13 Januari 2011

Wawancara

Kilas balik ke acara wawancara kerja yang didapat saat plesir tak jelas kemaren.

Saat temen yang hampir 20 tahun ga ketemu bilang di sebelah kantornya butuh beberapa orang tenaga IT untuk penempatan di Kalimantan Tengah. Tanpa bawa segala macam perabotan layaknya orang ngelamar kerja aku datang ke kantor itu. Ditanya ijasah dan sebagainya dengan terus terang aku sampaikan tidak punya. Akupun balik nanya yang akan dipekerjakan tuh otakku atau ijasahnya. Dan akhirnya aku cuma diminta bikin CV.

Sempat mumet sampai aku inget punya simpenan CV di email. Pinjem komputer dan printernya, dapet deh daftar riwayat hidup yang entah bener entah tidak. Bosen mempertanyakan sertifikasi akademis yang selalu aku jawab tidak ada, pertanyaan mulai mengarah ke bidang teknis. Masalah seperti ini pun buatku tak jadi masalah. Kunci sukses wawancara sebenarnya bukan benar apa salah, tapi pede apa engga saat kita bohong. Walau katanya bohong itu dosa, tapi justru acara tipu menipu itu yang selalu membuatku bisa kerja.

Masalahnya sebenarnya sederhana. Aku tahu terlalu banyak bidang tapi tidak ada yang mateng sedikitpun. Semuanya cuma secimit-secimit tanpa ada satu bidang pun yang benar-benar pro kecuali urusan bikin hoax. Aku lebih sering bekerja di maintenance umum jadinya tak pernah ambil satu bidang spesifik. Apalagi budaya di masyarakat kita, asal disebut teknisi, selalu dianggap serba bisa. Sudah jelas statusnya teknisi komputer yang cuma bisa format instal doang, eh ada tipi rusak suruh betulin. Makanya untuk hal yang berkaitan dengan kelistrikan arus kuat tegangan menengah dan rendah, jaringan kabel telepon, jaringan komputer dan urusan hardware software aku berusaha tahu walau secuil tak detil.

Makanya pas wawancara kemarin, ditanya apa saja dengan pede aku jawab bisa, pak. Untung saja setelah itu tidak dikejar bisanya sejauh mana, sehingga aku tidak harus pasang tampang "celilian" di depan interogator. Acara bumbu membumbui juga perlu banget agar kelihatan meyakinkan. Seperti ketika ditanya, menguasai linux apa engga. Dengan sigap aku jawab, saya sering pakai, pak.

Padahal suer, yang aku tahu tentang linxu cuma sekedar instal ubuntu dan make buat ngetik doang. Urusan setting server dan segala macem, meneketehe. Untung nanyanya cuma bisa linux apa engga, jadinya aku ga harus berbohong lebih jauh. Biar mantap dan mengalihkan pertanyaan agar tidak masuk ke detilnya, aku bumbuin dengan keuntungan perusahaan yang pakai linux. Kusampaikan juga kalo beberapa bulan lalu, konimex Solo sistemnya dilinuxan semua dan sampai sekarang tidak ada keluhan. Yang mewawancarain manggut-manggut mengira proyek linuxisasi itu aku yang kerjain. Padahal suer, aku cuma denger cerita itu dari bagian IT konimex pas aku presentasi data center beberapa bulan lalu. Begitu juga dengan pertanyaan tentang VPN, WAN, server dan sebagainya, semuanya aku jawab bisa walau aslinya mbuh.

Mungkin terlalu sembrono mengiyakan semua itu. Namun aku punya patokan tersendiri. Selama masih dibidang listrik tegangan distribusi, jaringan telepon dan komputer, aku bisa belajar cepat. Karena secara prinsip aku sudah punya gambaran walau sekedar baca teori dan belum pernah praktek. Tapi yang paling penting, aku sadar bahwa ini sekedar wawancara yang pasti akan sangat berbeda dengan kenyataan setelah di lapangan nantinya.

Berbekal kepedean itu pula aku lebih banyak ngeyel sepanjang wawancara. Seperti soal cuti, dari perusahaan mintanya pakai roster 24 - 2. Dalam artian 24 minggu kerja dan libur 2 minggu. Aku maunya 8 - 2, walau akhirnya deal 12 - 2. Yang sempat mentok adalah di negosiasi gaji. Aku minta 10 juta dan perusahaan maunya 5 juta perbulan. Berebut argumen terus sampai akhirnya ditunda besok hari. Tapi hari kedua malah tambah kacau. Dari sebelumnya nawar 5, sekarang malah turun jadi 4,5 cuman kemampuanku diketeng. Dari sebelumnya aku menawarkan diri untuk bidang kerja kelistrikan, telepon dan komputer, dengan gaji 4,5 hanya untuk komputernya saja. Katanya itu sudah final dan pilihannya hanya teken kontrak atau cabut.

Sialan, ga suka aku digertak-gertak seperti itu. Walau akhirnya mengalah, aku iyain gaji segitu tapi ditambah fasilitas mess dan makan 3 kali sehari, transportasi dan cuti tahunan diluar cuti roster yang 12 - 2 tadi. Aku juga ga mau kalo langsung kontrak tahunan. Aku minta status percobaan 3 bulan dan setelah itu negosiasi ulang. Ternyata disetujui sehingga aku punya ancang-ancang selama 3 bulan kedepan untuk menyusun rencana masa depan berlapis. Minimal nantinya aku punya alasan untuk mempertanyakan bila gaji status percobaan dan kontrak tidak ada perbedaan signifikan. Dan aku pun punya kesempatan untuk nego ulang  bila ternyata aku dipekerjakan diluar urusan komputer, seperti betulin genteng bocor atau nyabutin rumput tetangga misalnya.


Salah satu alasan kenapa aku mau mengalah, sebelumnya aku sempat ngobrol dengan bagian teknis disitu dan katanya disana merupakan tambang baru yang infrastrukturnya belum memadai. Karena pekerjaanku bersifat perintisan makanya aku berani ambil resiko dengan harapan aku bisa memasang pondasi sistem yang kokoh yang akan aku jadikan senjata nego pasca percobaan. Masalahnya ketika aku tanya tentang ini itu dan menyangkut database, orang IT nya bilang "itu tugas saudara mencari dan menyusun strukturnya.."

Nah ini dia peluangnya. Aku harus kumpulin pasukan secepat mungkin untuk memikirkan sistem paling cocok tapi susah dipahami orang lain. Sehingga saat dipasang nanti, orang lain hanya bisa menjadi updater saja dan sistemnya aku yang pegang. Jadinya bila terpaksa aku hengkang karena gagal negosiasi, akan butuh waktu panjang bagi orang lain mempelajari detilnya. Atau mungkin aku lakukan kejahatanku yang dulu dimana sistemnya bisa aku remote dan selalu aku isengin dari warnet sepeninggal aku dari situ karena tak mau naikin gaji.

Tapi itu proyek jangka panjang deh. Yang paling penting aku harus bisa siapkan model sistemnya dan bisa dibuktikan ketangguhannya dalam 3 bulan kedepan. Dan pasukan IT STAIN sore tadi sudah bilang ok ketika aku telpon minta bantuan. Kuharap proses ini bisa sukses. Masalah hasilnya nanti bonyok sih sudah biasa. Yang penting prosesnya aku tak mau gagal.

Nawaitu deh...
Sampai 3 bulan ke depan aku akan berjuang di pedalaman Kalimantan...

4 comments:

  1. wow.. cuman bisa nganga.. kayaknya perlu banyak belajar dari kamu ni wins!
    salut euy..

    BalasHapus
  2. Wah, saya nggak bakat berani-branian begitu, saya ini terlalu lugu rasanya, maka sering gagal wawancara.

    BalasHapus
  3. sampeyan ki podo pedene karo bojoku.. asal bilang bisa pas disuruh bikin sistem yang ga pernah dia buat..

    tapi memang dia otodidaker sama kayak kang rawins, jadi belajarnya cepet.. dan hasilnya sekarang ini, alhamdulillah.. bojone tinggal ngguyu thok..:D

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena