Istriku pernah bertanya tentang kebiasaanku tancap gas ketika traffic light di kejauhan menyala hijau. "Ngapain ngebut, sampai perempatan juga sudah merah..."
Orang lain mungkin ngebut, justru untuk mengejar lampu hijau sebelum berubah merah. Tapi aku sebaliknya. Ketika tidak dikejar waktu, aku lebih suka lampu baru menyala merah. Sehingga aku bisa punya waktu lebih leluasa untuk beraktifitas yang lain. Misalnya motongin kuku, ngupil dan yang paling penting membuka SMS atau email masuk.
Aku termasuk orang yang tak pernah mau ambil resiko bermain hape di jalanan. SMS bertalu-talu tak akan mungkin aku sentuh sendiri sambil nyetir. Kecuali panggilan telepon kadang masih bisa aku tolerir. Itupun aku pilih-pilih siapa penelponnya. Apalagi bila mengendarai sepeda motor, baik telepon maupun SMS masuk aku tak peduli.
Makanya aku suka heran dengan stafku yang sering kepergok begitu asyiknya ber sms ria di atas motor. Bila menerima telpon, dengan damainya hape diselipkan ke helm dan ngoceh sepanjang jalan. Kalo ditanya, jawabnya, "dari pacar, mas. Aku kan sayang banget..."
Halah...
Orang yang mau mencelakai kita aja kok disayang-sayang. Apa iya sih, kalo dibilang lagi di jalan, dia ga mau tahu...
Ketika ada kolektor lukisan nelpon aku untuk membicarakan karya yang kadang nilainya sampai ratusan juta, mereka selalu bisa mengerti saat aku bilang, "maaf bos, lagi di jalan.." Padahal mereka boleh dikatakan orang penting di instansi atau perusahaannya. Belum pernah aku kena marah ketika mereka nelpon atau SMS, aku jawabnya terlambat.
Hidup di jalanan sangatlah tidak pasti. Kita sudah waspada, tapi orang lain meleng juga tetap bisa berakibat celaka. Apalagi bila kitanya juga ikut-ikutan tidak konsentrasi.
Itulah sebabnya kenapa aku sering menyukai lampu merah menyala lebih lama. Banyak urusanku yang bisa selesai di sana.
Tapi itu di jalanan. Kalo di rumah lain lagi. Merah terlalu lama justru membuatku uring-uringan ga karuan...
Tidak konsisten yah..?
Orang lain mungkin ngebut, justru untuk mengejar lampu hijau sebelum berubah merah. Tapi aku sebaliknya. Ketika tidak dikejar waktu, aku lebih suka lampu baru menyala merah. Sehingga aku bisa punya waktu lebih leluasa untuk beraktifitas yang lain. Misalnya motongin kuku, ngupil dan yang paling penting membuka SMS atau email masuk.
Aku termasuk orang yang tak pernah mau ambil resiko bermain hape di jalanan. SMS bertalu-talu tak akan mungkin aku sentuh sendiri sambil nyetir. Kecuali panggilan telepon kadang masih bisa aku tolerir. Itupun aku pilih-pilih siapa penelponnya. Apalagi bila mengendarai sepeda motor, baik telepon maupun SMS masuk aku tak peduli.
Makanya aku suka heran dengan stafku yang sering kepergok begitu asyiknya ber sms ria di atas motor. Bila menerima telpon, dengan damainya hape diselipkan ke helm dan ngoceh sepanjang jalan. Kalo ditanya, jawabnya, "dari pacar, mas. Aku kan sayang banget..."
Halah...
Orang yang mau mencelakai kita aja kok disayang-sayang. Apa iya sih, kalo dibilang lagi di jalan, dia ga mau tahu...
Ketika ada kolektor lukisan nelpon aku untuk membicarakan karya yang kadang nilainya sampai ratusan juta, mereka selalu bisa mengerti saat aku bilang, "maaf bos, lagi di jalan.." Padahal mereka boleh dikatakan orang penting di instansi atau perusahaannya. Belum pernah aku kena marah ketika mereka nelpon atau SMS, aku jawabnya terlambat.
Hidup di jalanan sangatlah tidak pasti. Kita sudah waspada, tapi orang lain meleng juga tetap bisa berakibat celaka. Apalagi bila kitanya juga ikut-ikutan tidak konsentrasi.
Itulah sebabnya kenapa aku sering menyukai lampu merah menyala lebih lama. Banyak urusanku yang bisa selesai di sana.
Tapi itu di jalanan. Kalo di rumah lain lagi. Merah terlalu lama justru membuatku uring-uringan ga karuan...
Tidak konsisten yah..?
wah... yg terakhir bikin ketawa... hehe...
BalasHapusKenapa emang..?
BalasHapusngga boleh di langgar ntu kalo istri sudah ngasih lampu merah...,, :D
BalasHapus