mengungkapkan dengan segala keterbatasanku sebagai manusia biasa, aku belum bisa menjalani semua yang menjadi kata Tuhan. Aku tak bisa begitu saja menerima kebenaran yang bersifat warisan tanpa aku meyakini sepenuh hati akan kebenaran itu. Sifat wujud Tuhan yang seringkali dibuat fana oleh pengikut setianya itu yang membuat aku masih saja berkeliaran di alam pencarian.

Aku masih saja butuh waktu untuk mencari makna Sangkan paraning dumadi yang secara sederhana merupakan the origin and the destination of all creatures alias tempat berasal dan kembalinya segala makhluk. Ini merujuk  pada sosok Tuhan sebagai pencipta (alias asal) dan pemilik (alias tujuan) segala makhlukNya yang identik dengan konsep Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Tak perlu kita menganggap bahwa manusia bertuhan adalah manusia yang menganut agama yang diakui oleh negara. Mengingat prinsip Tuhan sebagai asal dan tujuan, aku berani mengatakan bahwa di dunia tidak ada manusia yang tidak beragama. Kita tinggal melihat apa yang dituhankan, maka kita akan bisa melihat apa agamanya. Tak perlulah kita melihat di KTP kita beragama apa. Bila kenyataannya asal dan tujuan hidup kita adalah uang, berarti tuhan kita adalah uang. Coba tanya ke diri masing-masing, dalam sehari berapa banyak kita mengingat Tuhan yang tercantum di KTP dan berapa banyak kita mengingat uang. Yang paling banyak itulah jawabannya.

Begitu jahatkah orang yang belum beragama, sampai-sampai setiap ada perbuatan keji seringkali dikecam sebagai perbuatan orang yang tak beragama. Tidakkah kita melihat Fidel Castro yang begitu dicintai rakyatnya atau Voltaire yang begitu humanis. Sebaliknya lihatlah seperti apa perbuatan Mr Bush yang agamis, membantai jutaan manusia di berbagai belahan dunia atau rejim HM Soeharto yang memusnahkan rakyatnya sendiri yang tak berdosa hanya karena namanya tercatat sebagai anggota ormas PKI. Aku tak melihat adanya kaitan perbuatan manusia dengan agama. Malah kalo boleh dikatakan 99% kejahatan dilakukan oleh orang yang beragama. Paling gampang silakan dihitung sendiri, berapa persen koruptor yang bertitel haji dan berapa persen yang mengaku belum bertuhan..?

Namun bukan berarti orang beragama itu buruk. Banyak sekali temanku yang benar-benar bisa menerjemahkan jalan Tuhan dalam kehidupannya bersama sesama manusia tanpa melihat keyakinan atau prinsip hidupnya. Seperti seorang temanku penganut salafiyah yang begitu kuat menerapkan aturan agama pada dirinya sendiri namun tak pernah mau mengusik perbuatan orang lain yang tak sesuai dengan prinsipnya. Egoiskah dia..? Di mataku tidak. Justru itulah dakwah yang terbaik. Tanpa menebar permusuhan dia bisa menarik banyak teman untuk mengikuti madzabnya. Dia berbeda dengan ulama bedebah yang memanfaatkan fanatisme bodoh umatnya untuk menebar kebencian kepada orang lain yang seagama hanya karena berbeda bendera partainya.

Aku merasa masih hidup di dunia yang artinya kita hidup dengan isi alam dan sesama manusia. Selama aku tidak membuat kerusakan dan permusuhan di dunia, bagiku sudah cukup. Tak perlulah kita mengatasnamakan Tuhan untuk menjadi pembenaran atas perbuatan-perbuatan buruk kita. Jadikanlah Tuhan yang maha rahman dan rahim sebagai motivasi kita menebar kebaikan. Tidakkah Tuhan akan menangis melihat ciptaanNya saling bermusuhan dan semuanya mengatasnamakan perintahNya. Apakah Tuhan juga maha cuek sehingga dia lebih suka bermain dadu dengan Einstein daripada mendamaikan manusia-manusia ciptaanNya..? Atau malah Tuhan sebenarnya sudah tidak ada dibunuh Nietzsche..?

Sampai disini, sudah tak ada lagi obrolan lanjutannya. Entah dia bosen apa malah setres dengan celotehku, aku tak tahu. Yang pasti aku tak pernah bosan mencari. Orang-orang pakar agama dari berbagai keyakinan dari ujung barat Banten sampai Situbondo di ujung timur, dari Cirebon di pantai utara sampai Nusakambangan di pantai selatan Jawa sudah pernah aku sambangi. Namun jawaban yang aku cari belum juga aku temukan. Entah sampai kapan, hanya Tuhan yang maha tahu.

Mungkin sebuah obrolan pendek dari masa lalu bisa jadi penutup.
"Berdosakah bila aku melakukan hal yang aku tak tahu itu melanggar firman Tuhan..?"
"Tentu tidak kalau kamu memang tidak tahu..."
"Kalau begitu, kenapa pak kyai ngasih tahu aku..???"

Mohon maaf bila kurang sependapat.
Wassalam...



Read More

27 Maret 2011

Mengencingi Kitab Suci

Sebelumnya aku mohon perhatian narablog...

Bahwa jurnal kali ini merupakan bahasan yang sedikit sensitif. Untuk mereka yang merasa tidak bisa berpikir terbuka atau merasa tak mampu untuk menjadi dewasa dalam membahas keagamaan, silakan close jurnal ini dari sekarang. Silakan berwacana, asal tetap pada tempatnya.
Terima kasih

---------------

Beberapa teman sempat nagih dengan apa yang aku tulis di jurnal Beda Keyakinan, bahwa aku akan menulis tentang obrolanku dengan seorang penghujat gelap yang tak mau membuka identitasnya sedikitpun. Sebenarnya teman gelapku itu bukan mencaci maki, melainkan menceramahiku karena aku dianggap mendekati kesesatan, berteman dengan orang yang memiliki keyakinan yang bertolak belakang dengan agamanya. Jurnalku yang sebenarnya membahas tentang keinginan sekelompok teman mengungkap budaya bangsa sendiri ditanggapi dengan melenceng dari tema. Sebagai orang yang ingin bertanggung jawab dengan apa yang telah aku tulis, aku layani dengan baik walau permintaanku menuliskan itu di kolom komentar tidak pernah dituruti.

Ketika kata-katanya sudah semakin keras dan mulai mengeluarkan dalil-dalil sampai ke soal jihad, aku sampaikan terus terang bahwa aku tak menguasai itu. Dan aku cuma jawab dengan cerita tentang anakku Citra sebagai analogi.

Citra kalo boleh dibilang, dibuat diatas canvas dengan palet, kuas, berlumur cat. Saat masih dalam kandungan, ibunya sempat nyidam kue sagon jahenya Nasirun, seorang pelukis Jogja asal Cilacap. Saat lahir, lukisan Totok Buchori, patung kayu Katirin dan celoteh gilanya Hadi Soesanto menjadi hadiah penyambutnya. Dia pun dibesarkan di sebuah galeri sehingga bisa dikatakan seni lukis merupakan dunia yang tak bisa dipisahkan dari hidupnya. Tapi dia begitu santainya merobek-robek katalog karya-karya dari maestro seni Indonesia. Pipis diatas lukisan Budi Ubruk pun dia lakukan tanpa rasa dosa.

Ceritaku dijawab dengan kata, hanya orang bodoh menyamakan mujahid dengan anak kecil.

Tidak ada yang menyamakan, aku cuma menggambarkan. Seorang anak yang seharusnya fanatik dengan dunia seni sampai ngompol di atas mahakarya seniman terkenal belum bisa dikatakan salah, karena memang dia belum mengerti dengan perbuatannya. Tapi seorang dewasa yang telah begitu menguasai ilmu agama, kenapa masih bisa mengencingi kitab suci dan memberaki tuhannya.

Karena yang aku tahu, tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk agresif menyerang orang lain yang tidak mengusiknya. Perbedaan keyakinan bukanlah alasan untuk mengkafirkan orang lain, apalagi untuk menyerangnya secara fisik sampai menghilangkan nyawa manusia. Keyakinan buatku adalah habluminallah. Sejauh secara habluminanas kita tidak diganggu, kenapa kita harus memusuhinya seperti banyak terjadi di sekitar kita.

Kata beliau, walau belum masuk kategori kafir, aku sudah mendekati kekufuran. Itu adalah dosa besar.

Aku tak pernah mau tahu urusan dosa perdosaan. Karena itu merupakan hak prerogatif Tuhan yang tak bisa disentuh manusia. Tidak pada tempatnya kita mengatakan orang lain sebagai pendosa. Sejauh aku tidak berbuat jahat secara norma, aku tak perlu merasa berdosa. Agama mengajarkan untuk menjaga silaturahmi dengan siapapun, kenapa umatnya harus mengkotak-kotakkan diri. Jihad buatku bukanlah perang suci. Melainkan ijtihad yang memaksaku untuk selalu berpikir terbuka dengan segala perbedaan. Perintah pertama untuk iqra, buatku bukanlah sekedar membaca buku yang bertitel kitab suci. Tapi membaca alam semesta termasuk perbedaan-perbedaan yang ada diantara manusia.

Tidak ada alasan untukku membatasi pergaulan dengan sesama. Tak perlu ada rasa takut aku menjadi penjahat hanya karena berteman dengan preman. Aku yakin bisa seperti ikan laut yang dagingnya tetap tawar walau selalu hidup di air asin. Dan semua itu sudah terbukti. Walau aku sering gaul dengan kyai dan menyambangi pondok pesantren, tetap saja aku masih belum terpengaruh untuk rajin shalat...

--- bersambung.
Mau lanjutin coding dulu---

Read More

Damai Itu...

Hidup di lingkungan yang keras, kadang membuat kita menjadi serba salah. Apalagi kalo status kita disitu adalah pendatang. Kebiasaan memposisikan diri sebagai "yang punya kawasan", menjadikan kita merasa punya pembenaran untuk sesuatu yang sebenarnya tidak dibenarkan. Hukum rimba jadi acuan dan yang secara hukum seharusnya punya kekuasaan cenderung bingung.

Seperti pekerjaanku merancang sistem komputerisasi online untuk perusahaan ini. Ketidakjelasan standar operasional prosedur karena berlakunya hukum rimba di kalangan bawah membuat tugasku mentok di penyusunan logika absensi dan penggajian. Terlalu banyak standar jam kerja yang semau gue menjadikan script coding semakin kusut. Penyeragaman struktur wajib dilakukan agar aku bisa bergerak cepat. Namun pihak pelaksana manajemen seringkali ketakutan akan terjadi gejolak saat sistem itu diberlakukan karena pasti ada perlawanan dari pihak-pihak yang merasa kepentingannya disunat.

Melihat latar belakang sebagian karyawan yang ada, aku memang bisa mengerti kenapa ini terjadi. Pemilik lahan mau melepaskan tanahnya ke perusahaan dengan syarat anak atau saudaranya dijadikan karyawan. Orang yang tak lagi punya kebun karena dibebaskan untuk tambang, menuntut mereka dijadikan karyawan. Banyak karyawan diterima tanpa memperhatikan kemampuan pribadi dan kebutuhan perusahaan. Ketika kerjanya tidak beres dan mendapat teguran, budaya penguasa kawasan keluar. Bawa pasukan dan mencabut mandau sepertinya sudah menjadi wabah.

Untuk mengatasi kondisi tak jelas ini, sebenarnya aku sudah tawarkan untuk menyusun sistem yang sesuai standar perundang-undangan. Aku yakin ini bisa, karena untuk perusahaan-perusahaan tambang besar juga nyatanya bisa. Manajemen menolak dengan alasan tak mau terjadi gejolak yang pada akhirnya menghentikan proses produksi. Aku sudah coba untuk memberi jalan tengah. Sebelum sistem standar kerja ini diberlakukan, kesejahteraan karyawan ditingkatkan dulu. Masa sih karyawan tidak mau kesejahteraannya naik walau dengan syarat sistemnya dipatuhi.

Perusahaan menolak dengan alasan biaya gaji akan membengkak. Padahal aku sudah bilang, bila sistem komputerisasi diterapkan, pola kerja karyawan akan lebih efektif. Rekap absensi yang selama ini dikerjakan oleh 5 orang, cukup dikerjakan satu orang. Empat orang sisanya bisa dimutasi ke bagian lain yang membutuhkan tanpa perlu mengadakan rekrutmen baru sampai semua memperoleh posisi sesuai skillnya. Mengapa harus bertahan menggaji 5 staf masing-masing 2 juta, bila dengan 1 orang bergaji 5 juta pekerjaan bisa selesai. Padahal kalo dipikir, dikelola dengan acak-acakan saja tambang sudah menguntungkan. Apalagi bila dikelola dengan baik. Lagian aku juga butuh penyesuaian itu agar gajiku juga ikut naik. Heheh..

Makanya aku sempat kepikiran, jangan-jangan aku juga harus cabut golok agar ideku bisa diterima perusahaan. Terbukti setiap upaya dengan jalan damai selalu mentok dan tidak diperhatikan perusahaan.

Begitu mahalkah perdamaian disini..?
Rasanya tidak juga.
Di jalanan saja damai diobral murah
Duapuluh ribu perak cukup sudah...
Read More

Pijit

Seminggu kurang tidur coding terus sampe otak hang, semalem juragan berbaik hati ngajak refresing. Sebenarnya aku males karena setelan otak lagi dapet banget untuk membuat logika aturan penggajian. Tapi watak aji mumpung tiba-tiba keluar. Kapan lagi ada kesempatan melemaskan jaringan otak di tengah hutan begini. Itung-itung malem mingguan deh...

Berangkat berlima dengan sopir yang katanya tahu tempat santai di Tanjung, kota yang lumayan besar terdekat dari tambang. Berangkat jam 8 malem sampai tujuan jam 10 yang artinya sudah jam 11 malem waktu setempat. Sampai disana sempat muter-muter sejam dan menemukan malam minggu yang sepi. Si bos komplen karena kelamaan muter-muter dan akhirnya malah dibawa sopir ke warung jablay. Tambah ngomel tuh aki-aki. "Masa gua lo ajak ke tempat ginian..?"
Hihihi...

Turun tuh si sopir cari informasi. Ternyata disana keramaian tempat hiburan memang bukan malam minggu, melainkan malam sabtu. Ga tau kenapa bisa begitu dan tidak ada penjelasan pasti. Masuk ke Hotel Aston Tanjung, ternyata sama. Diskotiknya juga libur di malam minggu. Bingung tidak ada tujuan lagi, si juragan ngajak pijit disitu. Aku pikir ide bagus tuh. Aku ke meja resepsionis dan diminta memilih bermacam-macam jenis pijit yang tertera di brosur.

"Siatsu, pak.."
"Maaf, tempatnya belum siap."
"Refleksi.."
"Petugasnya lagi cuti."
"Spa..?"
"Lagi perbaikan.."
"Trus yang bisa yang mana..?"
"Sementara hanya Javanesse traditional message, pak.."

Yah...
Ngapain disuruh milih kalo cuma ada satu-satunya...

Pijitannya sih lumayan daripada dipentungin hansip, tapi kalah jauh dengan kualitas pijitan mbah Painem di kampung. Sudah gitu, tidak ada harum aroma terapi atau iringan lembut musik tradisional. Si ibu tukang pijitnya pake cekikikan lagi nonton acaranya Sule di tipi kamar.

Lebih parah lagi, habis pijit perut lapar, cari warung sudah tutup semua. Jadinya meninggalkan lemburan yang niatnya represing, yang ada malah tambah pusing.

Paling enak memang pijit di rumah
Habis dipijit bisa gantian mijit...


Read More

26 Maret 2011

Manusia Malam

Gara-gara harus memulai pekerjaan dari nol lagi, sudah seminggu ini aku dan pasukan baru bisa tidur saat subuh tiba. Hari ini malah kayaknya tidak bisa tidur dulu karena jam 7 sudah harus berangkat ke tambang dan pelabuhan untuk ambil data absensi dari mesin sidik jari. Nyempatin tidur takutnya bablas sampai siang. Kalo data absensi terlambat direkap, bisa demo lagi karyawan karena gajian telat.

Aku sudah tak bisa lagi memikirkan berapa berat badan yang harus dikorbankan untuk proyek ini. Yang pasti waktuku tinggal tersisa satu bulan untuk ujicoba implementasi sistem di lapangan. Paling tidak pertengahan bulan depan prototipe sistem sudah harus aku presentasikan di Jakarta.

Sebenarnya aku kasihan melihat pasukan yang harus ikut-ikutan jatuh bangun memperjuangkan ambisiku akan proyek ini. Kadang kantor harus jadi kamar tidur berbantal laptop di atas meja. Kadang kamar tidur jadi tempat kerja saat mimpi terputus oleh tuntutan pekerjaan dan kembali menggeluti script tanpa sempat cuci muka.

Aku juga kasihan sama yang rindu pengen ketemu mengingat jadwal cutiku awal April sepertinya harus diundur sampai prototipe sistem siap. Istriku tak pernah bosen nelpon menanyakan kapan aku kembali. Citra pasti juga belum bosen berdiri di jendela menunggu ayahnya pulang.

Dan yang paling pasti
Anakku yang lain juga dah ngebet banget
Kebelet pulang ke sarang...

Hadoooh...

Read More

25 Maret 2011

Otak Hang

Semenjak kembali ke Kalimantan, aku merasa otak hang berat. Tak jarang bila ada orang tanya sesuatu secara mendadak, aku harus diam dulu sejenak untuk mencoba mencerna apa yang dipertanyakan itu. Gejala pikun juga mulai sedikit menganggu. Seperti bila aku berniat mengambil sesuatu di kamar, sampai disana malah bingung mau ambil apa.

Aku memang terlalu lama meninggalkan pekerjaan. Tiga minggu aku dipusingkan oleh meeting tiada akhir di Jakarta membuat PR ku di tambang bertumpuk-tumpuk sampai bingung sendiri mau mulai dari mana. Dari Jakarta aku bawa 2 orang yang seharusnya bagian rumah tangga kantor sudah menyiapkan segela keperluan mereka, ternyata aku harus pontang-panting sendiri mencari-cari ruang tidur sementara sebelum aku dapatkan mess dan ruang kerja buat mereka.

Lagi mumet begitu, laptop pribadi yang aku tinggal di laci meja ternyata lenyap entah kemana. Yang tersisa hanyalah tas dan adaptornya saja. Padahal semua data yang telah aku kumpulkan sebagai bahan pembangunan aplikasi komputerisasi tambang ada disana semua. Saat ke Jakarta aku memang membawa laptop kantor yang menggunakan windows, karena harus menyiapkan file power point sementara laptop kerja pribadiku menggunakan ubuntu.

Akibatnya pekerjaan yang sebenarnya sudah berjalan separuh, harus aku awali dari nol lagi. Untung sudah ada yang membantu 2 orang sehingga aku yakin bisa segera selesai, walau harus mengurangi jam tidur. Setiap hari aku baru merebahkan diri sekitar jam 3 atau jam 4 pagi mengejar target awal bulan sudah harus mempresentasikan model aplikasi yang sedang dibangun. Payahnya yang dirancang aplikasi berbasis web yang butuh coding lebih panjang dibanding yang berbasis desktop.

Merasa otak overload, saat turun ke kota tadi aku mampir ke salon. Niatnya pengen krimbat agar aliran darah segar ke otak sedikit lancar. Dasar lagi error, sampai sana aku malah potong rambut yang sebenarnya belum terlalu panjang. Saat perjalanan pulang baru aku ingat kalo aku sebenarnya pingin pijit kepala. Kacaw...

Dan kembali ke soal laptop yang hilang...
Harganya mungkin sudah tak seberapa karena sudah lumayan jadul. Namun data-data yang tersimpan disana cukup banyak dan aku tidak punya backup. Yang lebih bikin aku sedih, laptop itu adalah laptop ibunya Citra yang pasti punya histori tak ternilai. Malah kalo boleh jujur, laptop itulah yang mempertemukan aku dan istriku sampai akhirnya memutuskan untuk menikah. Laptop itu merupakan kenang-kenangan beli di Taipei, yang buat istriku pasti memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari yang aku rasakan.

Apalagi ibue Citra pernah mengajak untuk membuka memori sepanjang jalan kenangan di Taipei. Waktu itu aku sarankan untuk menunggu Citra lahir dan agak besar agar bisa turut menikmati perjalanan. Apalagi kata orang, ibu hamil tidak baik melakukan penerbangan jarak jauh. Bisa gawat tuh, kalo penggantian laptop kenangan dijadikan alasan untuk tidak menunda-nunda lagi. Bisa tambah hang neh otak.

Besok ke salon lagi ah.
Semoga tidak lupa malah potong rambut lagi.
Bisa saingan sama pak ogah tar...

Maafkan daku ya, bu...
Read More

24 Maret 2011

Majelis Suro

Bicara soal kerugian merokok, selama ini kita cuma terpaku pada soal kesehatan dan pemborosan biaya beli rokoknya. Padahal dari sikap dan perilaku perokok, biaya silumannya juga lumayan besar.

Pada waktu jadi kuli macul di Jakarta beberapa waktu lalu, bisa kelihatan saat melepas lelah sejenak di tengah pekerjaan. Yang tidak merokok hanya butuh waktu sedikit untuk mengusap keringat dan minum. Yang perokok, paling tidak butuh waktu 10 menit dengan alasan menghabiskan rokoknya. Apalagi untuk kelas mereka, kebanyakan memilih rokok kretek yang butuh waktu lebih lama untuk menghabiskan sebatang rokok dibanding rokok putih. Lebih parah lagi kalo rokoknya merk tingwe yang harus ngelinting dewe, butuh waktu ekstra juga untuk proses pra merokok.

Untuk level karyawan di gedung berAC pun tak jauh berbeda. Tak tahan menunggu jam istirahat, mereka nyaman saja mencuri waktu untuk keluar ruangan. Mending kalo ruangannya ada toilet atau ruangan khusus merokok, dia bisa mlenyun disitu. Kalo ruangannya di lantai 100 dan harus turun ke halaman, lebih banyak lagi waktu terbuang. Apalagi kalo liftnya lagi rusak dan harus melalui tangga darurat.

Masalah senada juga terasa di tingkat jabatan manajemen. Saat meeting-meeting tiada habisnya di Jakarta kemarin, rapat kadang terganggu oleh salah seorang pejabat yang nyelonong ke mini bar hanya untuk merokok. Saat dia kembali ke meja rapat, tak jarang kita harus jelaskan ulang apa yang telah dibahas saat dia keluar tadi. Sudah gitu dia komplen lagi, sehingga keputusan yang sudah final harus dimentahkan lagi. Benar-benar sebuah pemborosan waktu dan energi yang sulit untuk mereka sadari. Padahal itu dilakukan tak cuma oleh satu dua orang saja.

Tak jarang saat break makan atau ngopi. Begitu kita kembali ke ruangan, terpaksa harus menambah waktu tunggu lebih panjang, karena sebagian pejabat belum masuk dengan alasan menghabiskan rokoknya dulu. Makanya kemaren sempat aku usulkan agar rapat dibagi menjadi 2 majelis agar bisa lebih efektif. Untuk para perokok yang tidak bisa ngempet sampai jam istirahat, agar dimasukan menjadi majelis suro, alias majelis suka rokok.

Heran juga dengan mereka yang gajinya gepokan, tapi membuang setengah batang rokok bekas saja tak mau. Padahal mereka suka bilang waktu adalah uang. Jaman aku masih perokok berat dulu, kayaknya tak pernah susah tuh nahan diri mencari waktu dan tempat yang tepat untuk nglepus.

Tapi cuma merokok lho ya yang aku bisa ngempet.
Kalo dirokok, waduuuh...
No komeng dah..

Gambar pinjem dokumentasi
Tubi Art Award di JNM Gampingan
Tanpa ijin

Read More

Kriwil

Ibue nelpon. Citra sudah tidak demam lagi. Gigi atasnya sudah nongol dan rewelnya sudah berkurang. Selain tambah pecicilan, rambutnya juga tumbuh makin lebat. Tapi kok jadi kriwil ya..?

Rambut Citra memang ajaib. Kalo masih pagi atau cuaca dingin, rambutnya lurus. Tapi kalo sudah mulai panas, mulai dah rambutnya berubah ikal. Makin panas makin keriting tuh rambut. Kalo masuk kamar dan AC dinyalain, lurus lagi rambutnya.

Apa panas dinginnya suasana memang berpengaruh ke urusan perambutan ya..? Persis seperti aku kalo pas mumet dan kepala panas, memang suka berubah keriting. Tapi cuma otaknya doang dan tak sampai keluar kepala. Atau kalo aku lagi nonton dangdut di Purawisata, isi kepala juga suka mendadak keriting juga melihat biduannya.

Aku dan ibue berambut lurus semua. Kalo salah satu ada yang keriting sih bisa saja karena faktor keturunan. Misalkan rambutku kriwil dan ibue lurus. Saat lurus berarti dia lagi nurun ke ibue. Pas berubah keriting, dia lagi pengen deket dengan bapaknya.

Rambutku memang ada yang keriting, tapi kan rambut yang lain.
Ada yang punya penjelasan..?

Read More

23 Maret 2011

Titip

Cerita yang tertunda saat kembali ke Bumi Borneo...
 
Hari sabtu kemarin, aku harus kembali ke tambang di Kalimantan Tengah. Menjelang berangkat, orang bagian pengadaan suku cadang bilang akan titip barang untuk kebutuhan workshop. Sudah menjadi kebiasaan di kantor ini, setiap ada orang akan kembali ke tambang selalu dititipi sesuatu untuk menghemat biaya pengiriman. Aku okein aja karena aku pikir, yang namanya titip itu cuma satu jinjingan.

Ketika sopir yang akan mengantar ke bandara bilang kendaraan sudah siap, aku segera turun ke halaman kantor. Saat masuk mobil aku langsung bengong lihat tumpukan kardus memenuhi kabin inova sampai melipat kursi tengah. Mau komplen juga bingung karena orang kantor sudah pada pulang. Mau ga mau aku cuma bisa nyengir kecut, sambil berharap semoga beratnya tidak lebih dari 100 kilo karena aku tidak bawa uang tunai banyak. Soalnya kan ada 3 temen yang mau berangkat bareng janjian ketemu di bandara. Empat orang berarti bagasi yang tidak harus bayar lagi cuma 100 kilo.

Sampai loket check in, jebul kelebihan 70 kiloan yang artinya aku harus nombok dulu 750 ribu. Udah gitu proses di X-Ray lumayan ribet karena yang dibawa barang logam semua. Begitu dapat boarding pass, empat orang ini tempat duduknya dipisah-pisah lagi. Dikira gerombolan teroris bawa bom kali...

Benar kata pepatah.
Kita harus teliti sebelum menerima barang titipan.
Kalo jadi penitipan anak sih gapapa.
Tapi khusus penitipan anak gadis.
Saat pengembalian dijamin tidak ada yang kurang suatu apa
Kalo ada yang tambah, itu sih diluar jaminan garansi...

Read More

22 Maret 2011

Curanmor

Maap kalo roaming...
Lagi pengen iseng doang...



Download Video
Read More

21 Maret 2011

Cepet Sembuh Ya...

Citra demam. Hidungnya mampet. Semaleman ga mau tidur minta digendong terus. Giginya mau tumbuh lagi dan pelampiasannya nenen ga mau copot. Paginya ke dokter anak di RSIA PKU. Ndilalah hujan deras dan sampai sore tidak bisa pulang. Begitu bisa pulang, sampai rumah ibunya kepleset saat markirin motor dan kakinya terkilir.

Siapa yang ga sedih mendengar cerita istri saat kita jauh di seberang lautan. Apalagi di rumah cuma ada Citra dan ibunya tanpa ada orang lain yang bisa bantu-bantu. Ibue memang kadang egois tak mau cari asisten dengan alasan pekerjaan di rumah bisa dikerjakan sendiri. Memang tidak banyak pekerjaan, tapi dengan kondisi Citra yang lagi seneng-senengnya mengeksplorasi lingkungan merayap kemana-mana, kan masalah juga.

Serba sulit memang. Bertahan di Jogja yang biaya hidup murah juga berimbas ke masalah pendapatan yang juga minim. Sulit mencari pekerjaan dengan gaji 2 juta ke atas di Jogja. Meninggalkan Jogja mencari penghasilan yang lebih layak juga berakibat sama karena biaya hidup juga berbanding lurus dengan pendapatan. Alternatifnya adalah tinggal di Jogja dan mencari rejeki di luar Jogja dengan resiko berpisah dengan keluarga. Biaya hidup di Kalimantan yang tinggi juga tak terlalu berpengaruh karena aku tinggal dan makan di mess perusahaan. Hasilnya tentu akan berbeda bila Citra dan ibunya aku boyong ke Kalimantan. Disini ngontrak kamar kosong ukuran 3x3 meter saja 900 ribu per bulan.

Punya cita-cita memang butuh pengorbanan. Tapi kayaknya keterpisahanku masih dalam batas yang bisa ditolerir dan belum pantas disebut bang Toyib. Menurut ketentuan kontrak kerja, aku dapat cuti setiap tiga bulan sekali. Tapi kenyataannya setiap bulan aku harus meeting di kantor Jakarta. Walau cuma sehari dua hari mampir ke Jogja, sepertinya sudah cukup kalo hanya untuk melepas kangen dengan Citra sekalian ganti oli.

Cepet sembuh ya, sayang...


Read More

19 Maret 2011

Lowongan Kerja di Tambang Batu Bara

Pembangunan Indonesia Raya yang tidak merata sedikit banyak berimbas ke masalah SDM dan pola pikirnya. Apalagi saat kita di pedalaman, semua itu terasa banget. Walau dari segi politik mereka jago, pembinaan mental dan ketrampilan yang aku lakukan berjalan relatif lambat. Tidak semuanya sih, namun sebagian yang aku temukan disana menyatakan seperti itu.

Sebagai contoh saat aku lihat pengelolaan gaji karyawan masih menggunakan cara manual. Sehingga untuk menghitung rekap absensi, lembur dan pernak-perniknya harus dilakukan oleh 5 orang staf. Disebut manual tuh bukan berarti total masih pakai kertas dan bolpen. Memang sudah menggunakan komputer dan excel, tapi cuma untuk ngetik doang. Saat ada perhitungan, tidak digunakan rumus. Melainkan ambil kertas dan kalkulator untuk menghitung, lalu hasilnya diketikan di excel.

Kemudian aku ajari cara menghitung dengan rumus dan tinggal dikopi ke baris selanjutnya. Hasilnya pekerjaan hari itu selesai lebih cepat dari biasanya. Tapi besoknya aku ditegur atasan mereka karena pekerjaan di kemudian hari ancur-ancuran. Aku investigasi ke yang bersangkutan. Ternyata rumus yang aku ajarkan kemarin itu mereka kopi kopikan ke semua pekerjaan mereka, tak peduli apapun kasusnya.

Pelan-pelan aku latih mereka walau progresnya memang teramat lambat. Kemudian aku coba mencari tau kenapa bisa SDM semacam itu masuk jadi karyawan. Ternyata budaya titip menitip dan pemaksaan yang jadi latar belakangnya. Awalnya, penduduk setempat yang punya lahan di sekitar tambang demo dan meminta lahan mereka dibeli oleh perusahaan. Setelah mereka tak punya kebun, mereka demo lagi minta dipekerjakan di perusahaan. Memang mereka dipekerjakan di bagian yang tidak terlalu penting seperti security, staf atau bagian lapangan. Tapi ketrampilan yang pas-pasan membuat jumlah orangnya jadi menggembung. Seperti pekerjaan rekap absensi yang selama ini dikerjakan 5 orang, ternyata bisa aku selesaikan hanya dibantu satu orang. Itupun aku jadikan sambilan, bukan hanya mengerjakan itu doang selama sebulan.

Gerakan perlahanku ternyata tidak membuat orang-orang manajemen mau bersabar dan memutuskan untuk mengganti beberapa posisi staf dengan orang dari Jakarta. Yang salah aku juga. Pernah kasih pernyataan, daripada bayar 5 orang lokal masing-masing 2 jutaan, mendingan bayar tenaga setengah ahli dari Jawa dengan gaji 6 juta. Masih nyisa 4 juta kan..?

Jadi...
Untuk yang berminat kerja sebagai staf administrasi di workshop tambang batu bara dengan lokasi di Tamianglayang Barito Timur Kalteng, silakan kirim lamaran dan riwayat hidup ke xxxx, Jakarta 10160.

Syaratnya, mau kerja di lokasi yang setengah ekstrim. Di kantor sih, tapi lingkungan sekitarnya kan tambang yang kadang super becek. Di pinggir jalan propinsi tapi di hutan juga. Dari ibukota kabupaten Bartim sekitar 15 km. Harus bisa komputer minimal office. Boleh cowok boleh cewek, diutamakan usia dibawah 30 tahun dan status single. Yang berstatus dobel, tripel atau empel boleh juga, asalkan tidak bermasalah dengan pola kerja roster, tiga bulan kerja dan 2 minggu cuti. Tiket pulang pergi saat cuti ditanggung perusahaan. Begitu juga urusan makan dan cuci sudah disediakan di mess. Kamar berAC, tapi listrik sering mati. Mandi pakai shower, tapi sering mampet kebanyakan tanah. Kalo mau yang jernih dan unlimited, nyebur aja ke sungai.

Yang pasti kerja disitu gaji bakalan utuh kecuali memang hobi jajan. Kenapa bisa boros, soalnya jajan paling-paling 10 ribu, ongkos ojeknya 50 ribu. Gaji ditransfer liwat rekening. Kalo pakai BRI, ATM terdekat di Tamianglayang 15 kilo dari site. Tapi sayang ATMnya sering kosong. Kalo pakai Mandiri harus ke Tanjung, 2 jam perjalanan. Kalo BCA, ke Banjarmasin tuh, 7 jam dari lokasi. Makanya gaji aku masukin ke rekening istri dan kalo aku butuh istri tinggal kirim pake wesel pos atau western union. Tapi selama ini, istri kirim 500 ribu perbulan selalu nyisa banyak tuh. Pengeluaranku paling-paling beli air mineral buat bekal ke tambang dan permen. Pengen pijit apa krimbat mahal, nipisin rambut dikit aja di salon ongkosnya 25 rebu. Apalagi kalo sampai babat abis.

Soal gaji dan fasilitas yang diinginkan silakan negosiasi sendiri dengan HRD saat wawancara. Disini tidak ada standar gaji yang pasti. Jadi salah nego di awal berakibat lumayan fatal dalam jenjang penghasilan berikutnya. Biar lebih jelas tentang carut marutnya perusahaan ini, baca saja jurnal-jurnal 3 bulan terakhir di blog ini semenjak aku berangkat ke Kalteng pertengahan Januari lalu.

Tapi...
Ini sekedar informasi saja. Segala sesuatu yang berkaitan dengan lamaran menjadi wewenang perusahaan. Aku tidak ikut campur sedikitpun. Kecuali pelamar cewek penampilan menarik, boleh deh lamarannya ke emailku. Jangan lupa fotonya seluruh badan dari segala posisi. Siapa tahu bisa lolos audisi untuk pilem rawins ngesot. Jadi kuntilanak...

Soal nego kerja, silakan baca disini deh...

---- update 12-7-2011
CLOSED----
Read More

Lebih Mudah Untuk Orang Lain

Banyak teman yang berpikir, saat kita bekerja di sebuah perusahaan berarti kita tinggal kerjakan apa yang perusahaan mau dan setiap bulan di gaji. Di perusahaan ini pun sepertinya bisa begitu. Tapi hasil investigasi ke teman-teman yang sudah disini bertahun-tahun, kondisi kesejahteraan cenderung stagnan dan kenaikannya landai-landai saja. Ini sempat terbaca sejak awal dan menurutku ini masalah besar. Karena aku termasuk orang yang "mbuh". Yang lebih suka kerja dengan gaji awal rendah tapi bisa sering naik, daripada gaji gede tapi sampai 2 tahun tidak ada perubahan.

Seperti ketika aku mengalah pergi ke Kalimantan dengan gaji Jakarta. Aku menolak kontrak satu tahun dan minta direvisi menjadi 3 bulan dengan status percobaan. Begitu keluar dari ruang HRD ada teman yang ngebego-begoin permintaan status percobaanku. Namun aku pikir, satu tahun terlalu lama untuk meminta kenaikan gaji yang ngepres itu. Tiga bulan itu aku anggap jalan-jalan keluar kota saja dan menurutku sangat wajar bila aku naik status dari percobaan ke kontrak aku minta kenaikan gaji.

Begitu sampai di tambang aku menemukan sebuah pekerjaan yang memang kurang pantas untuk digaji tinggi. Seminggu aku jalani itu, minggu kedua aku mulai susun sebuah proposal dan mengadakan pendekatan untuk menjual proposal itu ke manager-manager yang ada. Setiap kali ada pejabat kantor Jakarta yang datang, aku pun begitu getol minta waktu untuk menawarkan proposal. Tidak ada yang mulus, penolakan selalu ada. Bahkan sampai ada yang ngusir duluan begitu melihat aku nongol. "Jangan sekarang deh, bosen lu ngomong gituan mulu..."

Berbekal kesabaran campur mutungan, pendekatanku selama sebulan bisa menyakinkan beberapa pihak yang berkepentingan di tambang dan aku dipanggil ke Jakarta untuk presentasi. Di Jakarta pun bukan persoalan mudah. Setiap hari meeting dan meeting katanya untuk presentasi. Tapi tetap saja posisiku masih dianggap sebelah mata oleh direksi sehingga setiap meeting selalu diberi jadwal paling akhir yang selalu tidak kebagian waktu buat ngomong. Makanya ketika mendapat kesempatan bicara, presentasi pertamaku didepan direksi adalah, "Saya merasa di perusahaan ini saya bukanlah IT, tapi AT. Alias anak tiri..." 

Butuh sakit hati sampai 3 minggu melawan beberapa politik kepentingan yang merasa akan terganggu dengan pekerjaan yang aku tawarkan, sebelum akhirnya ijin prinsip aku dapatkan. Setelah itu tinggal memperjuangkan schedule dan RAB. Beres itu aku masih harus ngotot-ngototan minta dua orang programmer untuk membantu pekerjaanku berikut gaji yang layak. Akhirnya deal kedua asistenku dapat gaji 2 kali lipat dari yang aku dapatkan kemarin. Setelah kontrak mereka beres, aku menghadap direktur HRD untuk menanyakan revisi kontrak kerjaku berkaitan dengan penyesuaian gaji. Dan jawaban beliau, "Kamu kan baru kerja dua bulan. Kontrakmu baru akan habis sebulan lagi. Ya sabar dulu lah..."

Menyebalkan memang kalo inget soal kenaikan gaji yang harus tertunda itu. Lebih sebal lagi ketika mengusahakan laptop buat kerja timku nanti. Perusahaan ini memang teramat ajaib. Untuk urusan perusahaan pun harus aku yang mengejar-ngejar agar bisa dipenuhi kebutuhan alat kerja. Kok bisa-bisanya dua orang asitenku ga dikasih laptop dengan alasan mereka masih percobaan dan belum berhak dapat fasilitas. Sampai aku bego-begoin tuh menejer pekok. Emang kalo ga dikasih alat kita mau kerja pakai apa nanti. Disuruh makan gaji buta..?

Rencana keberangkatanku mundur-mundur terus sampai 4 hari hanya untuk mengurus laptop. Dua hari lalu sebenarnya sudah diputuskan untuk dapat laptop. Begitu aku lihat, eh laptop bekas. Aku ngotot lagi minta yang baru dengan spek rada tinggian untuk mereka. Kemarin laptop baru datang. Tapi cuma dua biji yang artinya aku ga dapat jatah. Tiketku sudah dipesan untuk keberangkatan hari ini. Berarti aku cuma punya waktu sampai nanti sore untuk memperjuangkan permintaan laptopku. Masa sih laptop baruku juga harus nunggu sebulan lagi bareng dengan perubahan kontrak kerja..?

Mungkin memang sebuah realita. Memperjuangkan orang lain seringkali lebih mudah daripada memperjuangkan kepentingan sendiri. Tapi tak masalah deh. Toh buatku hidup memang perlu tantangan agar lebih menarik. Seperti aku selalu tertarik melihat cewek yang tampil menantang...
Read More

13 Maret 2011

Beda Keyakinan

Perasaan tidak ada yang aneh dalam postingan sebelumnya yang berjudul Jempoler. Aku cuma cerita nemu gambar jempol di google earth trus sama temen dari suatu komunitas budaya dikomentarin. Ternyata ada orang yang sepertinya tidak suka dan menghujat lewat japri. AKu sudah sarankan agar pindah di kolom komentar agar bisa lebih terbuka dan memungkinkan orang lain urun rembug. Tapi tetap saja beliau ngoceh di saluran tertutup.

Aku sih oke-oke saja kalo memang ada yang mempermasalahkan tulisanku lalu mengajak bicara. Sejauh hanya bertukar pendapat atau wacana dan tidak debat kusir bagiku malah asik. Tapi kalo sudah ngomong kenceng trus bawa-bawa soal keyakinan, walau selalu aku layani, tetep saja bikin bete. Nanti deh kalo obrolan gak karuan ini sudah tamat, aku ceritakan apa-apa yang terjadi.

Hari gini masih bawa-bawa soal keyakinan untuk menyerang orang lain..? Udah basi banget tuh. Pemikiran boleh beda, bertukar wawasan tidaklah haram, namun urusan benar salah, kembali ke diri masing-masing dong. Perbedaan itu justru membuat hidup menjadi lebih berwarna, kenapa malah dijadikan sumber masalah..?

Contohnya ga perlu terlalu jauh.
Aku dan istri bisa hidup damai walau beda keyakinan.
Aku begitu yakin kalo aku 100% ganteng.
Dan istriku tidak pernah meyakini itu...
Hiks...
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena