Acara satu jam bersama google pagi ini, aku terpaku pada berita petugas radar Rusia medeteksi UFO bersuara kucing. Pertama aku baca di inilah.com
Sepintas tidak ada yang aneh pada beritanya, tapi aku kepikiran pada kalimat "Pesawat yang dianggap sebagai UFO itu terbang dengan kecepatan sekitar 6 ribu mil per jam dan menghilang tiba-tiba. UFO yang muncul pada ketinggian 64.895 meter di atas permukaan laut itu mengganggu frekuensi penerbangan."
Penggunaan satuan mil per jam dengan meter menurutku tidaklah lazim. Umumnya satuan MPH akan disatukan dengan satuan feet. Kalo meter ketemunya dengan KPH.
Aku pun cari berita senada dari website lain. Nemu di Tempo Interaktif. Disini sudah rada mendingan dengan kutipan "Benda misterius itu terbang dalam kecepatan lebih dari 6000 mph atau 9656 kilometer per jam." Tapi tetap ada yang janggal di kalimat "Dalam monitor benda itu tergambar berada di atas ketinggian lebih dari 21 ribu kilometer dari permukaan laut."
Sepintas tidak ada yang aneh pada beritanya, tapi aku kepikiran pada kalimat "Pesawat yang dianggap sebagai UFO itu terbang dengan kecepatan sekitar 6 ribu mil per jam dan menghilang tiba-tiba. UFO yang muncul pada ketinggian 64.895 meter di atas permukaan laut itu mengganggu frekuensi penerbangan."
Penggunaan satuan mil per jam dengan meter menurutku tidaklah lazim. Umumnya satuan MPH akan disatukan dengan satuan feet. Kalo meter ketemunya dengan KPH.
Aku pun cari berita senada dari website lain. Nemu di Tempo Interaktif. Disini sudah rada mendingan dengan kutipan "Benda misterius itu terbang dalam kecepatan lebih dari 6000 mph atau 9656 kilometer per jam." Tapi tetap ada yang janggal di kalimat "Dalam monitor benda itu tergambar berada di atas ketinggian lebih dari 21 ribu kilometer dari permukaan laut."
Ketinggiannya tidak sama dengan berita di inilah sebelumnya. Bahkan angka 21 ribu kilometer juga menurutku kurang wajar. Ketebalan atmosfir bumi paling banter sekitar 100an kilometer. Tak mungkin radar pemantau penerbangan didesain melebihi batas kemampuan penerbangan tertinggi di atmosfir. Kecuali radar itu adalah radio teleskop yang memang dibuat untuk penelitian luar angkasa.
Mengingat keduanya mengatakan bersumber dari daily mail, aku cari dan ketemu. "It was shown flying at a speed of slightly over 6000 mph. The UFO was logged at a height of 64,895 feet above sea level and appeared to interfere with aviation frequencies."
Berita itu benar atau tidak memang tak ada untungnya buatku. Tapi mengingat pola pikir sebagian teman kita yang jarang mau crosscheck, apalagi bila berita itu dari website yang dianggap terpercaya, apakah itu bukan bibit masalah suatu saat nanti. Asal baca langsung kasih vonis bahwa berita itu benar. Pencantuman sumber berita asing untuk berita terjemahan pun cuma dijadikan penguat bahwa berita itu berstatus A1, tanpa mau melihat langsung ke sumbernya. Bila suatu saat ada konspirasi media untuk melakukan pembodohan massal terhadap masyarakat, bisakah kita langsung menyadarinya..?
Tak cuma website berita. Tipi pun yang efeknya lebih luas di masyarakat, seringkali melakukan pembodohan semacam itu. Beberapa kali aku melihat acara yang seharusnya diungkap secara ilmiah karena membahas fenomena alam, justru disampaikan dalam bentuk impotaimen. Pembawa acaranya saja sudah tak bisa bicara normal. Gaya ngomongnya mirip orang ngempet nahan mencret. Sumber beritanya ternyata yutub atau blog. Wong untuk website berita besar saja kadang ngaco, ini blog ga jelas dijadikan sumber dan langsung dikatakan sebagai sebuah kebenaran tanpa ditampilkan artikel pembanding yang berbeda.
Sudah sumbernya kacaw, tidak ada yang investigasi sendiri ke lapangan, yang dimintai penjelasan lebih pekok lagi. Masalah fenomena alam yang diwawancarai malah artis sinetron abg yang kencing saja belum bisa lempeng. Mending kalo masalah kesehatan narasumbernya Lula Kamal misalnya. Itu kan nyambung. Soal bencana alam, minta pendapatnya ke paranormal yang sok tenar dan hobi cari sensasi murahan. Bukan penjernihan masalah yang didapat, malah bikin resah di masyarakat.
Kapan media kita bisa lebih berotak dalam menyajikan berita..?
Dan kapan teman-teman kita bisa lebih jernih dalam mencerna sebuah berita..?
Mengingat keduanya mengatakan bersumber dari daily mail, aku cari dan ketemu. "It was shown flying at a speed of slightly over 6000 mph. The UFO was logged at a height of 64,895 feet above sea level and appeared to interfere with aviation frequencies."
Berita itu benar atau tidak memang tak ada untungnya buatku. Tapi mengingat pola pikir sebagian teman kita yang jarang mau crosscheck, apalagi bila berita itu dari website yang dianggap terpercaya, apakah itu bukan bibit masalah suatu saat nanti. Asal baca langsung kasih vonis bahwa berita itu benar. Pencantuman sumber berita asing untuk berita terjemahan pun cuma dijadikan penguat bahwa berita itu berstatus A1, tanpa mau melihat langsung ke sumbernya. Bila suatu saat ada konspirasi media untuk melakukan pembodohan massal terhadap masyarakat, bisakah kita langsung menyadarinya..?
Tak cuma website berita. Tipi pun yang efeknya lebih luas di masyarakat, seringkali melakukan pembodohan semacam itu. Beberapa kali aku melihat acara yang seharusnya diungkap secara ilmiah karena membahas fenomena alam, justru disampaikan dalam bentuk impotaimen. Pembawa acaranya saja sudah tak bisa bicara normal. Gaya ngomongnya mirip orang ngempet nahan mencret. Sumber beritanya ternyata yutub atau blog. Wong untuk website berita besar saja kadang ngaco, ini blog ga jelas dijadikan sumber dan langsung dikatakan sebagai sebuah kebenaran tanpa ditampilkan artikel pembanding yang berbeda.
Sudah sumbernya kacaw, tidak ada yang investigasi sendiri ke lapangan, yang dimintai penjelasan lebih pekok lagi. Masalah fenomena alam yang diwawancarai malah artis sinetron abg yang kencing saja belum bisa lempeng. Mending kalo masalah kesehatan narasumbernya Lula Kamal misalnya. Itu kan nyambung. Soal bencana alam, minta pendapatnya ke paranormal yang sok tenar dan hobi cari sensasi murahan. Bukan penjernihan masalah yang didapat, malah bikin resah di masyarakat.
Kapan media kita bisa lebih berotak dalam menyajikan berita..?
Dan kapan teman-teman kita bisa lebih jernih dalam mencerna sebuah berita..?
Siip... Setuju boz... Berita kadang isinya Hoax... Bikin heboh.. bikin nggak tenang masyarakat..
BalasHapussoal UFO, gimana kelanjutannya untuk yang di Jogja kemarin? kok gak ada beritanya lagi? yang sedikit ngapusi kan nggak apa-apa, emang biasa.
BalasHapussetelah mas Rawins jadi presiden kali, baru kerja mereka pada bener...
BalasHapussampean ini teliti banget ya? udah balik kerja kah ne?
wah... parah juga kalo jadi kebiasaan ini pembodohan... kapan aku bisa sadar kalau sudah jadi korbannya T_T
BalasHapus"satu jam bersama google", hebat tuh pak acaranya. sekalian bikin acara kick rawin! :D
BalasHapushahaha...itulah gunanya cek dan ricek :D
BalasHapusspy ndak ada acara somasi2an... :D