14 April 2010

Pitik-pitikan

Bertemu dengan teman-teman lama jaman STM dulu, aku jadi dengar lagi istilah yang sekian lama menghilang dari kosa kataku, "pitik-pitikan." Sebuah istilah yang tercetus tidak sengaja dari perilaku iseng anak-anak kurang kerjaan yang bernama pramuka.

Kalo tidak salah, sekitar tahun 90an ada perkemahan Remaja Bhayangkara Club se eks Karesidenan Banyumas di Baturaden. Waktu itu ada yang mau motong ayam untuk bakar-bakaran. Eh, ayamnya lepas dan diuber rame-rame. Setelah ayamnya ketangkep, acara kejar-kejaran masih saja berlangsung dan berubah menjadi kucing-kucingan. Ketika jadi kucing, aku nangkap peserta cewek dari kontingen Banjarnegara. Saking semangatnya, sampai jatuh berguling-guling berdua sambil berpelukan.

Habis itu aku kenalan dan jadi deket deh. Mungkin karena terkenang acara nguber ayam atau pitik itu, setiap kali aku kelihatan duduk atau berjalan berduaan, selalu disebut sedang pitik-pitikan.

Di perkemahan atau kegiatan selanjutnya, istilah itu melebar maknanya dan tak hanya berlaku untuk aku saja. Setiap ada yang kelihatan pedekate, selalu disebut sebagai pitik-pitikan. Kalo ada cowok yang keluyuran ke tenda cewek, temen-temen akan nanya, "mau cari pitik ya..?"

Namun istilah pitik-pitikan ini beda dengan pacaran. Karena ini hanya semacam cinta sementara atau cinta lokasi. Apalagi perkemahannya seringkali antar daerah yang sulit untuk berlanjut serius terhambat jarak. Apalagi waktu itu hanya mengandalkan pos dan jarang banget yang punya telepon. Jadi setiap kemah usai, cinta pun cukup sampai disini. Perkemahan selanjutnya, ya cari pitik baru lagi. Ada juga sih yang berlanjut pacaran, tapi tetap saja definisi pitik-pitikan cenderung terbatas ke pacar cadangan.

Seperti ketika Raimuna Nasional tahun 92 di Cibubur. Aku bisa dapat pitik 4 biji, kontingen Banjarnegara, Temanggung, Ujungpandang dan Manado. Di perkemahan besar semacam itu lebih mudah mengempatkan hati. Karena tiap kontingen punya jadwal berbeda. Jadi ketika kontingen A kegiatan di luar, aku bareng yang dari kontingen B. Begitu dan begitu seterusnya. Pokoknya perselingkuhannya aman, nyaman, langsung, umum, bebas dan rahasia.

Cuma bingungnya pas acara api unggun di malam penutupan perkemahan. Semuanya minta ditemenin sebagai tanda perpisahan. Takut jadi ribut, akhirnya aku cuma nongkrong sendirian di tenda merenungi nasib yang kesepian.

Dan aku tak tahu bagaimana awal mulanya, istilah itu kemudian bisa keluar dari kalangan pramuka. Aku sendiri tahunya pas ada kegiatan di Baturaden. Lagi nunggu angkutan pedesaan di seputaran terminal yang juga pangkalan pekerja seks komersial, aku dengar ada laki-laki hidung belang yang bertanya ke seseorang yang mungkin agen PSK. "Ada pitik baru ga..?"

Aku sempat berpura-pura bego nanya ke pedagang rokok disitu tentang pitik itu. Ternyata istilah itu mulai dipake juga untuk menyebut PSK. Dan kegiatan seks komersial disitu pun diistilahkan sebagai pitik-pitikan. Bisa jadi istilah ayam untuk menyebut wanita panggilan berawal dari situ juga. Sampai ada istilah ayam kampus segala...

Aku sendiri tak tahu kapan istilah itu kembali lenyap dari peredaran, karena tahun 96 aku cabut dari Purwokerto. Tapi yang jelas, aku jadi kangen pitik-pitikan neh...

Hehehe payah...

 

3 comments:

  1. pitik-pitikan itu cinlok toch ^^

    BalasHapus
  2. iya pak lek, buanyak pitik kampus di tempatku..,,
    mau..??

    hahahaa...,,

    BalasHapus
  3. jaman dulunya katanya begitu. tapi ga tau neh sekarang...

    pesen saklosin nek ono..
    diskone piro..?

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena