30 Maret 2011

Cewek Kandangan

Setiap kali jalan ke arah Banjarmasin, ada yang menarik perhatian selain dodol dan ketupat Kandangan. Sepanjang jalan begitu banyak warung-warung sederhana yang setiap malam selalu dihuni oleh beberapa cewek. Aku tak bisa mengatakan mereka itu cantik atau tidak karena soal itu relatif. Apalagi kondisi malam hari dan wajah berbalut make up sedikit tebal, sehingga sulit untuk melihat wujud aslinya.

Awalnya aku selalu berpikir negatif dengan keberadaan cewek-cewek itu. Karena mereka bukanlah pelayan yang menyajikan minuman yang dipesan oleh para pelintas jalan raya yang mampir ngopi. Apalagi bila mendengar para sopir menyebut warung-warung itu sebagai warung jablay, komplit sudah pemikiran negatifku.

Aku memang lebih banyak jalan malam saat memiliki urusan ke Banjarmasin agar sampai sana pagi. Saat keperluan selesai sore harinya, aku harus menjadi pelintas malam lagi waktu kembali ke Tamianglayang. Beberapa kali mampir untuk menghilangkan kantuk yang menyerang sopir, aku mulai bisa melihat sisi yang berbeda dari para gadis malam itu.

Aku lihat mereka lebih berfungsi sebagai pajangan dan penarik konsumen agar mampir ke warung tersebut. Sekedar menemani ngobrol dan belum pernah aku lihat mereka dibawa pergi, yang bisa diasumsikan ada transaksi seksual diantara mereka. Kondisi warung yang sederhana tanpa ruangan khusus di bagian belakangnya juga kurang memungkinkan untuk melakukan perbuatan mesum. Tak ada aktifitas lain selain ngobrol dan tidur di bangku saat tidak ada tamu. Kalopun ada yang memberi uang, paling banter hanya sisa uang kembalian yang tak seberapa.

Sopir kantor aku lihat punya langganan masing-masing dan selalu mampir ke warung yang berbeda satu sama lainnya. Tadi sempat aku iseng bertanya, pernah ngebooking mereka apa engga. Katanya, mereka itu bukan cewek bookingan walau tidak menutup kemungkinan ada satu dua orang yang bocor. Itupun tidak bisa dilakukan disitu. Harus dibawa keluar saat mereka lepas dinas. Dan syarat utamanya harus sudah akrab atau kenal dekat.

Pas mampir ngopi tadi aku coba ajak ngobrol salah satunya untuk memupus rasa penasaran. Terungkap dari bibir mereka bahwa mereka memang dibayar perbulan 400 ribu oleh pemilik warung dan dan bekerja dari sore hingga pagi hari. Fungsinya sebagai penarik pengunjung itulah yang membuat mereka harus berdandan agak menor dan berpakaian rada seksi. Walau masih terlihat muda-muda, make up mereka tidak sepenuhnya mampu menutup garis-garis kekuyuan di sekitar mata karena harus begadang setiap malam. Pantas saja harga minuman dan jajanan disitu lumayan jauh diatas harga normal karena memang ada biaya ekstra untuk penglaris dagangannya.

Ok teman...
Terlepas dari bocor tidaknya dirimu, terus terang aku salut dengan perjuanganmu mencari rejeki. Kuharap tak selamanya mereka duduk disitu dengan segala pandangan kelam atas profesinya. Semoga kehidupan di sepanjang jalan Kandangan bisa segera jadi kenangan dan tak perlu terlalu lama bergandeng tangan dengan gelapnya malam.

Selamat malam gadis Kandangan...

13 comments:

  1. ooh gitu toh, emang sengaja disewa.. jadi jangan berburuk sangka dulu itu penting.

    BalasHapus
  2. makanya, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dulu.

    BalasHapus
  3. Moga sejahtera slalu cewek kandangan..

    BalasHapus
  4. semoga gadis kandangan gak selalu ada di situ terus yaa.
    kasihan kalo misalkan harus kerja begadang seperti itu terus. bermake up saja keliatan wajahnya yang kuyu..

    BalasHapus
  5. Oalaahhhh..kirain...???
    Jadi nggak bole ngambil kesimpulan sebelum menyelidiki langsung yo Mas?

    BalasHapus
  6. aih...ada ya yang begituan...saya ga tau mau komen apa nih*lha ini bukan komen???:D

    BalasHapus
  7. selamat siang...saya baru bangun ini mas. makasih semalam mau mampir. ditunggu lho. nanti kalo di jakarta boleh juga datang di Prumpung, saya ada di sana

    BalasHapus
  8. hemmm....
    kadang kita menyimpulkan sesuatu yang belum kita tahu secara jelass,

    paragraf terakhirnya bagus, semoga mereka segera mendapatkan yang lebih baik dan kandangan hanya menjadi cerita di masa usang....

    BalasHapus
  9. strategi marketing nya sama kyk org jualan mobil. pke cewe cantik & seksi buat narik perhatian yg beli pdhal ga ada hubungannya sama barang yg di jual wkwkwk...

    BalasHapus
  10. seandainya mereka punya pilihan yang lebih baik tentu mereka tidak akan mau menjalani profesi itu

    BalasHapus
  11. do not see from the cover ;)

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena