13 Juli 2011

Biaya Hidup

Pengen pelesiran dan puas-puasin makan enak di Banjarmasin saja susah buat diwujudkan. Telpon terus saja bersahutan laporan ini itu dan memaksa aku buru-buru kembali ke pedalaman. Mau tidak mau, bayangan wisata kuliner beberapa hari harus segera dihapuskan.

Enak atau tidak enak, mungkin bukan soal menu saja. Bisa jadi suasana hati disini lebih memungkinkan lidah untuk bisa leluasa mengecap segala rasa yang ada. Biarpun tetap di sebrang lautan, dekat dengan bandara membuatku merasa Jogja hanya satu jam dari sini. Bisa dibandingkan dengan di site yang harus menempuh perjalanan darat selama 6 jam dari Banjarmasin.

Apalagi soal menu yang jarang berubah tak hanya aku temukan di mess saja. Saat keluyuran ke kampung atau kota kecil terdekat, tetap saja susah mencari makanan ala warteg di Jawa. Warung yang menyediakan bermacam masakan sayur sangat langka disini. Setiap melihat daftar menu, paling-paling tertulis ayam, bebek, ikan, telor dan yang sejenis. Pernah aku jalan-jalan ke pasar tungging dan melihat ada yang borong sayuran sampai memenuhi bagian depan motor bebek. Aku pikir bapak-bapak itu pemilik warung makan yang menyediakan menu sayur. Buruan aku samperin dan bertanya. Buset, ternyata buat pakan babi.

Aku baca di tribunnews tentang Jakarta yang masuk peringkat ke 77 kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Aku pikir bego juga yang survai itu. Semahal-mahalnya Jakarta, belum pernah aku makan mie rebus plus es teh dengan merogoh kocek sampai 25 ribu perak seperti disini. Sate kambing memang ada yang sepuluh tusuk 25 ribu, tapi dagingnya segede sate ayam di Jogja. Bandingkan dengan sate Tegal yang dagingnya seukuran jempol kaki. Sama 25 ribunya tapi untuk satu kodi. Eh, apa malah aku yang bego ya. Yang disurvai kan kota, sedangkan disini pedalaman.

Pertimbangan soal biaya makan ini pulalah yang membuat ibue Citra mundur teratur ketika dulu agak ngotot pengen ikut kemari. Memang kalo dilihat dengan ukuran Jogja, penghasilan kerja disini tampak sangat besar. Tapi kalo harus hidup disini bersama keluarga, tetap saja sisanya sama dengan kerja di Jogja dengan gaji sejuta setengah. Belum lagi sarana hiburan yang teramat kurang. Orang pengen nonton tipi saja tak bisa hanya bermodal antena UHF, harus berlangganan tipi satelit. Apalagi bila dikaitkan dengan masa depan anak, sarana pendidikan tak bisa dibandingkan dengan Jogja.

Sedikit serba salah memang.
Kembali ke Jawa atau tetap bertahan seperti ini sama-sama punya efek samping
Harus ngempet pun sudah jadi resiko yang tak boleh dipermasalahkan
Mau enak harus mau pula mikir kebutuhannya ketika jadi anak

Nikmati sajalah
Toh harga sabun masih murah...
Read More

12 Juli 2011

Gambare putus-putus

Beberapa kali ada teman yang mempertanyakan komenku yang ga nyambung, gambarnya putus-putus. Biar ga jadi polemik, aku buka kartu sekarang deh, mumpung sakit hati ini lagi sedikit terobati.

Sebagai orang hutan yang jauh dari peradaban, kerinduan akan alam ramai termasuk urusan kuliner selalu ada. Ransum jatah di mess walau memadai dari segi gizi, tetap saja kurang variasi. Menunya cenderung dari itu ke itu saja. Mungkin karena jauh dari pasar, sehingga belanja kebutuhan dapur sekaligus untuk stok satu atau dua minggu. Apalagi sampai saat ini, cacing-cacing perutku belum juga familiar dengan beras Banjar yang keras dan pera. Pernah usul ke ibu dapur agar nasinya dilembekin dikit, ditolak mentah-mentah dengan alasan orang sini makan nasi pulen katanya ga kenyang.

Berawal dari itu, kalo ada temen yang pajang gambar makanan, rasanya kok seperti tersayat-sayat. Lidah mendadak mumet sampai mata serasa rabun kebanyakan ngences. Mungkin ini terlalu lebay bulus. Namun buatku itu hukum karma. Kualat suka posting gambar makanan kampung di depan mata temen-temen perantau ke negeri sebrang. Sekarang aku merasakan sendiri kaya apa rasanya.

Akibat yang paling terasa saat pulang cuti. Persis apa yang dirasa saat bulan puasa menjelang buka. Lihat makanan apa saja rasanya kebelet abis. Ga mikir kapasitas perut yang ada batasnya. Percaya atau tidak, itulah kenyataan yang aku rasakan.

Makanya saat berada di Banjarmasin seperti sekarang, tidak cuma warung makan yang ada di pelupuk mata. Melihat jalan ke arah Tamianglayang saja kelihatannya gelap. Maunya belok ke bandara mulu.

Pengen pulang...
Makan-makan...
Gathengan...

Mobile Post via XPeria

Read More

Juragan Toko

Sedikit bingung juga dengan perintah mendadak dari Jakarta untuk datang ke pemborong jaringan yang kontraknya baru ditandatangani. Perangkat yang mau dipasang harus difoto dan dikirim untuk disamakan dengan gambar di surat penawaran dari vendor itu. Kalo cocok baru dp dikirimkan.

Istilah perusahaan besar bermanajemen toko, menurutku makin bener banget. Kalo belanja di pasar, wajar lihat dulu barangnya baru dibayar. Ini kontrak kerja, yang vendornya dipilih berdasarkan penawaran spek perangkat dan harganya. Lagian kontrak dah diteken, masa ga dianggap berkekuatan hukum.

Ngapain cape-cape lihat foto barangnya segala. Tinggal bayarin uang muka trus suruh kerjain proyeknya. Toh di kontrak kerja ada pasal tentang quality control, dimana ada spek yang tidak sesuai penawaran, vendor wajib ganti. Kenapa pula takut vendor ga mau ganti, wong uang muka yang dibayarkan jauh dibawah harga perangkat yang terpasang biarpun pakai kualitas kw sekalipun. Ga diberesin kerjaannya ya gausah dibayar. Malah kalo berita acara serah terima pekerjaan terlambat dari jadwal, perusahaan berhak meminta kompensasi.

Sedikit ga ngarti memang. Tapi aku ambil hikmahnya saja deh. Minimal aku jadi bisa jalan-jalan ke Banjarmasin beberapa hari. Sumpek di hutan terus, masa pelesiran ke kota diongkosin kantor ga mau..?

Mobile Post via XPeria

Read More

11 Juli 2011

Citra Sensi

Sebenarnya aku patut berbangga hati dengan Citra yang sudah bisa belajar mandiri walau usianya baru setahun. Umur delapan bulan, dia sudah harus berhenti nenen atas petunjuk dokter. Sejak itu dia mulai terbiasa tidur sendiri tanpa dininabobokan atau ngempeng ke ibunya.

Makan pun sudah mulai enggan disuapin. Walau mungkin alasan utamanya agar lebih bebas makan bersama kucing atau kelinci kesayangannya. Setelah bisa jalan, dia semakin "ucul" tak betah di rumah. Apalagi setelah sebulan ini ibue mengajaknya pulang kampung. Sejak bangun tidur dia sudah lari ke halaman, kebun atau mandi sendiri di kolam ikan mbahnya.

Bisa jadi Citra sudah menyadari bahwa dia sebentar lagi akan punya adik. Dia tak ingin terlalu merepotkan ibunya yang harus memikirkan adiknya juga. Seneng juga tiap ibue nelpon dan cerita Citra selalu menyempatkan diri menciumi perut ibue setiap pagi. Berarti selain penyayang binatang dia juga sudah sayang kepada adiknya. Memang ada rasa kasihan melihat Citra mandiri terlalu dini. Tapi apa mau dikata. Toh bukan salah ibue mengandung. Salah siapa aku juga bingung.

Kemarin ibue sempat cerita kalo Citra mendadak sensi tanpa sebab. Menurutku itu bukan masalah biarpun selama ini dia selalu mandiri. Bagaimanapun juga dia masih butuh perhatian lebih sebagaimana mestinya. Ini malah sebaliknya. Ibue harus berbagi dan ayahnya malah jauh pergi.

Kecemburuannya masih bisa dianggap wajar.
Yang kurang wajar tuh malah pernyataan ibue.
Katanya kalo anak rewel, bisa jadi bapaknya lagi iseng.

Emang bener kayak gitu..?

Mobile Post via XPeria
Read More

Kembali ke Hutan

Setelah beberapa lama bisa sedikit menikmati peradaban, hari ini harus pindah lagi ke pedalaman. Pagi-pagi si kodok sudah ngebangunin dengan truk PSnya yang berisik masuk halaman mess. Tak tau mata masih ngantuk, perabotan diangkut-angkut begitu saja.

Bisa jadi dalam sebulan ke depan internet kembali menjadi barang mewah buatku, sampai aku selesaikan lagi infrastruktur jaringannya. Lumayan asik nih tantangan di muka. Dua tower, server dan koneksi internet dedicated 2 mbps harus kelar sebelum puasa.

Maaf bila beberapa hari bakalan lebih banyak mobile post dan jarang bisa jalan-jalan ke blog temen-temen. Semoga bisa cepet berjumpa lagi di hutan yang lebih terpencil namun tak terisolir.

Siaran langsung dari bak truk sambil goyang dombret supirnya gbleg ga mau pelan..

Mobile Post via XPeria

Read More

09 Juli 2011

Mendaftar Google+

Seperti biasa, kalo ada produk online gratisan baru langsung saja bikin akun walau kemudian dibiarkan terlantar kadang untuk selamanya. Seperti ketika pesbuk nongol dan kondisinya masih sepi nyenyet bak kuburan, akun dicuekin sampe kemudian mau tengak-tengok karena sering disenggol temen-temen.

Ketika google meluncurkan produk google+ sebagai pengembangan dari google buzz yang bisa dibilang gagal, akun pun sudah dibuat. Tapi mau ngapa-ngapain juga bingung nanak-nunuk ga karuan. Entah bagaimana nasib akun yang satu ini. Akan telantar sementara sampai banyak temen disitu, atau akan bernasib sama dengan banyak akun telantar lainnya.

Jejaring sosial baru yang masih berlabel trial ini memang mirip pesbuk dalam banyak hal. Hanya saja pengaturan privasinya aku lihat lebih bagus. Dimana kita bisa secara selektif berbagi dengan grup tertentu dalam lingkaran teman yang ada. Semua kegiatan berbagi tak langsung dibagi ke semua pengguna sekaligus. Tapi bisa kita pilih untuk publik, atau untuk beberapa circle yang telah kita buat saja. Jadi kita gampang membagi aktifitas hanya untuk temen, keluarga atau pekerjaan kantor misalnya.

Respon atas kelahiran google+ ini kayaknya lumayan bagus. Beberapa produk sejenis yang merasa tersaingi juga mulai ancang-ancang mengatur strategi. Sampai-sampai juragan pesbuk si Zukenbreg ikutan gabung secara fenomenal dan meraih jumlah follower terbanyak, melebihi follower pemilik google sendiri. Beberapa hal yang perlu diketahui diantaranya :

Google+ Trial
Proyek Google+ sedang berada dalam ‘percobaan terbatas’. Artinya, tidak semua orang bisa mendaftar saat ini. Kita tetap bisa mendaftar sekarang dan akan dimasukan daftar tunggu. Saat jejaring sosial ini siap, kita akan diberitahu google

Privasi Google+
Kustomisasi privasinya lebih bagus sehingga kekhawatiran pengguna seperti pada Google Buzz bisa dikurangi. Di sini, kita hanya berbagi dengan yang kita mau saja. VP Manajemen Produk Google Bradley Horowitz menggambarkannya, “Saya bisa berbicara pada Anda dan mengetahui siapa saja yang ada di ruangan. Seperti di dunia nyata.”

Tanpa Google +1
Menurut Search Engine Land, tak ada integrasi Google +1 saat peluncuran. Menurut google, peluncuran Google +1 masih belum jelas

Google+ Circle
Cukup geser dan taruh teman ke dalam lingkaran untuk membuat satu grup.

Google+ Photos
Kita bisa mengimpor foto secara massal ke Google+, termasuk melalui ponsel. Yang memiliki akun picassa akan disatukan kemari, termasuk yang memiliki akun picassa yang terintegrasi dengan blogger.

Google+ Spark
Sparks digunakan untuk memahami minat kita dan menawarkan cerita, video dan foto yang mungkin kita sukai.

Google+ Stream
Seperti newsfeed di pesbuk dan timeline di Twitter, Google+ memiliki stream yang membuat kita dengan mudah memperbarui status, foto, video, tautan atau untuk berinteraksi dengan konten dari beragam Circles atau Sparks.

Google+ Huddle
Huddle memungkinkan pengguna memulai chat grup melalui pesan teks yang cepat dan mudah.

Google+ Hangouts
Sementara pesbuk baru menjajagi video chat bekerjasama dengan skype, Google ingin unjuk gigi melalui Hangouts. Video chat ini bisa dilakukan dengan satu atau banyak orang sekaligus.

Sementara kayaknya baru itu yang bisa aku pahami sedikit-sedikit. Lain-lainnya silakan baca-baca disini atau coba sendiri. Bagi yang penasaran mau coba, karena edisi percobaan terbatas ini pendaftaran baru bisa dilakukan dengan cara invite, tulis saja alamat email di kolom komentar atau via japri. Tar aku bantu invite deh. Tapi kalo responnya kurang cepet mohon maaf ya. Lagi lumayan sibuk beberapa hari ini.

Yang penting jangan minta diajarin cara pakenya
Aku juga belom mudeng...




Read More

Upil

Manusia berlabel penganggu memang tak pernah bisa hilang dari sekitar kita. Selalu saja ada di lingkungan sekitar atau di pekerjaan. Suka bikin bete tapi tak pernah bisa kita hindari kehadirannya. Dibuang satu tumbuh seribu. Satu-satunya cara mengantisipasinya hanya dengan mengatur bagaimana kita menyikapinya.

Aku sendiri menganggap pengganggu itu laksana upil. Kotoran yang tersaring oleh bulu hidung dan lendir saluran nafas. Dengan upil kita bisa mengukur kadar gangguan yang diterima. Upil berwarna hitam menandakan tingkat pencemaran di sekitar kita termasuk tinggi. Upil yang coklat kehijauan artinya gangguan ringan-ringan saja. Jadi berbahagialah ketika kita menemukan hidung kita berupil banyak. Semakin keras upil, semakin sehat tubuh kita. Bandingkan rasanya dengan ketika upil kita lembek dan meler..?

Saat pengganggu muncul, apalagi dalam jumlah banyak, persis rasanya ketika hidung kita kebanyakan upil. Terasa mengganjal dan tak jarang bikin hidung mampet susah bernafas.  Namun jangan pikirkan rasa tak enaknya. Bayangkan saja kenikmatan yang susah diungkap dengan kata-kata saat kita membersihkannya. Semakin banyak upil yang didapat, semakin tinggi sensasinya. Semakin keras dan susah dijangkau upilnya, semakin asyik kita melakukannya.

Karena banyak orang bilang ngupil itu tidak sopan, lakukanlah di tempat tersembunyi di luar pandangan umum. Sama dengan kita menyelesaikan masalah dengan pengganggu. Perlu pembicaraan di tempat yang privasi. Ngupil di depan orang banyak, sudah nikmatnya tidak maksimal, kadang jadi cemoohan orang. Lakukan perlahan dengan hati-hati. Sedikit-sedikit yang penting kena sasaran dan tidak bikin lecet. Jangan paksakan langsung dapat banyak. Makanya biasakan ngupil pakai jari kelingking. Menggunakan jempol atau sendok garpu sangat tidak direkomendasikan.

Tak perlulah kita berpikir seperti Dr. Friedrich Bischinger yang mengatakan makan upil itu baik untuk kesehatan. Menyantap si pengganggu mungkin memang terasa mantap. Namun menikmati sensasi drag and drop saja buatku sudah cukup. Hadapi gangguan hidup dengan nyaman dan terkendali. Melarikan diri dari masalah sama artinya kita membiarkan hidung mampet dipenuhi kotoran.

Bila kita bisa memahami pengganggu sebagai upil
Pertanyaan akhirnya sangat sederhana
Kemana anda buang upil itu
Jujur saja deh...
Read More

07 Juli 2011

Cara Pesbuker Menipu Bos

Acara satu jam bersama google hari ini mentok di sebuah website berjudul hardlywork. Awalnya aku kira sebuah jejaring sosial semacam pesbuk. Ternyata itu memang aplikasi pesbuk yang berwujud spreadsheet excel. Sepertinya lumayan mantap bagi kaum pesbuker kantoran untuk menipu bos biar dikira sibuk dengan pekerjaan.

Kalo cuma dilihat sekilas, tanpa melihat bahwa tampilan excel itu berada di browser, rasanya tak ada yang curiga kalo itu memang pesbuk. Icon-icon excel berjajar rapi sebagaimana mestinya. Kolom A, digunakan untuk menampilkan nama teman-teman pesbuk kita. Status teman akan muncul di kolom C. Kolom berikutnya digunakan untuk like, komeng dan waktu post.

Apabila pointer mouse diletakan di atas komen salah satu teman, akan muncul semacam pop up yang menampilkan komen-komen yang masuk. Mau lihat wall teman, cukup klik di nama teman dimaksud di bagian kolom A. Foto profilnya juga akan tampil di sudut kanan bawah. Tidak perlu mendaftar atau pakai persyaratan rumit. Cukup setujui saja aplikasi tersebut boleh mengakses akun pesbuk. Sudah siap pakai deh...

Yang pengen  nyoba, klik saja link diatas. Kalo bingung cara pakenya, klik saja tombol help bagian kanan atas. Soalnya aku sendiri juga ga tahu banyak dan tidak mau tahu. Cukup buatku mengerti bahwa url itu merupakan aplikasi pesbuk dan harus segera dimasukan ke daftar blokir di router sebelum merajalela di kantor.

Eh, iya...
Kalo mau tahu pesbuker yang foto profilenya paling keren
Silakan menuju kemari http://www.facebook.com/profile.php?123523432
Semoga anda terkesan...
Read More

Kelinci Citra

Sejak mulai belajar merangkak, Citra sudah kelihatan minatnya terhadap binatang peliharaan. Makin terlihat jelas setelah dia bisa berjalan. Tak pernah tampak rasa takutnya bermain dengan kucing walau beberapa kali dicakar sampai berdarah. Mengejar-ngejar anak ayam juga ga pernah kapok biarpun pernah dipatuk induk ayam yang ngambek. Apalagi saat berada di kampung seperti sekarang. Mana mau dia diam di rumah bermain boneka sebagaimana layaknya bayi cewek. Keluyuran di halaman atau kebun sudah tidak bisa dilarang lagi. Bila pintu rumah dikunci rapat, dia cari jalan alternatif memanjat jendela.

Kebiasaan bermain dengan binatang ternyata membuatnya menjadi anak yang mandiri. Umur setahun, Citra sudah biasa mandi sendiri. Tapi bukan mandi beneran di kamar mandi. Melainkan nyebur di kolam semen belakang rumah sekalian mandiin lele-lele peliharaan mbahnya. Makan juga tak mau disuapin. Lebih suka lesehan sendiri di teras rumah sambil berbagi. Nasinya disantap sendiri, lauknya kasihin ke kucing.

Agak riskan juga dengan kebiasaan itu. Tapi anak itu kalo dilarang mendingan milih mogok makan daripada nurut. Ibue dan mbahnya harus selalu siaga gantian mengawasi. Ga masalah berbagi makanan dengan kucing atau ayam, asalkan tidak sepiring berdua.

Ingat Citra juga seneng bermain kelinci saat di rumah mbah yang satunya, ibue minta agar Citra ada temen bermain yang lebih bersih. Beberapa hari lalu mbahnya kirim sepasang anak kelici. Jadinya rada mendingan, jatah makan Citra tidak harus diembat kucing sebagian. Yang ada malah ransum jatah kelinci yang dia gangguin. Kalo kasih makan kelinci, sesekali sayuran mentahnya dia suapin ke mulut sendiri.

Ga tau mau jadi apa gadis kecilku yang tomboi ini. Tapi, biarin saja lah. Toh bercengkrama dengan alam bebas tak ada salahnya. Kata iklan juga, berani kotor itu baik. Asal diimbangi asupan gizi yang baik, kayaknya malah bagus untuk melatih kekebalan tubuhnya. Nyatanya dia tak mudah sakit dibanding teman sepermainannya di Jogja yang selalu dicegah agar tidak berkotor-kotor.

Lagian wajar Citra jadi penyayang binatang
Orang bapaknya saja suka misuh pake bahasa binatang...
Tetap di jalanmu ya, nak
Jangan sesat seperti bapakmu...

Read More

06 Juli 2011

Prinsip Sesat

Hentikanlah kebiasaanmu membandingkan kekuranganmu dengan kelebihan orang lain...

Sebuah kutipan dari Mario Teguh yang aku sampaikan ketika seorang teman mengeluh dengan pekerjaannya. Bagaimana mungkin kita bisa menunjukan prestasi, bila energi habis untuk memikirkan beban beratnya sementara ada orang lain yang kerja santai, pendapatan lebih besar. Saat merasa jatuh, kenapa malah melamun memikirkan nasib yang berada di bawah. Jangan salahkan takdir ketika kemudian tertimpa dump truck. Yang penting jangan pakai prinsip sesatku. "Bila anda gagal hari ini, jangan pernah menyerah. Ulangi terus kegagalan anda sampai atasan anda menyerah..."

Ada juga temen lain yang mengeluh namun bisa bertahan dengan prinsip, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bisa dibenarkan memang, tapi menurutku pepatah itu tetap saja sedikit keliru. Tidak semestinya kita menganggap perjuangan mencapai cita-cita sebagai sebagai bersakit-sakit. Rasanya jarang orang yang mau berbuat sepenuh hati ketika merasa tersakiti, walaupun berat menganggap sesuatu yang tak enak adalah jamu agar kita bisa lebih sehat. Prinsip sesatku, "Tak ada pekerjaan yang berat. Pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan apabila tidak dikerjakan..."

Seberat apapun pekerjaan, aku lebih suka misuh daripada mengeluh. Bagaimanapun isi otak perlu dialirkan agar tidak jadi jerawat. Bagaimana mungkin otak bisa fokus ke pekerjaan bila sebagian isinya adalah suntuk dan bete. Makanya ngeblog adalah kegiatan yang teramat berat untuk aku tinggalkan. Karena disitu aku bisa bebas misuh-misuh untuk melonggarkan isi kepala sebelum kembali memikirkan pekerjaan. Membiasakan diri memecah-mecah masalah agar lebih mudah diselesaikan kayaknya alternatif terbaik. Sesuai prinsip sesatku, "Mulailah dari yang mudah dan ringan. Yang rumit dan berat nanti juga ada orang lain yang ngerjain..."

Adalah wajar semua orang ingin dapat hasil yang lebih dan banyak. Tapi tetap saja harus mengukur dengan kemampuan pribadi agar tidak kandas di tengah jalan. Manusia tempatnya rasa bosan. Pada waktu baru memulai memang iya semangat 45. Semua yang kelihatan didepan pengen diraih. Setelah rasa bosan mengganggu, disitulah biasanya kita mulai merasa keteteran dengan semua yang awalnya kita rasa mampu. Pokoknya setujui saja pepatah lama, sedikit demi sedikit lama-lama juga habis. Jangan ikuti prinsip sesat Mario Erot, "Mulailah dari yang kecil. Karena semua yang besar dulunya juga kecil..."

Keterbatasan lain yang perlu diingat, manusia punya yang namanya lelah. Memaksakan diri untuk ngebut terus juga kurang baik untuk kesehatan. Tak perlu dipikirkan apa kata komendan. Saat tubuh lelah ya istirahatlah. Berhenti sejenak dan sedikit menengok ke belakang juga perlu sekali-kali dilakukan agar langkah kedepan bisa lebih berarti.

Ingat pesan Mario Ozawa...
Kesuksesan bisa diraih dengan usaha
Usaha ada karena kemauan
Kemauan tercipta dari cita-cita
Cita-cita berasal dari mimpi
Mimpi ada karena tidur
Jadi jika ingin sukses
Marilah kita tidur...




Read More

Pipis Sembarangan

Awalnya aku suka merasa aneh kalo melihat orang kencing di pinggir jalan. Banyak nemu yang beginian terutama kalo lagi nyupir jalan-jalan keluar kota. Kayaknya susah untuk dihitung, berapa kali melihat orang mengencingi ban mobil atau berdiri begitu saja di pinggir jalan. Saat kebelet pipis, aku lebih suka cari pom bensin warung makan sekalian istirahat sejenak.

Pipis sembarangan, sejak kecil sudah biasa aku lakukan. Biasanya kalo pas cari kayu di hutan atau cari belut di sawah. Paling sering mampir dulu ke sungai kalo kebelet. Saat aku STM, pipis di bawah pohon itu masih suka aku lakukan saat mendaki gunung. Kebiasaan itu baru berhenti setelah ada temen yang burungnya bengkak gara-gara ngompolin pohon besar di gunung Slamet dulu. Suatu kebetulan atau memang mengencingi makhluk lain aku ga berani ambil kesimpulan. Yang jelas, sesudah kejadian itu aku selalu mikir panjang sebelum pipis tidak pada tempatnya.

Sekian lama tidak menekuni pipis gaya bebas, aku jadi merasa aneh bila melihat orang lain berbuat begitu. Kuwalatnya sekarang. Saat menempuh perjalanan panjang menerobos hutan, jangankan cari pom bensin, pemukiman penduduk saja sangat jarang. Belum lagi nyupir dengan gaya offroad dan banyak minum akibat cuaca panas, desakan kebutuhan perpipisan jadi lebih mendesak. Mau ga mau aku harus belajar lagi untuk melaksanakan program lingkungan hidup, menyirami pohon dengan air pipis walau tidak bisa go green keluarnya.

Biar begitu, kenangan yang menimpa teman duapuluh tahun lalu masih saja membekas. Jadinya aku selalu pilih-pilih lokasi sebelum ngethur. Paling sering cari sungai atau selokan berair biar pesingnya segera hilang dan bisa cebok. Kasihan si otong kalo ceboknya harus tayamum.

Ga masalah dibilang percaya tahayul juga. Sebisa mungkin aku menghindari tempat-tempat yang katanya merupakan  kediaman makhluk ga jelas, seperti pohon atau batu besar. Semak-semak yang terlalu rimbun juga aku hindari. Takutnya pas kencing disamber ular horni, dikira lawan jenis yang menarik hati.

Komat-kamit dikit tak pernah lupa. Siapa tahu ada yang lagi tiduran disitu. Jadi ga ada salahnya kalo bersopan santun dikit. Permisi, mbah, mas, pak, bu, om, tante. Mohon menyingkir sejenak, aku mau pipis. Kalo sudah, mau balik lagi kesitu juga boleh. Gak usah kawatir, aku ga doyan jengkol kok...

Ada yang punya pengalaman lain soal pipis sembarangan ga..?
Tapi pipis beneran ya
Bukan pipis plus plus...



Read More

05 Juli 2011

Dari Nol, Siapa Takut..?

Karena jurnal kemarin, emailku mulai kebanjiran lamaran masuk. Sudah ada satu dua yang secara administratif masuk nominasi. Namun lebih banyak yang ngaco dan malah bertanya-tanya. Kebanyakan nanya bocoran gaji dan kerjanya berat apa engga. Padahal sudah jelas aku tulis, aku hanya kasih info dan tidak tahu menahu untuk urusan selanjutnya.

Walau tidak aku jawab, nanya bocoran gaji aku pikir masih wajar, karena salah nego di depan bisa fatal di akhirnya. Tapi kalo nanya kerjanya berat apa engga, buatku ini katrok berat. Niat kerja apa engga sebenarnya. Sudah aku tulis untuk bagian lapangan, masih saja ada yang nanya di kantor apa engga. Lagi pula berat atau ringan beban pekerjaan itu teramat relatif dan subyektif.

Ketakutan bekerja dari level paling bawah, menurutku merupakan pokok permasalahan kenapa orang fresh graduate susah cari kerja. Padahal dengan memulai dari nol, kita bisa tahu seluk-beluk pekerjaan lebih banyak. Berada di level prajuritpun kalo memang prestasi dan kemampuannya sekelas perwira, mana mungkin akan bertahan lama jadi tamtama.

Beberapa kali aku masuk kerja dari level pembantu teknisi, terutama ketika menemukan bidang kerja baru. Tapi pada waktu wawancara, aku selalu menanyakan apa targetnya dan apa kompensasi dari perusahaan bila target-target itu tercapai. Banyak hal kecil yang sebenarnya penting untuk perusahaan namun luput dari perhatian pihak manajemen. Itu yang harus dicari untuk kemudian diusulkan kepada mereka. Dengan kondisi kita di bawah, pencarian masalah semacam itu lebih mudah dilakukan.

Seperti ketika masuk ke perusahaan tambang ini. Enjoy saja aku jalani multiprofesi yang sebenarnya tidak pada tempatnya. Namun dengan melakukan itu aku bisa menangkap banyak permasalahan dan aku mengenal banyak orang sebagai narasumber. Sebulan aku mencari-cari masalah dan dua bulan aku cari-cari dukungan dari mulai level karyawan sampai akhirnya bisa tembus ke komisaris. Belum sampai proyek pembangunan sistem informasi manajemen perusahaan selesai dibangun, aku sudah dikasih tim, naik gaji dan status permanen. Buatku itu pencapaian yang lebih menyenangkan daripada aku masuk jadi manager, tapi bertahun-tahun jalan di tempat dan tidak ada perkembangan siginifikan.

Sebelum di perusahaan ini, aku masuk perusahaan pembangunan serat optik dari level tukang gali kabel. Sebulan kemudian aku sudah bisa duduk manis di belakang letop bikin program pengendalian instrumen. Di perusahaan advertising, aku gabung sebagai tukang betulin komputer. Setengah tahun kemudian aku dikirim ke Jogja dan bisa duduk sebagai manajer general affair. Lebih jauh lagi di rekanan Telkom dulu. Job pertamaku tiap hari pegang linggis dan cangkul untuk pasang tiang telepon di daerah Dago. Setahun berkeliaran di Bandung, aku dipindah ke kandatel Tasikmalaya sebagai area head.

Kalo memang kita mampu, apa perlunya kita takut kemampuan kita tak dilihat orang. Pamer kemampuan terlalu banyak di awal, kadang membuat orang takut. Ini bukan hoax. Karena ada temen yang jadi manager teknik, seringkali menolak pelamar yang dianggapnya lebih pintar karena dia takut kedudukannya tergeser. Perusahaan juga kadang ketakutan dengan gaji yang diminta karena sejak awal sudah pamer skil tingginya. Lebih mudah memaksa perusahaan menggaji tinggi setelah kita menancapkan kuku dari dalam dengan membuat perusahaan tergantung kepada kita. Tidak semuanya memang, tapi kebanyakan bisa aku akali begitu. Kalopun caraku gagal, aku tinggal hengkang dan cari mangsa yang lain.

Tapi ini prinsipku lho ya
Don't try at home...

Read More

04 Juli 2011

Kangen Si Kriwil

Sebagai orang yang biasa kerja jauh ke luar daerah, wajar bila suatu waktu punya rasa rindu keluarga. Namun apa yang terasa beberapa hari ini, sepertinya di luar kebiasaan sebelumnya. Siang malam aku begitu kangen dengan anak kriwil berjudul Citra. Ocehan ga jelasnya saat aku nelpon ibunya semakin menggelitik hati untuk bisa segera pulang ke Jogja.

Sudah begitu, ibunya seperti sengaja menggoda iman dengan terus menerus membanjiri hapeku dengan foto-foto Citra lewat mms. Apalagi kalo dengar cerita anak itu semakin bandel, gejolak rasa itu makin tak tertahankan. Citra tak suka diam di rumah. Hobinya lari-lari di halaman atau keluyuran ke kebun. Bukannya main boneka, malah seneng layangan. Lebih betah nyeker. Kalo dipakein sepatu atau sandal malah dilempar ke selokan. Mbahnya sampai mengalah memindahkan ikan-ikan di kolam semen belakang rumah karena tiap hari dipakai renang.

Dikerubut ikan lele malah membuatnya tertawa-tawa. Anak ayam diuber-uber tak peduli induknya sampe melotot anaknya diisengin. Berbagi makanan dan tempat tidur dengan kucing juga menjadi kegiatan sehari-hari. Makanya suka sedih sendiri kalo inget semua itu. Kucing saja selalu menemani, ini bapaknya malah cuma cengengesan di kejauhan.

Pertengahan Juli ini, sebenarnya aku sudah bisa cuti lagi. Tapi inget lebaran cuma dapat libur seminggu, aku putuskan cutinya diundur. Disambungin libur lebaran biar bisa lebih leluasa bersama keluarga di kampung. Biarpun menunggu waktu 2 bulan lagi, rasanya rasanya ga sampai-sampai.

Sabar sampai ayah pulang akhir Agustus ya, nak...
Ibu juga yang sabar nunggu anakmu pulang 2 bulan lagi...

Mobile Post via XPeria
Read More

Lowongan Kerja IT

Mengacak-acak berkas lamaran yang masuk ke HRD untuk bidang IT, ternyata susah sekali mencari orang yang berspesifikasi di hardware. Kebanyakan pelamar mengajukan diri sebagai programmer atau analis. Apa ini memang gambaran dari pandangan umum kita kepada bidang IT, bahwa IT adalah tentang program. Yang tidak tahu coding, tak berhak menyandang titel IT.

Pernyataan ini sama dengan yang dilontarkan juragan baru di kantor group ketika tahu aku bukan programmer. Dengan nada tak jelas, beliau mempertanyakan status ke IT anku. Sampai-sampai aku pertanyakan, sebenarnya beliau tahu IT apa engga sih. Kalo engga tahu, berarti sama dengan aku dong.

Yang aku tahu, IT merupakan satu kesatuan solusi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sistem komputasi digital. Kode-kode program memang memegang peran disitu. Namun bisakah software berjalan tanpa dukungan hardware atau brainware sebagai operatornya. Tetap dibutuhkan orang hardware untuk urus masalah server, networking dan sebagainya.

Aku sendiri tidak tahu kenapa aku dikirim kemari dengan job maintenance tapi dikasih label sebagai IT. Ketika usulanku tentang pembangunan sistem informasi manajemen disetujui perusahaan, aku harus bikin tim. Dari 5 orang yang aku minta hanya disetujui 2 orang saja. Jadinya aku hanya ambil satu orang programmer dan satu analis. Saat ini modul aplikasi mulai selesai dan beban pekerjaan di infrastruktur makin bertambah. Makanya aku segera ajukan permintaan ke HRD untuk tambah satu karyawan lagi untuk bantu-bantu urus jaringan dan server.

Disini masalahnya muncul. Temen-temen di Jogja yang selama ini bantu-bantu aku ngurus hardware sudah menemukan habitatnya masing-masing. Cari-cari di berkas lamaran masuk juga susah. Minta tolong saja ke temen-temen, kalo temen yang bisa urus networking dan server, kirimkan saja CV dan gaji yang diharapkan ke email xxxx

Tak perlu harus expert. Fresh graduate juga ga masalah yang penting bisa kerja tim dengan kompak. Menyukai tantangan pekerjaan lapangan sudah pasti karena harus ngurus jaringan dari tambang sampai pelabuhan dalam wilayah berjarak 40 km. Apalagi kegiatan tambang berjalan 24 jam, sehingga harus siap berangkat ke lapangan sewaktu-waktu bila ada masalah.

Jangan lupa, penempatan saat ini untuk di Kalimantan Tengah. Ke depannya bisa pindah-pindah ke seluruh Indonesia mengikuti perkembangan. Karena setelah sistem disini selesai dibangun, setiap anak perusahaan akan dikoneksikan dengan kantor pusat di Jakarta melalui VPN. Kalo sudah terbangun semua, kemungkinan ditarik ke Jakarta untuk bangun data center dan sewaktu-waktu saja ditugaskan ke daerah.

Gaji bersifat all in tanpa tambahan lain-lain. Sarana yang didapat berupa mess, makan, cuci, transportasi dan jamsostek. Pola kerja menggunakan sistem rooster 12 : 2, yang artinya setiap 12 minggu kerja dapat jatah cuti 2 minggu. Tiket pp dan akomodasi cuti ditanggung perusahaan.

Cowok cewek juga ga masalah asal biasa bekerja dalam tekanan.
Tekanan pekerjaan lho ya, bukan nekan yang lain-lain...

NB.
Ini sekedar informasi saja
Urusan lain-lain aku ga ikut-ikutan
Keputusan ada di tangan HRD
Terima kasih

----Update 12-7-2011
CLOSED----


Read More

03 Juli 2011

Yang Punya Kawasan

Pagi-pagi masih enak ngimpi sudah dibangunin orang, karena ada vendor yang kirim material tower. Antara ngantuk dan suntuk aku cuma bengong memikirkan kelakuan orang sini yang kadang susah dipahami. Surat kontrak kerja borongannya saja belum ditandatangani, barang sudah dikirim. Barang aku terima, dasarnya apa. Tidak diterima, kasihan orangnya sudah menempuh 7 jam perjalanan.

Draft kontrak kerja memang sudah aku tunjukan ke pemborong untuk meminta persetujuan pasal-pasalnya. Disitu memang tercantum, mobilisasi material paling lambat 4 hari setelah DP diterima. Ini boro-boro DP dibayar, kontraknya saja belum diteken. Kalo sampai proyek ditunda atau uangnya tidak segera cair, apa bukan aku yang dikejar-kejar nantinya. Salah vendor yang ngotot kirim biar proyeknya cepat selesai dan terima duit. Atau salah aku bikin ketentuan paling lambat 4 hari setelah pembayaran DP tanpa pasal paling cepat satu detik setelah DP diterima..?

Ribetnya berurusan dengan pola pikir sebagian masyarakat lokal lebih terasa oleh teman-teman di HRD. Mereka sering menghadapi calon karyawan yang langsung kerja padahal kontrak belum dibuat. Biasanya jadi ribut saat gajian. Perusahaan menghitung gaji sejak tanggal surat kontrak, karyawan ngotot sudah kerja seminggu sebelumnya. Yang sudah jadi karyawan juga suka ada saja yang datang ke HRD dan bilang ingin mutasi ke bagian lain. Belum juga surat mutasinya dibuat atau permohonan itu belum tentu disetujui, orangnya sudah main pindah saja.

Bicara dengan orang-orang seperti itu memang harus ekstra hati-hati dalam memilih kata. Harus benar-benar diyakinkan dulu bahwa mereka ngerti dengan apa yang kita ucapkan. Mengangguk-angguk dan bilang iya, bukan berarti mereka benar-benar paham. Soalnya sering kejadian, orang masukin lamaran kerja besoknya langsung ngantor. Sepertinya ada kesulitan memahami kata-kata "diterima kerja" dan "berkas lamaran kami terima untuk dipertimbangkan."

Mending kalo tidak ngotot ngamuk-ngamuk atau demo dengan mengatasnamakan yang punya kawasan. Memiliki sebidang tanah yang kemudian dibebaskan untuk kegiatan penambangan sepertinya alasan yang paling sering digunakan. Bahasa "saya pemilik lahan" sudah menjadi andalan disini. Padahal apa hubungannya orang lahannya sudah dibayarin perusahaan.

Tidak semua orang memang. Tapi yang berpikiran semacam itu masih cukup banyak dan seringkali susah untuk diluruskan. Makanya entah kapan daerah ini bisa diajak maju, bila pola pikir jangka pendek sebagai yang punya kawasan selalu dikedepankan. Apa ini memang bawaan budaya lama dimana proses pra pernikahan, anak gadis harus dicuri dulu sebelum dilamar secara resmi.

Eh, kalo ini mah sudah merambah ke kota besar ding
Belum ada janur kuning sudah test drive duluan
Kaya beli sepatu saja ya..?


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena