29 April 2010

Menunggu

Resah dan gelisah
Tetap tak terbuncah
walau sudah mimpi basah

Kenapa aku hanyut dalam rasa tak menentu
Membiarkan diri mengayu menahan rindu

Padahal kuhanya perlu sedikit beringsut
Tuk menggapai kasur empuk bak bibi ribut

Mengapa kutunggu badan menjadi kisut
Yang jelas-jelas hanya untuk cemut

Read More

28 April 2010

Begadang

Beberapa hari ini, pengen tidur sepanjang malem kok rasanya susah banget. Mulai dari persiapan pameran beberapa hari lalu yang menuntutku lembur terus sampai pagi mengejar deadline. Beres pameran, si bos malah nyuruh aku ke Jakarta. Waktu cuma tiga hari tidak sebanding dengan banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadinya ya begadang lagi.

Pulang ke Jokja, niatnya mau bales dendam tidur. Eh, malah banyak temen yang berbaik hati. Tahu aku kesepian dan masih terkaget-kaget harus tidur sendiri, mereka mau menemaniku sepanjang malam dengan curhat dan ocehan-ocehannya melalui internet.
Read More

26 April 2010

Menjomblo

Ketika badan melonjak sampai ke angka 68, sampai setengah mati pengen nurunin barang sekilo apa dua kilo. Eh, ditinggal istri 2 minggu aja, angkanya sudah sampai ke titik 60. Berati sebulan bisa turun 16 kilo. Empat bukan lagi badanku tinggal 4 kilo dong..?

Perasaan belum setahun aku dimanja-manja, tapi kok begitu besar perubahan yang aku rasakan. Dulu segalanya diurus sendiri nyatanya damai-damai saja. Sekarang kok jadi berantakan yah..?
Read More

Siapkah Berpoligami ?

Obrolan menjelang subuh tadi masih berkutat di soal laki-laki dan perempuan, walau sudah bukan urusan selingkuh seperti malam-malam sebelumnya. Seorang teman bertanya tentang status istri kedua. Aku pun bertanya tentang status dan motivasinya, aman, gawat atau remang-remang..?

Menurutnya ini aman, karena akan dinikah resmi dan yang akan melamar justru istrinya. Latar belakang kenapa sampai harus menikah lagi ternyata urusan kesehatan. Istrinya sudah tidak memungkinkan kondisinya sehingga menganjurkan suaminya untuk menikah daripada salah jalan. Bila benar begitu, benar-benar seorang ahli surga tuh sang istri. Jarang sekali bisa ditemukan manusia seperti ini di saat ini.
Read More

Tak Kan Terganti

Kadang ada sedikit rasa sedih bila aku membuka dua mesenger andalan sejak jaman dahulu kala, Yahoo Mesenger dan Skype. Terutama YM, dahulu begitu hingar bingar, sampai setiap hari selalu saja ada yang nge add minta dimasukan ke mesenger list. Yang masih stabil mungkin skype. Sejak dulu memang temanku cuma sedikit, mungkin karena kurang familiar di mata umum. Sekarang cuma nambah sedikit setelah aku arahkan ke skype untuk komunikasi antar kantor. Tapi di hari libur seperti ini, tetap saja skypeku kesepian.

Read More

25 April 2010

OB Baru

Dikerjain OB memang sudah sering terjadi sejak pertama kali aku pindah ke Jokja. Mulai dari cerita open closed sampai tragedi hardisk si bos kemarin. Beberapa kali ganti orang, tetap saja kisah dramatis selalu ada.

Punya direktur yang ga punya udel, memang beresiko harus bolak-balik cari karyawan baru. Beliau memang beda dengan orang kebanyakan. Si bos selalu menekan karyawan tidak boleh gagal dalam proses, walau soal hasil beliau selalu tawakal. Asal proses pekerjaanya sudah di jalan yang benar, ketika harus menanggung kerugian, beliau tak akan ngambek berkepanjangan. Paling cuma komentar, "Dasar bocah, duit 50 juta dibuang-buang..." Dah, cuma segitu trus lupa.
Read More

24 April 2010

Tragedi Dalam Kulkas

Dari pagi aku pecicilan cari hardisk si bos yang aku bawa dari Jakarta. Itu hardisk error tidak terbaca, padahal data si bos adanya disitu semua. Pergi ke Jakarta yang aslinya cuma untuk angkat data, ternyata ketambahan kerjaan dari temen-temen kantor yang komputernya mulai trouble karena ga ada yang ngurus. Makanya tugas utamanya ga sempat kegarap dan hardisknya aku bawa pulang ke Jokja.
Read More

Perempuan dalam Dua Budaya

Sebenarnya sedikit riskan untuk menulis topik pesenan neng Cemutz ini. Bagaimanapun ini sedikit rasial dan sukuisme walaupun sudah menjadi rahasia umum di masyarakat kita. Jadi tolong anggap saja ini sekedar wacana dan jangan sampai dimasukin hati, apalagi dompet.

Aku sendiri sempat heran, kenapa sebagian masyarakat kita sering mempermasalahkan kesukuan ini hanya untuk Jawa dan Sunda saja. Suku lain jarang dibahas, misalnya orang Jawa kawin sama Eskimo apa es campur. Atau mungkin karena aku hidup hanya di kalangan dua suku itu, jadi informasi dari suku lain tidak aku dengar.
Read More

Kenapa Multiply Lemot..?

Multiply yang lelet sejak kemarin siang, aku pikir berasal dari kesalahan di komputerku. Masalahnya, kelemotan itu datang bersamaan dengan listrik mati tanpa diundang. Rada mumet juga neh ga bisa post, sementara ereksi otak sejak dari Jakarta kemarin belum juga terejakulasi. Akhirnya aku cuma bisa corat-coret di tembok menunggu waktu MP kembali normal.

Bila di tempatku ada ketentuan, 1x24 jam tamu wajib lapor RT. Ini sudah 24 jam, tapi MP belum juga melaporkan apa yang terjadi. Aku coba utak atik DNS dan mencoba berbagai proxy, tetap saja idem. Agar tidak dilingkupi rasa penasaran, aku ping saja ke MP, dan hasilnya time out forever. Sebagai pembanding aku ping juga ke facebook, dan hasilnya tetap ngebut tanpa masalah.

Read More

Bakar Hape

Menjelang subuh terbangun kelaparan. Mau buka MP masih lelet setengah mati. Akhirnya cuma bengong sambil mengingat-ingat kejadian dalam beberapa hari ini. Entah mengapa jadi banyak yang curhat, dan semuanya mengeluh tentang perselingkuhan. Sampai-sampai ada yang meminta serial Srintil yang sudah aku tulis tamat, untuk disambung kembali. Ternyata ada juga yang membutuhkan pembenaran melalui tulisanku tentang kata selingkuh.

Sampai-sampai di dini hari yang sunyi ini, aku ingin melantunkan lagu campursari agar bisa dianggap menghayati keluhan-teman temanku atas selingkuhannya. "Sayange wis duwe bojoooo...."
Read More

23 April 2010

Beli Daster

Punya staf cewek yang memang banyak suka dukanya. Sukanya kantor jadi rame dan ga sepi sepi amat seperti kalo mereka lagi pada keluar. Tapi kalo pas ga ada kerjaan dan mereka mulai ngerumpi, ributnya bisa ngalahin pasar burung. Sebelnya tuh kalo pas akhir bulan, aku lagi diuber deadline laporan keuangan dan mereka terus berkicau.

Keberadaan mereka juga bisa mengerem knalpotku. Karena aku memang ga suka ngerokok dalam satu ruangan bersama orang yang ga ngerokok. Apalagi kalo di rumah aku ga pernah merokok sama sekali.  Jadinya irit, sebungkus baru habis beberapa hari. Kecuali kalo pas kerjaanku numpuk banget dan semuanya berhubungan dengan angka-angka, mau ga mau mereka aku usir keluar kantor.
Read More

Keluguan di Dukuh Paruk

nyambung yang semalam disini...
Buat teman yang di Swiss, maaf bila beloknya terlalu jauh dari obrolan dan malah membahas novel..

Ada sebuah keadaan lain di Dukuh Paruk. Seorang suami misalnya, tidak perlu berkelahi bila suatu saat menangkap basah istrinya sedang tidur bersama laki-laki tetangga. Suami tersebut telah tahu cara bertindak yang lebih praktis, mendatangi istri tetangga itu dengan menidurinya. Habis segala urusan! (RDP-CBE, hal. 85).

Read More

Srintil Jaman Modern

dilanjut deh...
sambungan dari sini.

Aku pun bertanya, "pernah ke lain hati ga..?"
"pernah.."
"kenapa..?"
"cinta..."
"trus..?"
"ya diuber walaupun jauh..?"
"kenapa..?"
"wanita Jawa tulen ya begitu. Kalo udah cinta, lengketnya susah ilang..."
"Katanya demi cinta rela memendam rasa. Emang ke suami ga cinta..?"

Read More

22 April 2010

Perempuan Jawa

Di hari Kartini kemarin, aku sempat terlibat percakapan sedikit panjang melalui fasilitas chat dengan seorang teman yang jauh di seberang lautan sana. Berpuluh tahun hidup jauh dari budaya induknya tidak juga melunturkan falsafah hidupnya tentang sosok perempuan Jawa. Temanku sempat mengetik begini, "perempuan Jawa punya kekuatan cinta yang luar biasa walau kadang tidak tampak di permukaan."

Aku pun mengamini itu dengan melihat kenyataan, bahwa dalam budaya Jawa seorang perempuan seolah diwajibkan untuk menjadi wanita dalam artian wani ditata atau berani diatur hidupnya. Budaya narimo ing pandhum menjadi khasanah khas, dimana perempuan harus mau dan mampu menjadi pembantu laki-laki seberat apapun bebannya. Banyak keinginan pribadi yang harus bisa dia tahan dalam hati demi menunjukan rasa cinta itu kepada suami. Sampai-sampai untuk menyebut pasangan digunakan istilah garwa, sigarane nyawa, atau belahan jiwa.
Read More

17 April 2010

Nilai Perjuangan

Pekerjaan memberantakin kantor dan ruang pamer akhirnya usai. Beberapa hari lembur sampai dini hari, hari ini terlihat hasilnya. Capek sih, tapi ada kepuasan tersendiri yang susah diungkapkan dengan kata-kata. Apalagi si bos langsung ajak toast begitu datang dari Jakarta.

Tentang pekerjaan yang kadang over dosis ini, istriku pernah mengajakku ngobrol. Katanya, kalo memang terlalu melelahkan, kenapa tidak mencari peluang lain yang lebih manusiawi.

Aku yang pernah beberapa kali usaha sendiri, kadang merindukan juga untuk memulai hidup mandiri lagi. Tapi bila aku ingat dengan kepercayaan yang dibebankan kepadaku, aku jadi urung berpikir lagi. Cari duit memang susah. Tapi menjaga kepercayaan orang lain itu yang lebih susah.
Read More

16 April 2010

Lampu Merah

Istriku pernah bertanya tentang kebiasaanku tancap gas ketika traffic light di kejauhan menyala hijau. "Ngapain ngebut, sampai perempatan juga sudah merah..."

Orang lain mungkin ngebut, justru untuk mengejar lampu hijau sebelum berubah merah. Tapi aku sebaliknya. Ketika tidak dikejar waktu, aku lebih suka lampu baru menyala merah. Sehingga aku bisa punya waktu lebih leluasa untuk beraktifitas yang lain. Misalnya motongin kuku, ngupil dan yang paling penting membuka SMS atau email masuk.

Read More

15 April 2010

Menanti Matahari Terbit Dari Barat

Dalam militer ada hukum hierarkis yang berlaku: tidak ada prajurit yang salah; yang ada komandan yang keliru. Jika seorang prajurit melakukan kesalahan, dua jabatan di atasnyalah yang harus menanggung akibatnya. Maju, mundur, dan mengangkat atau menurunkan senjata oleh prajurit ditentukan sempritan peluit sang komandan.

Tapi itu aturan dalam literatur militer, tidak dalam pandangan masyarakat. Ketika terjadi satu kesalahan di lapangan, masyarakat akan langsung menunjuk hidung pucuk pimpinan tertinggi yang jaraknya paling jauh dari oknumnya. 

Media pun turut mendukung kekeliruan pandang ini. Sehingga setiap permasalahan yang ada, masyarakat kesulitan melokalisasi masalah ke lingkup tersempit agar memudahkan penguraian benang kusutnya. Semuanya secara bertubi-tubi akan terakumulasi di pundak yang paling tinggi.

Tanpa penyempitan lingkup penyelesaian masalah, beban yang ditanggung seorang pemimpin akan terasa sangat berat. Tingkat stres yang tinggi pada level selanjutnya akan mengganggu kejernihan otak sehingga pengambilan keputusan berikutnya seringkali menjadi kurang cermat. Bayangkan saja, mengatur sedikit orang dalam satu keluarga kecil saja seringkali membuat orang serasa pecah kepala. Apalagi untuk yang harus membawahi sampai ribuan orang.

Apalagi kultur pemikiran masyarakat termasuk media masa kita masih terkungkung dalam budaya gumunan tapi kelalenan. Suka heboh tapi cepat lupa. Kebiasaan crosscheck dan periksa ulang sebelum mengambil satu kesimpulan masih sangat sulit untuk ditanamkan. 

Hanya dengan melihat dari satu dua sumber tanpa mencari pembanding langsung menganggap itu sebagai benar. Akibatnya kita mudah terpancing dan cenderung anarkis ketika sudah berada di kerumunan.

Masyarakat dalam komunitas maya pun tak mau kalah. Sampai pusing dengan yang namanya pesbuk. Sebentar-sebentar muncul ajakan grup anu, dukung ini, tolak itu. Euforia kebebasan bersuara tanpa mau berpikir dulu menjadi semacam fenomena baru di negeri ini.

Para petinggi negara ini pun sepertinya sudah kehabisan energi untuk jernih mencari jalan tengah. Mereka  begitu mudah membuat keputusan tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Kondisi lapangan teramat jauh berbeda dengan kursi empuk mereka di ruang ber AC yang adem. Memutuskan pengerahan pasukan untuk berhadapan dengan masa seharusnya sudah diantisipasi segala akibatnya. Ketika dua kerumunan besar bertemu dengan hati panas di bawah terik matahari, kadar emosi lebih mudah tersulut.

Tidakkah mereka berpikir, bila nilai kerugian akibat kerusuhan kemarin yang diklaim ratusan milyar digunakan untuk mediasi dengan jalan damai, aku kira tak akan sebesar itu biayanya. Belum lagi kerugian imaterial seperti korban jiwa yang bisa meninggalkan luka dendam yang sangat sulit untuk dihapus. Masih ditambah hilangnya kepercayaan publik terhadap aparat yang merupakan salah satu aset penting untuk bangsa ini.

Kita juga tak boleh lupa budaya kita yang mudah lupa. Ketika satu kasus muncul, semua orang akan berteriak tentang itu. Ketika muncul kasus baru, semua berbondong-bondong kesana, melupakan kasus yang kemarin mereka ributkan belumlah tuntas. 

Pola semacam ini akan sangat mudah digunakan oleh orang besar yang berkasus. Untuk menghindari kejaran publik, mereka sengaja membuat kasus baru. Dan celakanya biaya pembuatan kasus itu dibebankan kepada keuangan negara yang berasal dari uang rakyat juga.

Kapankah carut marut benang kusut ini dapat terurai agar segala yang kita miliki tidak terbuang sia-sia..?

Atau kita memang tengah menanti matahari terbit dari barat..?

Ilustrasi Thinking the New World
Karya Katirin
Tujuh Bintang Art Space
Read More

14 April 2010

Pitik-pitikan

Bertemu dengan teman-teman lama jaman STM dulu, aku jadi dengar lagi istilah yang sekian lama menghilang dari kosa kataku, "pitik-pitikan." Sebuah istilah yang tercetus tidak sengaja dari perilaku iseng anak-anak kurang kerjaan yang bernama pramuka.

Kalo tidak salah, sekitar tahun 90an ada perkemahan Remaja Bhayangkara Club se eks Karesidenan Banyumas di Baturaden. Waktu itu ada yang mau motong ayam untuk bakar-bakaran. Eh, ayamnya lepas dan diuber rame-rame. Setelah ayamnya ketangkep, acara kejar-kejaran masih saja berlangsung dan berubah menjadi kucing-kucingan. Ketika jadi kucing, aku nangkap peserta cewek dari kontingen Banjarnegara. Saking semangatnya, sampai jatuh berguling-guling berdua sambil berpelukan.
Read More

Bayangan

Kenyataan dan bayangan memang dua profil yang berbeda. Kadang kenyataan tak seindah yang kita bayangkan. Tak jarang pula tidak seseram anggapan kita. Walau kita sudah begitu yakin dengan realita itu, tapi tetap saja kita masih terus dihinggapi perasaan yang berlebihan atas bayangan itu. Ini selalu terjadi, bisa jadi merupakan efek samping dari salah satu kelebihan manusia yang dinamakan imajinasi.

Seperti di saat aku mumet memikirkan waktu yang kian menyempit. Pekerjaan pertengahan tahun begitu bertubi-tubi memaksaku harus pulang lebih larut malam. Sementara istriku sendirian di rumah dalam keadaan hamil tua. Ketika orang tua meminta istriku melahirkan di kampung, imajinasiku langsung membumbung tinggi seolah menemukan jalan keluar dari masalah itu. Aku bisa lebih fokus di pekerjaan, istriku aman bersama orang tuanya. Tekanan atas perasaan yang terbagi antara rumah dan kantor bisa teratasi.

Tapi baru beberapa hari aku menjalani, mulai terasa bila bayangan atas kemudahan itu tidak sepenuhnya benar. Tetap saja menyisakan masalah di sisi yang lain. Bila biasanya setiap bangun tidur terus mandi tidak lupa menggosok gigi, sarapan dan berangkat ke kantor. Sekarang aku harus beres-beres rumah, sterika baju dan menyiapkan sarapan sendiri. Tidak lagi kutemukan senyuman dan cium tangan selamat jalan sebagai penyemangat menjalani hari.

Pulang kantor pun tidak bisa langsung mandi air hangat. Habis mandi masih harus cuci baju agar pagi-pagi bisa langsung dijemur. Dongeng sebelum tidur pun tidak bisa lagi aku temukan. Ngobrol di telepon tetap saja terasa beda.

Benar-benar tidak seindah bayangan semula.

Kejadian sebaliknya mungkin terasa ketika aku harus melamar kerja atau menjelang ujian sekolah dulu. Aku seringkali tegang ketika memikirkan besok pagi harus EBTANAS. Padahal ketika ujian sudah dijalani, aku bisa bilang, "Kok cuma gitu doang..."

Kenyataan tak seberat yang aku takutkan. Yang ada malah ketakutan itu sendiri yang justru mengganggu konsentrasi belajar. Makanya ketika aku lihat di tipi, ada sekolah yang mengadakan doa bersama pra ujian nasional kemarin, menurutku itu bagus sekali. Budaya sebagian masyarakat kita memang tidak mengajarkan kita untuk pede secara rasional semata. Harus ada dukungan spiritual agar pikiran lebih tenang dan lebih mampu untuk menyerap bahan pelajaran.

Cuma aku kurang sreg ketika mendengar ada madrasah selain mengadakan doa bersama, juga membagi-bagikan pensil yang sudah dikasih doa oleh kyai terkenal. Menurutku itu tidak mendidik. Karena bisa jadi si anak jadi malas belajar karena begitu meyakini kekuatan pensil ajaibnya.

Walau aku kurang faham pasal-pasal keagamaan, tapi secara religi menurutku kurang bagus juga. Karena sebagian masyarakat kita masih belum mampu memisahkan antara keyakinan dan wawasan. Sehingga keyakinannya bukan lagi sekedar pada kekuatan doa yang membuatnya lebih tenang dalam belajar, tapi justru meyakini pensilnya tidak akan memberikan jawaban yang salah. Walau melalui proses sesuai kaidah agama, mempercayai pensil tetap saja bisa dianggap pembelokan akidah.

Buatku, ketenangan dalam menghadapi hal yang belum terjadi adalah yang utama. Caranya bisa berdoa, yoga meditasi atau apapun sesuai yang kita mampu. Ketika hati kita tenang, pikiran akan lebih jernih mencari pemecahan atas masalah. Bila belum berangkat perang saja kita sudah gemetar, bagaimana bisa kita memikirkan strategi untuk melawan musuh.

Tidak ada hati yang tidak tergetar ketika akan menghadapi masalah. Tapi yakinlah bahwa kenyataan tak pernah sama persis dengan bayangan. Yang penting kita jangan pernah gagal dalam proses. Masalah akan bonyok di akhirnya, kita serahkan saja kepada takdir. Toh tawakal itu setelah kita berusaha secara fisik. Dan bukan sebaliknya.

Enjoy your life...
Enjoy aja...

Ilustrasi The Thinker
Karya Katirin
Tujuh Bintang Art Space
Read More

13 April 2010

Meringkus Waktu ...!

Katirin Solo Exhibition
Tujuh Bintang Art Space
Jl Sukonandi 7 Yogyakarta
17 April - 2 Mei 2010
Kritik Seni oleh : Suwarno Wisetrotomo

Aktivitas sederhana tetapi berdimensi sosial dan sekaligus spiritual, salah satunya adalah menunggu. Wujud kerjanya sederhana tetapi bisa berdampak kompleks, seperti perasaan marah, jengkel, lelah, bahkan frustrasi. Namun  juga bisa berdampak positif seperti terbentuknya pribadi yang lebih matang, jiwa yang lebih kuat dan berkarakter, kesabaran yang lebih lapang, serta kesetiaan yang teruji. Kapan ia, menunggu itu, berdampak positif atau negatif, tentu sangat tergantung dari kualitas pribadi seseorang; apakah seseorang itu memiliki kemampuan mengelola emosi dengan baik, ataukah sebaliknya. 
Read More

Bagi Nomernya Donk...

Perasaan habis jalan-jalan sekalian mudik. Tapi otak kok malah terasa makin lemot neh. Ada-ada saja masalah menyangkut KUHP pasal 384...

Kemarin ada temen yang minta tolong betulin letop yang hardisknya ngadat. Aku cabut hardisknya dan pasang di PCku. Recovery data lalu recovery sectornya. Dan terakhir aku rebuild MBR dan bikin partisi ulang. Selesai itu, kok windows PCku ga mau jalan. Dan ternyata yang aku babad tuh bukan partisi hardisk letop, tapi malah hardisk system di PCku.

Read More

12 April 2010

Pos Rondo

Ada satu hal yang sering membuat aku ngomel setiap kali mudik. Yaitu kondisi jalan raya di Cilacap...

Cilacap yang punya kilang minyak di ujung Teluk Penyu tak cuma punya fenomena kelangkaan minyak tanah di warung depan Pertamina saja, tapi juga kelangkaan aspal yang notabene limbah atau ampas sisa pengolahan minyak mentah. Jalan beraspal mulus teramat susah disana. Lebih mudah mencari jalan berlubang daripada lubang berjalan.

Read More

Habis Mudik

Hari Kamis kemarin aku meluncur meninggalkan Jokja untuk pulang kampung ke Cilacap. Perjalanan yang normalnya sekitar 3 - 4 jam, seperti biasa molor panjang sampai 12 jam untuk wisata kuliner atau mampir-mampir ke tempat temen.

Sampai Gombong, aku belokan stir ke arah Waduk Sempor. Ada mbakyu Heni  yang kebetulan mudik dari Jerman. Alasannya sih untuk kangen-kangenan dan silaturahmi, walau sebenarnya ngarep oleh-olehnya. 

Dan harapan itu tidak sia-sia. Pas pamitan melanjutkan perjalanan, Yu Heni ikut mengantar ke mobil sambil membawa dus besar. Wah, coklat neh, pikirku. 

Begitu sampai rumah langsung dibuka dan beneran isinya penuh. Di kemasannya tertulis, "Lanting Telasari, Makanan khas Gombong..."
Trims, Yu...

Sampai perempatan Buntu, istriku kumat ngidamnya. "Pengen soto Sokaraja..."

Jadilah aku belok ke arah Banyumas. Mencari informasi tentang soto yang enak, aku nelpon Lik Marno yang katanya juga pulang kampung selamanya ke Somagede. Sayang tidak nyambung. Dan aku baru inget kalo nomernya flexi Jakarta yang mungkin sudah diganti begitu pindah ke Banyumas.

Sasaran selanjutnya adalah Kang Klawer. Siapa tahu bisa kasih informasi soto yang enak sekalian nraktir. Tapi dua nomor yang ada aku hubungi, tidak ada yang nyambung juga. Setelah gagal mencoba beberapa kali baru aku inget, kalo hapenya Kang Klawer tidak akan bisa dihubungi kalo niatnya mau nodong. Harus berhati bersih dan niat sedekah baru bisa nyambung.

Lanjut sampai Ajibarang. Aku ingat Kisut yang baik hati dan suka nraktir. Langsung aku telpon dan nanya ada akomodasi gratisan apa engga. Dugaanku tidak meleset. Panggilanku diangkat dan dapat penawaran menarik. "Sini mampir, kita makan-makan gratis. Mumpung aku lagi bantu-bantu di tempat hajatan..."

Ga enak numpang makan tanpa kondangan, aku putuskan bablas saja ke tujuan. Lagi pula sudah terlalu lelah dalam perjalanan bila harus belok 25 km naik turun gunung ke arah Gumelar.

Mampir Mas Semar di Sidareja, aku sudah membayangkan menu tetapnya, mie ayam dan gembus. Begitu duduk, sambutan ramahnya langsung keluar. "Naaaah, kebetulan nongol. Komputerku kena virus, error semua...."

Hayah...
Langsung cabut pulang ke rumah.

Beberapa hari di kampung, minggu kemarin aku balik ke Jogja tanpa istriku yang akan bertahan di kampung sampai melahirkan. Sedih juga neh, tidak bisa tendang-tendangan lagi sama si jabang bayi tiap malam. Tapi apa mau dikata. Ini semua juga demi kebaikan anakku juga. Kurelakan menjomblo urus rumah sendiri sementara waktu.

Jangan sedih ya, sayang...
Jangan lupa SMS aku tiap malam, kalo aku lupa ga nelpon...
Read More

07 April 2010

Tanaman Makan Pagar

Krisis ekonomi di akhir 2008 lalu, berimbas teramat keras ke dunia seni, khususnya seni lukis. Kolektor lukisan yang didominasi oleh direktur atau komisaris perusahaan multinasional, secara otomatis mengerem keinginan untuk jajan dan lebih memfokuskan dananya untuk mempertahankan keuangan perusahaan.

Hampir dua tahun kelesuan itu melanda, satu persatu seniman mulai kebentur tembok. Bila sebelumnya mereka fokus berkarya, kini mulai banting setir ke bisnis jual beli. Jual motor atau laptop untuk beli beras.
Read More

06 April 2010

E90ku Pensiun

Kemajuan teknologi konon kabarnya membuat hidup semakin mudah. Tapi nyatanya, tanpa peningkatan kemampuan otak, teknologi canggih hanya membuat masalah seakan semakin rumit.

Seperti ketika Nokia mengeluarkan seri E90 yang katanya lebih dahsyat kemampuan office nya.  Aku pun  tergiur dan melempar Communicator 9300i ke juragan jamur. Alasan utamaku adalah kemampuan 3G yang memungkinkan kecepatan pengiriman data ketika aku mobile. OS Symbian versi 3 juga banyak menyediakan aplikasi kantoran untuk mendukung pekerjaanku di lapangan.
Read More

04 April 2010

Semar Nagih Utang [mumetologi]

Rawins Networks Corp
Dengan mumet mempersembahkan serial Komikum mBayar berjudul Semar Nagih Utang. Mengangkat budaya warisan lelembut bangsa.

Pemeran Utama : Akhmad Fadli sebagai SmartFad
Pemeran Pembantu rencananya Valentino Rossy sebagai Bibi But
Pelengkap Penderita Email Salaman sebagai Gambar Pacul
Produser merangkap Sutradalang merangkap Juru Kamera merangkap Editor merangkap Tukang Diesel merangkap Seksi Athak-Ithik oleh Rawins Mumet.

Quick Note:
Cerita ini fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanyalah sebuah kebetulan yang disengaja. Yang merasa roaming, mohon maaf yang setulus hatimu semurni cintaku....

Kupat disiram santen...
Menawi lepat monggo disanten...











Read More

01 April 2010

Gandhung

Adalah Gandhung, seorang tukang becak yang begitu dekat dengan dunia seni Jokja. Begitu dahsyatnya darah seni dalam dirinya, sampai dia menganggap dirinya lebih eksis dibanding rektor ISI sekalipun. Karena sudah beberapa kali ISI ganti rektor, Gandhung belum juga berganti profesi. Dia tetap setia dengan becaknya.

Tak cuma dibidang seni lukis, di dunia dangdut pun dia begitu eksis. Bahkan termasuk pendekar joget kelas berat. Tak peduli siapa tamu VVIP di pembukaan pameranku. Asal musiknya dangdut, dia langsung turun melantai di depan hadirin yang terhormat. Menurutnya, dunia seni tidak mengenal jabatan. Asal berani nyawer, boleh ikut goyang. Tapi ketika penyanyi mulai nanya saweran, dengan enteng dia menghampiriku, "Mas, penyanyine minta saweran..."
Read More

EVORAH

EVORAH (Evil of Rabbit Head)
Setan Berkepala Kelinci!
Tujuh Bintang Art Space
Jl Sukonandi 7 Yogyakarta
1 - 13 April 2010

Membaca judul ini, setidaknya membuat kita mengeryitkan dahi atau bergumam dalam hati, “opo tho maksude?” apa maksudnya? Dari judul itu, seolah terbaca dua makhluk yang saling bertolak belakang di”kawin”kan pada satu situasi.

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena