08 Januari 2011

Susis

Rambut sudah mulai panjang walau belum gondrong. Biasanya aku potong rambut ke salon langganan setiap pulang kampung. Karena belum ada rencana mudik dalam waktu dekat, terpaksa aku harus cari tukang cukur baru. Kalo ke langganan, aku cukup duduk manis dan tukang cukurnya bisa langsung babat tanpa perlu menginterogasi lagi. Aku memang malas ganti-ganti tukang cukur, soalnya aku termasuk orang yang gagap mode.

Bukan hanya urusan potongan rambut, untuk semua hal yang menyangkut penampilan aku memang sangat tergantung kepada istriku. Termasuk urusan beli baju apa celana aku juga tak pernah berangkat sendiri. Pernah mencoba maksa malah mubazir karena langsung dikecam banyak orang, norak katanya. Itu terjadis sejak masih bujangan dulu. Makanya pakaianku didominasi kaos-kaos even semacam perkemahan atau kegiatan pemuda lainnya. Sampai-sampai urusan perkancutan pun kalo ibuku ga rajin membelikan dan menyortir yang lama, bisa-bisa semua koleksi kancutku berwarna pink semua. Padahal waktu beli semuanya putih-putih melati.

Selain gapmod, aku kan juga harus nyenengin istri. Ga masalah aku atau orang lain menganggap potongannya jelek, asal istriku bilang bagus buat aku dah cukup. Lagian ga mungkin lah istriku menjerumuskan aku agar terlihat jelek di mata orang lain. Wong ga dijelek-jelekin juga dah ancur kok.

Untuk urusan pangkas rambut, dulu aku menjadi langganan tetap mbah Karmo. Tukang cukur keliling yang suka mangkal di DPR alias dibawah pohon rindang. Tak perlu pilih-pilih model yang membingungkan, cukup bilang cukur brush apa cukur bathok, mbah. Tapi sayang, sepeninggal mbah Karmo, anak turunnya tidak ada yang mau mewarisi profesinya itu. Lalu istriku mengenalkan aku dengan salon yang selama ini aku hindari hanya karena aku takut banci.

Dan selanjutnya aku tak pernah lagi kemana-mana agar tak perlu briefing ulang oleh istriku tentang model rambut yang diinginkan seperti tukang pangkas kemarin. Tukang cukurnya cowok tapi bawel kalo ga mau disebut ga mudengan. Dah dibilang urusan model dan lain lain tanyanya ke istriku, eh nanya aku lagi aku lagi. Bosen bolak-balik ditanya padahal jawabanku selalu sama, akhirnya aku beri penekanan, "kalo ada yang kurang jelas, tanyanya ke istriku saja yah..."

Eh, malah jawabnya, "susis yo, mas..?"
"Apaan susis..?"
"Suami sieun istri..."

Ealah, korban sule...

8 comments:

  1. ok om. thks melunsur tekape deh...

    BalasHapus
  2. hahahah... :D

    korban sule :D

    BalasHapus
  3. urusa potong memotong rambut emang susah-susah gampang, mengingat antara seLera konsumen yang kadang enggak nyambung sama si tukang pangkas. tapi gampang yah pangkas gaji, hehehehe....

    BalasHapus
  4. xixixixixi.. sule banyak makan korban

    BalasHapus
  5. sky
    iyah tuh sialan banget tukang cukur...
    heheh

    BalasHapus
  6. bener om
    kadang suka sebel juga, kita pengennya begini kok tukang cukurnya malah ngotot katanya bagus begitu. emang yang mau pake rambutnya di pala sapa..?

    BalasHapus
  7. takuy
    hehehe nyebelin banget yah..?

    BalasHapus
  8. fotonya lucu, di salon mana tuh? masa facial dibilang faisal...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena