Pembangunan Indonesia Raya yang tidak merata sedikit banyak berimbas ke masalah SDM dan pola pikirnya. Apalagi saat kita di pedalaman, semua itu terasa banget. Walau dari segi politik mereka jago, pembinaan mental dan ketrampilan yang aku lakukan berjalan relatif lambat. Tidak semuanya sih, namun sebagian yang aku temukan disana menyatakan seperti itu.
Sebagai contoh saat aku lihat pengelolaan gaji karyawan masih menggunakan cara manual. Sehingga untuk menghitung rekap absensi, lembur dan pernak-perniknya harus dilakukan oleh 5 orang staf. Disebut manual tuh bukan berarti total masih pakai kertas dan bolpen. Memang sudah menggunakan komputer dan excel, tapi cuma untuk ngetik doang. Saat ada perhitungan, tidak digunakan rumus. Melainkan ambil kertas dan kalkulator untuk menghitung, lalu hasilnya diketikan di excel.
Kemudian aku ajari cara menghitung dengan rumus dan tinggal dikopi ke baris selanjutnya. Hasilnya pekerjaan hari itu selesai lebih cepat dari biasanya. Tapi besoknya aku ditegur atasan mereka karena pekerjaan di kemudian hari ancur-ancuran. Aku investigasi ke yang bersangkutan. Ternyata rumus yang aku ajarkan kemarin itu mereka kopi kopikan ke semua pekerjaan mereka, tak peduli apapun kasusnya.
Pelan-pelan aku latih mereka walau progresnya memang teramat lambat. Kemudian aku coba mencari tau kenapa bisa SDM semacam itu masuk jadi karyawan. Ternyata budaya titip menitip dan pemaksaan yang jadi latar belakangnya. Awalnya, penduduk setempat yang punya lahan di sekitar tambang demo dan meminta lahan mereka dibeli oleh perusahaan. Setelah mereka tak punya kebun, mereka demo lagi minta dipekerjakan di perusahaan. Memang mereka dipekerjakan di bagian yang tidak terlalu penting seperti security, staf atau bagian lapangan. Tapi ketrampilan yang pas-pasan membuat jumlah orangnya jadi menggembung. Seperti pekerjaan rekap absensi yang selama ini dikerjakan 5 orang, ternyata bisa aku selesaikan hanya dibantu satu orang. Itupun aku jadikan sambilan, bukan hanya mengerjakan itu doang selama sebulan.
Gerakan perlahanku ternyata tidak membuat orang-orang manajemen mau bersabar dan memutuskan untuk mengganti beberapa posisi staf dengan orang dari Jakarta. Yang salah aku juga. Pernah kasih pernyataan, daripada bayar 5 orang lokal masing-masing 2 jutaan, mendingan bayar tenaga setengah ahli dari Jawa dengan gaji 6 juta. Masih nyisa 4 juta kan..?
Jadi...
Untuk yang berminat kerja sebagai staf administrasi di workshop tambang batu bara dengan lokasi di Tamianglayang Barito Timur Kalteng, silakan kirim lamaran dan riwayat hidup ke xxxx, Jakarta 10160.
Syaratnya, mau kerja di lokasi yang setengah ekstrim. Di kantor sih, tapi lingkungan sekitarnya kan tambang yang kadang super becek. Di pinggir jalan propinsi tapi di hutan juga. Dari ibukota kabupaten Bartim sekitar 15 km. Harus bisa komputer minimal office. Boleh cowok boleh cewek, diutamakan usia dibawah 30 tahun dan status single. Yang berstatus dobel, tripel atau empel boleh juga, asalkan tidak bermasalah dengan pola kerja roster, tiga bulan kerja dan 2 minggu cuti. Tiket pulang pergi saat cuti ditanggung perusahaan. Begitu juga urusan makan dan cuci sudah disediakan di mess. Kamar berAC, tapi listrik sering mati. Mandi pakai shower, tapi sering mampet kebanyakan tanah. Kalo mau yang jernih dan unlimited, nyebur aja ke sungai.
Yang pasti kerja disitu gaji bakalan utuh kecuali memang hobi jajan. Kenapa bisa boros, soalnya jajan paling-paling 10 ribu, ongkos ojeknya 50 ribu. Gaji ditransfer liwat rekening. Kalo pakai BRI, ATM terdekat di Tamianglayang 15 kilo dari site. Tapi sayang ATMnya sering kosong. Kalo pakai Mandiri harus ke Tanjung, 2 jam perjalanan. Kalo BCA, ke Banjarmasin tuh, 7 jam dari lokasi. Makanya gaji aku masukin ke rekening istri dan kalo aku butuh istri tinggal kirim pake wesel pos atau western union. Tapi selama ini, istri kirim 500 ribu perbulan selalu nyisa banyak tuh. Pengeluaranku paling-paling beli air mineral buat bekal ke tambang dan permen. Pengen pijit apa krimbat mahal, nipisin rambut dikit aja di salon ongkosnya 25 rebu. Apalagi kalo sampai babat abis.
Soal gaji dan fasilitas yang diinginkan silakan negosiasi sendiri dengan HRD saat wawancara. Disini tidak ada standar gaji yang pasti. Jadi salah nego di awal berakibat lumayan fatal dalam jenjang penghasilan berikutnya. Biar lebih jelas tentang carut marutnya perusahaan ini, baca saja jurnal-jurnal 3 bulan terakhir di blog ini semenjak aku berangkat ke Kalteng pertengahan Januari lalu.
Tapi...
Ini sekedar informasi saja. Segala sesuatu yang berkaitan dengan lamaran menjadi wewenang perusahaan. Aku tidak ikut campur sedikitpun. Kecuali pelamar cewek penampilan menarik, boleh deh lamarannya ke emailku. Jangan lupa fotonya seluruh badan dari segala posisi. Siapa tahu bisa lolos audisi untuk pilem rawins ngesot. Jadi kuntilanak...
Soal nego kerja, silakan baca disini deh...
---- update 12-7-2011
CLOSED----
Sebagai contoh saat aku lihat pengelolaan gaji karyawan masih menggunakan cara manual. Sehingga untuk menghitung rekap absensi, lembur dan pernak-perniknya harus dilakukan oleh 5 orang staf. Disebut manual tuh bukan berarti total masih pakai kertas dan bolpen. Memang sudah menggunakan komputer dan excel, tapi cuma untuk ngetik doang. Saat ada perhitungan, tidak digunakan rumus. Melainkan ambil kertas dan kalkulator untuk menghitung, lalu hasilnya diketikan di excel.
Kemudian aku ajari cara menghitung dengan rumus dan tinggal dikopi ke baris selanjutnya. Hasilnya pekerjaan hari itu selesai lebih cepat dari biasanya. Tapi besoknya aku ditegur atasan mereka karena pekerjaan di kemudian hari ancur-ancuran. Aku investigasi ke yang bersangkutan. Ternyata rumus yang aku ajarkan kemarin itu mereka kopi kopikan ke semua pekerjaan mereka, tak peduli apapun kasusnya.
Pelan-pelan aku latih mereka walau progresnya memang teramat lambat. Kemudian aku coba mencari tau kenapa bisa SDM semacam itu masuk jadi karyawan. Ternyata budaya titip menitip dan pemaksaan yang jadi latar belakangnya. Awalnya, penduduk setempat yang punya lahan di sekitar tambang demo dan meminta lahan mereka dibeli oleh perusahaan. Setelah mereka tak punya kebun, mereka demo lagi minta dipekerjakan di perusahaan. Memang mereka dipekerjakan di bagian yang tidak terlalu penting seperti security, staf atau bagian lapangan. Tapi ketrampilan yang pas-pasan membuat jumlah orangnya jadi menggembung. Seperti pekerjaan rekap absensi yang selama ini dikerjakan 5 orang, ternyata bisa aku selesaikan hanya dibantu satu orang. Itupun aku jadikan sambilan, bukan hanya mengerjakan itu doang selama sebulan.
Gerakan perlahanku ternyata tidak membuat orang-orang manajemen mau bersabar dan memutuskan untuk mengganti beberapa posisi staf dengan orang dari Jakarta. Yang salah aku juga. Pernah kasih pernyataan, daripada bayar 5 orang lokal masing-masing 2 jutaan, mendingan bayar tenaga setengah ahli dari Jawa dengan gaji 6 juta. Masih nyisa 4 juta kan..?
Jadi...
Untuk yang berminat kerja sebagai staf administrasi di workshop tambang batu bara dengan lokasi di Tamianglayang Barito Timur Kalteng, silakan kirim lamaran dan riwayat hidup ke xxxx, Jakarta 10160.
Syaratnya, mau kerja di lokasi yang setengah ekstrim. Di kantor sih, tapi lingkungan sekitarnya kan tambang yang kadang super becek. Di pinggir jalan propinsi tapi di hutan juga. Dari ibukota kabupaten Bartim sekitar 15 km. Harus bisa komputer minimal office. Boleh cowok boleh cewek, diutamakan usia dibawah 30 tahun dan status single. Yang berstatus dobel, tripel atau empel boleh juga, asalkan tidak bermasalah dengan pola kerja roster, tiga bulan kerja dan 2 minggu cuti. Tiket pulang pergi saat cuti ditanggung perusahaan. Begitu juga urusan makan dan cuci sudah disediakan di mess. Kamar berAC, tapi listrik sering mati. Mandi pakai shower, tapi sering mampet kebanyakan tanah. Kalo mau yang jernih dan unlimited, nyebur aja ke sungai.
Yang pasti kerja disitu gaji bakalan utuh kecuali memang hobi jajan. Kenapa bisa boros, soalnya jajan paling-paling 10 ribu, ongkos ojeknya 50 ribu. Gaji ditransfer liwat rekening. Kalo pakai BRI, ATM terdekat di Tamianglayang 15 kilo dari site. Tapi sayang ATMnya sering kosong. Kalo pakai Mandiri harus ke Tanjung, 2 jam perjalanan. Kalo BCA, ke Banjarmasin tuh, 7 jam dari lokasi. Makanya gaji aku masukin ke rekening istri dan kalo aku butuh istri tinggal kirim pake wesel pos atau western union. Tapi selama ini, istri kirim 500 ribu perbulan selalu nyisa banyak tuh. Pengeluaranku paling-paling beli air mineral buat bekal ke tambang dan permen. Pengen pijit apa krimbat mahal, nipisin rambut dikit aja di salon ongkosnya 25 rebu. Apalagi kalo sampai babat abis.
Soal gaji dan fasilitas yang diinginkan silakan negosiasi sendiri dengan HRD saat wawancara. Disini tidak ada standar gaji yang pasti. Jadi salah nego di awal berakibat lumayan fatal dalam jenjang penghasilan berikutnya. Biar lebih jelas tentang carut marutnya perusahaan ini, baca saja jurnal-jurnal 3 bulan terakhir di blog ini semenjak aku berangkat ke Kalteng pertengahan Januari lalu.
Tapi...
Ini sekedar informasi saja. Segala sesuatu yang berkaitan dengan lamaran menjadi wewenang perusahaan. Aku tidak ikut campur sedikitpun. Kecuali pelamar cewek penampilan menarik, boleh deh lamarannya ke emailku. Jangan lupa fotonya seluruh badan dari segala posisi. Siapa tahu bisa lolos audisi untuk pilem rawins ngesot. Jadi kuntilanak...
Soal nego kerja, silakan baca disini deh...
---- update 12-7-2011
CLOSED----