22 April 2011

Ulin

Hidup di daerah Kalimantan yang berawa-rawa memang memiliki keunikan tersendiri. Rumah-rumah panggung menjadi satu ciri khas daerah yang bahkan masih dipertahankan oleh mereka yang rumahnya tidak di atas rawa. Awalnya aku sempat heran melihat rumah berlantai keramik berdinding tembok dibangun di atas panggung kayu tanpa pondasi batu dan semen. Namun setelah dijelaskan oleh teman tentang kehebatan kayu ulin, sedikit banyak aku mulai bisa mengerti.

Tanah rawa yang lembek membutuhkan biaya mahal bila harus pasang pondasi sebagaimana umumnya rumah-rumah di Jawa. Apalagi bila ditambah dengan biaya pengurukan, jauh lebih mahal dibandingkan dengan penggunaan tiang rumah dari kayu ulin. Apalagi katanya, rumah temanku itu sudah berumur 10 tahun lebih dan belum pernah diganti tiang-tiang panggungnya. Bisa dibayangkan kekuatan kayu ulin menahan beban dinding tembok, lantai keramik dan segala perabotan di atasnya.

Ulin atau disebut juga kayu besi adalah pohon kayu khas Kalimantan. Kayu hutan liar ini juga dimanfaatkan sebagai bahan  konstruksi jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di Kalimantan dan katanya di wilayah Sumatera bagian selatan.

Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah, terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa. Kayu Ulin tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras. Pertumbuhannya termasuk lambat. Untuk mencapai diameter 20 cm saja diperlukan waktu antara 20 - 25 tahun. Itulah sebabnya ulin jarang dibudidayakan termasuk oleh pengelola HPH. Maunya tinggal tebang dan pembudidayaannya diserahkan sepenuhnya kepada alam. Tanpa ada perhatian pemerintah dan masyarakat atas kesemena-menaan akan kayu ulin, kayaknya suatu saat kekayaan alam khas kita ini bisa habis dari bumi Borneo.

Alam memang seringkali membuat kesukaran bagi kita. Namun dilain sisi, alam juga selalu memberikan solusi untuk kita mengatasi masalah tersebut. Masalahnya adalah, mampukah kita membaca tanda-tanda alam untuk menemukan solusi itu plus menjaga agar tidak punah.

Stop pembalakan liar
Anak cucu kita juga berhak warisan khas Kalimantan ini
Agar mereka tak hanya tahu "ulin" nya orang Sunda semata...
Read More

21 April 2011

Lowongan Kerja Admin Website

Sekilas info saja...

Dibutuhkan segera tenaga admin website, penempatan di Jakarta.
Lulusan apa aja boleh asal bisa maintenance website dan berjenis kelamin cewek.
Mau tulen apa palsu terserah, asal pas interview penampilannya cewek

Kirim lamaran dan CV ke alamat email xxxx

Penting..!!!
Aku cuma kasih info doang
Sapa tahu ada temen yang butuh kerjaan
Soal gaji, fasilitas dll silakan nego sendiri
Hal lain-lain aku tidak ikut-ikutan
Silakan berurusan langsung dengan HRD

NB
Kali aja perlu baca sebelum melamar kerja di perusahaan ini :
- Negosiasi Kerja di Pertambangan
- Lowongan Kerja di Tambang Batubara

Terima kasih

---- update 12-7-2011
CLOSED----

Read More

Di Tengah Keterasingan

Di tengah-tengah hutan
Di bawah langit biru
Tenda berkibar ditiup sang bayu...


Jauhlah dari kampung
Menurut kata hati
Damainya hati di pangkuan pertiwi...

Di tengah keterasingan begini, mendadak aku ingat lagu jaman pramukaan dulu. Sekian lama di lapangan jauh dari kantor yang berarti juga jauh dari internet, telah merubah damai hati di bumi pertiwi menjadi hati yang luka meninggalkan dunia maya. Lebay bulusss...

Di saat pekerjaan dan masalah menumpuk, biasanya blogging jadi ngebut. Tapi kondisi sekarang, aku cuma bisa bilang apa daya sinyal tak sampai. Jangankan bisa posting dari letop, dari hape saja ndut-ndutan. Makanya penyaluran isi otak cuma bisa numpang lewat di notepad. Mumpung nemu koneksi begini, pengennya bales dendam blogging. Apa daya juga waktunya mepet.

Hidup tanpa pelampiasan bagaikan hidup tanpa cinta. Tapi jangankan bisa secara nyata, bercinta lewat udara saja susah. Di depan mata hanya ada penghuni belantara saja. Kelembutan sosok wanita pun lama tak terasa. Andai saja ada, mungkin bisa sedikit meredam kekerasan manusia-manusia dekil yang mulai jenuh dengan suasana rimba ini.

Hihihi..
Cuma bisa berhayal doang
Tapi kalo ada cewek yang mau ikut
Kayaknya boleh juga tuh
Aku jamin aman deh keselamatannya

Kalo kehormatannya...
Berani janji gak yah..?
Read More

12 April 2011

Jangan rewel ya...

Pusing dengan bos baru yang kayaknya anggota gang mancing mania tapi spesialis mancing kerusuhan, sabtu kemaren aku kabur ke Jogja. Sayang hujan turun sehari-hari sehingga kebersamaan itu hanya bisa dinikmati di rumah saja.

Namun sayang, kemarin Citra dan ibunya sama-sama rewel. Rupanya proses menyapih yang seharusnya bisa berjalan lebih cepat, sedikit terganggu karena tak tahan kerewelan masing-masing. Citra banyak nangis karena harus berhenti nenen, sedangkan ibunya mengeluh nenennya bengkak dan sakit. Akibatnya suka ngalah memberikan ASI lagi.

Kemarin aku sedikit paksain agar ibunya tidak kasih nenen lagi. Kasihan adik yang dalam kandungan takut ga kebagian nutrisi. Juga biar Citra lebih membiasakan diri minum susu dari gelas dan mengenal makanan padat.

Tiga hari terlewati dengan segala kerewelan keduanya. Apalagi kalo dua-duanya sudah mewek, bingung beneran dah. Apalagi kalo Citra dah nangis ga mau tidur, dia ga mau digendong selain ibue. Makanya pas mau berangkat ke bandara tadi pagi, tumben aku merasa sedih banget ninggalin mereka. Kayaknya kok tega bener membiarkan istri sibuk sendiri ngurus segalanya, walau aku pun pergi bukan untuk jalan-jalan.

Cepet baikan ya, nak...
Jangan nakalin ibu dan adek
Belajar seperti mamas Adi ya
Yang bisa mandiri tanpa ayah...
Ayah merindukan kalian...

Dari ruang tunggu Adi Sutjipto
Mobile Post via XPeria
Read More

08 April 2011

Cerita Sial

Ada sepotong pertanyaan teman nongol via GTalk, "kenapa sih suka banget nulis hari-hari sial lo..? Cari belas kasihan ya..?"

Ga terlalu penting sih. Apalagi aku ngeblog memang buat buang unek-unek doang. Daripada disimpan dalam hati bikin dongkol, kan lebih enak dikeluarin di blog. Perasaan isi blogku tuh campur aduk mengangkat banyak masalah yang aku temukan dalam keseharian. Tapi kenapa malah tema kesialan itu yang jadi trade mark..?

Namanya unek-unek kan bermacam-macam. Respon dari yang baca juga beranekaragam. Cuma yang aku lihat, orang tuh kayaknya lebih seneng melihat kesusahan orang tapi dengan label sial bukannya sedih. Ketika kita cerita kesedihan, kadang dibilang lebay. Cerita lagi sial, malah diketawain. Sama-sama cerita ga enak, tapi yang satu menyebalkan dan yang satu bisa menghibur orang. Mendingan pilih yang mana..?

Selain itu, sudah beberapa teman mengatakan hanya menyukai ending dari tulisanku. Untung aku nulis memang diniatkan untuk diri sendiri. Kalo nawaitunya buat orang lain, ya jelas sebel dong. Nulis panjang-panjang cuman dibaca buntutnya doang. Kaya cewek aja sukanya buntut...

Terserah deh apa kata orang. Aku cuma pengen mencatat sepotong waktu yang aku jalani setiap hari. Merasa terhibur, alhamdulillah. Merasa sebel, awasss...

Lagian...
Kalo nulis yang enak-enak
Misalkan abis jual tambang emas
Suka banyak yang datang mau ngutang..
Read More

Kesan Pertama

Kepergianku ke Jakarta berawal dari laporanku ke komisaris perusahaan yang datang ke tambang tentang pekerjaanku yang jalan di tempat, karena terbentur masalah standar operational procedure di lapangan yang tumpang tindih. Karena pihak-pihak terkait di lapangan tidak bisa memberi keputusan, aku minta saran beliau untuk mengambil jalan tengah. Dan jawaban beliau, "silakan jadwalkan ke Jakarta. Kemarin saya meeting dengan direksi, sudah ditunjuk penanggungjawab proyek anda di kantor pusat..."

Dengan jawaban semacam itu, asumsi dalam otakku adalah, permasalahanku sudah dibahas di tingkat direksi dan sudah ada yang bisa memutuskan. Sampai di Jakarta, pagi-pagi sudah dipanggil ke ruang meeting. Aku duduk di sebelah direktur keuangan baru yang juga menjadi bos baruku di proyek IT. Beliau langsung menyuruhku pasang proyektor dan presentasi tentang segala pekerjaanku. Karena tidak ada perintah untuk presentasi dari awal, aku memang tidak membuat slidenya. Aku pikir semua masalah sudah dibahas dan aku tinggal terima keputusan dan perintah.

Di pertemuan pertama sebelum sempat kenalan itu, beliau malah berceloteh tak enak di forum didepan jajaran direksi. Dibilang ga beres, ga siap, ga ngarti, dst dst... Aku coba sampaikan, kalo dokumen pekerjaan semuanya aku bawa di letop. Tapi kan ga mungkin semua detail itu aku presentasikan. Apalagi ketika aku serahkan sebuah dokumen yang sudah aku cetak, dengan arogan dibanting ke meja. "Saya ga ngerti kenapa you bisa jadi IT disini. IT tuh harus selalu siap dengan data yang bisa dipresentasikan. Apaan yang begini disodorkan ke direksi, you bisa mikir ga sih..?"

Masih bersabar aku sampaikan ini cuma salah paham. Aku kasih segepok kertas hanya ingin menunjukan kalo dokumen pekerjaan aku bawa. Tapi kalo harus presentasi, aku minta waktu sebentar untuk bikin rangkuman di power point. Aku sampaikan juga bahwa semuanya memang baru aku susun ulang, karena data lengkapnya ada di laptop yang hilang di tambang. Langsung disamber juga, "you jangan mengeluh disini. Disini you harus tunjukin you bisa kerja..."

Panas hati, aku pamit ke forum untuk bikin presentasi. Sampai di lift, aku dirangkul oleh manager keuangan dan malah diajak ke minibar. "Sabar, pak. Mending kita ngopi dulu. Sekalian saya mau pamit, akhir bulan ini saya sudah tidak disini. Pusing, pak.."
Halah...

Habis ngopi, aku menghadap ke direktur HRD untuk minta pertimbangan agar cari orang lain yang jadi penanggungjawab proyek. Beliau malah jawab, "Saya sudah tidak bisa memutuskan lagi, ini hari terakhir saya di kantor ini. Kita saling doakan saja dan semoga suatu saat bisa kerjasama lagi..."

"Maksudnya, pak..?"

"Saya sama dengan kamu. Pada waktu bergabung, saya merasa idealis dan tertantang melihat kekacauan di perusahaan ini. Tapi nyatanya saya tak pernah bisa membuat perubahan apa-apa. Orang-orang yang bisa membuat perusahaan ini menjadi baik tak pernah bisa bertahan lama. Yang awet justru orang-orang aneh yang sering bikin masalah. Kamu sabar dulu deh..."
Haduh...

Dari situ aku menghadap ibu big bos. Mempertanyakan apakah perlu proyekku ini ditinjau ulang dari awal. Kalo memang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan, mendingan aku cabut dan pasukanku di Kalimantan aku tarik pulang, daripada mereka tak bisa kerja disana dan gaji bulan ini masih dipending oleh bos baru. Beliau minta tetap dilanjutkan karena memang itu keinginan beliau. Tapi disitu aku sempat dikecam dengan lambatnya pekerjaanku. Aku coba menjelaskan, bahwa yang membuat lama itu bukannya di pekerjaan coding, tapi di pengumpulan data yang selalu dihambat orang. Juga oleh SOP yang tak jelas dan tumpang tindih di lapangan. Bagaimana aku bisa ujicoba programku, minta pengadaan server saja sampai saat ini belum terealisasi. Aku minta supaya ditunjuk satu penanggungjawab di kantor pusat. Agar aku hanya memiliki satu pintu dan tidak keluyuran kemana-mana seperti saat ini. Beliau setuju dengan satu pintu itu, tapi sialnya yang ditunjuk tetap direktur baru itu.

Nongkrong lagi di minibar. Eh, disitu ada manager yang ngomel akan sikap bos baru yang sangat tidak mengenakan. Sampe sore malah jadi curhat disitu dan lupa harus menghadap bos dengan membawa slide presentasi. Emang gua pikirin, mau dipecat juga silakan saja dah. Mumet oleh pekerjaan sih bukan masalah, tapi kalo mumet oleh orang lain yang seharusnya mendukung pekerjaan, kan nyebelin banget.

Suer, aku dah ga mikirin kerjaan lagi. Aku malah telpon agen travel pesan tiket pesawat ke Jogja. Mending pulang kelon di rumah biar otak fresh. Eh, tiba-tiba si Mr Crab nongol, "Besok jam 1 kita meeting ya..."

Buset dah...
Semoga berakhir baik
Dan aku ga perlu nyantet orang...

gambar nyomot di google

Read More

06 April 2011

234din Noor

Kemarin turun perintah untuk meeting di Jakarta pada hari rabu sore. Karena terlalu mendadak, aku ga bisa booking mobil sarana untuk antar ke bandara. Jadi aku pesan travel yang berangkat dari Tamianglayang jam 9 malem untuk mengejar penerbangan pagi. Sudah beres packing, kode booking tiket juga sudah dismsin oleh orang kantor, berangkatlah aku ke Banjarmasin.

Naik travel sebenarnya nyaman. Cuma sayang, semalem aku kebagian tempat duduk di belakang. Persis didepanku ada ibu-ibu yang melarang sopir menyalakan AC dan memilih buka jendela lebar-lebar. Beberapa penumpang komplen alus minta jendela ditutup sedikit. Suer, cuma minta sedikit. Tapi jawaban didapat begitu panjang lebar, dari sekedar alasan suka mabuk kalo tidak kena angin sampai menyebut-nyebut dirinya sebagai orang desa yang sederhana dan tak perlu memboroskan diri dengan AC.

Ketika gerimis turun dan kaca mobil mulai berkabut, sopir minta menyalakan AC biar pandangan ga bureng. Eh, tetep si ibu keukeuh mengeluarkan argumen kalo sampe dia mabuk, kasian penumpang yang lain bisa mabuk semua. Sopir beberapa kali melindas jalan berlubang pun seolah tak membuat dia berubah pikiran.

Jadilah aku harus merelakan diri terhembus angin malam selama 6 jam perjalanan. Sedikit ngomel dalam hati dan berharap si ibu tidak satu penerbangan denganku. Bisa kacaw kalo dia sampe minta pilot mematikan AC dan menyuruh buka jendela biar bisa meludah dengan nyaman. Modarrrooo...

Menjelang subuh sampe bandara. Aku tunggu konter rajasinga buka untuk mencetak tiket. Begitu terima tiket, aku "ngahuleung" agak panjang melihat jam tertera, 14:35...

Males nunggu seharian di bandara, aku telpon orang logistik. Aku pikir mendingan istirahat di mess logistik yang di Banjarbaru. Agak siangan aku nelpon ke bagian pemesanan tiket di kantor menanyakan jam penerbangan yang mundur terlalu jauh. Dan katanya, "meeting diundur hari kamis. Jadi saya pesankan penerbangan sore. Kasihan bapak kalo nunggu kelamaan di Jakarta..."

Hmmm nunggu kelamaan..?
Hasemmm tenan ki. Lebih hasem lagi, begitu agak siang, kamar yang aku tempati panasnya minta ampun. Tidak ada AC, kipaspun terlalu kecil untuk mengusir sumuk. Akhirnya aku putuskan untuk balik lagi ke bandara biar bisa ngadem.

Dan begitulah...
Aku kembali ngleseh...
Di teras Syamsudin Noor...

Mobile Post via XPeria

Read More

05 April 2011

Gagal Pijat

Tanggal muda yang ceria seharusnya bisa membuat karyawan lebih semangat kerja. Namun kenyataan di lapangan, setelah gajian, etos kerja karyawan malah sedikit kendor. Mumetnya pekerjaan mengejar setoran di akhir bulan membuat mereka merasa perlu untuk sekedar melonggarkan isi otak.

Apalagi untuk warga hutan seperti aku dan teman-teman, awal bulan biasanya enggan mikir kerjaan. Yang ada dalam otak hanyalah pesiar ke kota untuk cari hiburan. Kalo yang suka ngejablai sih ga bingung, karena di pinggiran kampung juga ada. Yang sedikit baik-baik inilah yang rada pusing, karena cafe, diskotik atau panti pijat cuma ada di kota.

Masalahnya disini tidak ada angkot, jadinya susah untuk keluar malam. Pakai kendaraan sarana juga susah karena harus ada alasan yang bisa dibenarkan dan disahkan secara tertulis oleh pimpinan. Makanya kalo mau jalan-jalan, paling tidak harus ngerayu orang yang rada penting. Makanya tak heran kalo awal bulan gini, orang suka kasak-kusuk minta SPJ (surat perintah jalan) dan SPL (surat perintah lembur) untuk sopirnya. Aku sih enjoy aja dimintai surat penipuan jalan-jalan semacam itu, asalkan aku ikut.

Seperti semalem anak-anak bilang pengen krimbat dan pijat ke kota, langsung saja aku teken persyaratan yang mereka butuhkan. Soalnya aku juga sudah suntuk kebanyakan kerjaan beberapa hari ini. Sampai tujuan, anak-anak langsung berhamburan ke acaranya masing-masing. Aku mampir ke ATM karena gajiku memang tidak dibayar tunai. Melalui transfer bank, itupun langsung rekening istri dan biasanya istri akan mengisi jatah bulananku setiap awal bulan.

Sayang ATMnya error. Bolak balik tarik duit, selalu keluar peringatan saldo tidak mencukupi. Jebul istri memang belom sempat transfer karena lagi sibuk pindahan. Saldo tersisa tinggal 50 ribu perak yang tak bisa diambil. Mau ngutang ke temen, mereka dah pada sibuk dengan urusan masing-masing. Jadinya cuma bisa bengong nungguin urusan mereka beres.

Udah bete dengan represing yang gagal, pagi-pagi aku dipanggil orang HRD. Beliau mempertanyakan SPL sopir yang aku tanda tangani tanpa aku baca dulu semalem. Biasanya tertulis belanja komputer atau periksa fingerprint tambang. Disitu tertulis, "mengantar pak rawin pijat..."

Semprulll..!!!
Read More

Printer Infus Pabrikan - Epson L100

Bosen bolak-balik ganti cartridge printer akibat anak-anak kalo nyuntik suka overdosis, aku putuskan untuk pasang infusan biar praktis. Jalan ke toko komputer cari selang dan tabung infus, malah nemu printer infus built up dari pabrikan Epson dengan judul L100.

Diproduksinya printer infus pabrikan ini, bisa jadi merupakan inovasi Epson untuk memperluas pasar. Bisa juga karena frustasinya pihak marketing melihat tingkah polah konsumen Indonesia yang dengan santainya merusak printer mereka dengan suntikan dan infus. Peringatan hilangnya garansi tak pernah berpengaruh terhadap pengguna printer. Dan kondisi ini mungkin memang hanya ada di Indonesia, karena di printer tersebut diberi label "Khusus Indonesia."

Akhirnya aku putuskan untuk mencoba printer tersebut dan batal mencari tabung infus. Karena aku lihat pemasangan selang-selangnya cukup rapi dan aman karena memang didesain untuk itu. Resiko selang terjepit atau tinta tidak tersedot cartridge kayaknya bisa dihindari. Harganya 1,5 juta di pedalaman Kalimantan. Untuk di Jawa mungkin bisa lebih murah. Dalam paket pembelian sudah termasuk kabel-kabel dan tinta warna masing-masing 1 botol plus tinta hitam 3 botol sebagai cadangan.

Setelah instal driver dan aplikasi MyPortal, aku temukan permintaan validasi tinta. Ternyata di bagian samping bawah tinta ada kode-kode validasi semacam CD key yang harus kita masukan agar printer bisa berfungsi. Aku telpon ke tokonya tentang kode itu. Katanya pada saat tinta dalam tabung hampir habis, akan muncul peringatan dan tabung harus diisi dengan tinta resmi yang memiliki kode tersebut pada kemasan botolnya. Tanpa memasukan kode, printer tidak akan berfungsi. Dengan kata lain, kita tidak bisa menggunakan sembarang tinta untuk mengisi printer saat habis. Harga tinta resmi tersebut disini 100 ribu rupiah per botol.

Sedikit ribet dalam pengisian ulang tapi kayaknya lebih aman dari sisi desain saluran infusnya. Dalam waktu dekat, printer ini mungkin ini bisa jadi musuh penjual tinta sembarang. Tapi bisa juga jadi lahan bisnis baru, karena temen di sebelah bilang tertarik dengan sistem itu dan berniat mempelajari algoritma kodenya. Bisa jualan voucher tinta neh kalo temen sudah bisa bikin keygennya.

Kasihan juga kalo terobosan baru Epson ini tidak bisa bertahan lama
Indonesia Raya dilawan...


Read More

04 April 2011

Jorok

Hidup bareng dengan banyak orang di tengah hutan begini memang membutuhkan kesabaran ekstra. Sifat orang dengan bawaan bayi yang berbeda-beda seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Sampai-sampai aku pernah mengajukan surat permintaan pendepakan orang dari mess gara-gara kamar mandi yang jorok. Pihak rumah tangga perusahaan sempat mempertanyakan permintaanku dengan alasan, kehidupan di areal tambang memang begitu karena memang lingkungannya kotor. Aku pun meminta beliau untuk mendefinisikan ulang perbedaan makna kotor dan jorok.

Sebenarnya aku tidak ingin bersikap rasial. Tapi aku sendiri bingung melihat kenyataan disini, bahwa orang-orang jorok itu didominasi oleh satu etnis yang sebenarnya dari tingkat pendidikan dan ekonomi, secara umum golongan itu paling mapan. Aku tak bisa menerima itu dan kedekatan dengan kekuasaan di perusahaan bukan alasan untuk sembarangan di lapangan. Dasar chiken...

Menurutku masih wajar bila kita harus berbagi beberapa hal dengan teman satu mess. Tapi sebel juga bila mereka suka main embat barang orang tanpa mau ngomong dulu. Siapa ga sebel, sepatu sudah aku cuci bersih dan ditaruh di kamar, pas mau aku pake sudah ada di depan pintu dalam kondisi belepotan lumpur. Mengingat timku tiap hari begadang, aku suka nyetok logistik agar tidak kelaparan di tengah malam. Mangkel engga bila tahu-tahu sudah ludes dijarah orang. Lebih jengkel lagi setelah lihat sikat gigi atau celana dalam juga dimasukan dalam share folder. Susah untuk menghemat kebutuhan pribadi kecuali dimasukan koper dan langsung digembok. Makanan, minuman, shampo apalagi sabun. Borose pol, ga tau buat apa...

Sebulan sudah mess ini damai dan nyaman untuk ditinggali. Soal mandi dengan air penuh tanah itu sih force majoure. Trus beberapa hari ini banyak orang-orang baru berdatangan sampai ruangan overload. Parahnya datang lagi satu orang baru yang kacaw dan sepertinya semau gue dalam kebersamaan ini. Ngoroknya seperti excavator kehabisan oli, kalo tidur senengnya telanjang dada, sudah gitu keteknya bisa dimanfaatkan untuk relaksasi aroma terasi. Lagi mulai enek, tau-tau dia ngerokok di kamar. Aku tegur malah pindah ke kamar mandi dan seenaknya melempar puntung rokok di lantai. Saat makan semalem, kalo orang lain mengambil sambal di mangkok pakai sendok dan ditaruh di piring masing-masing. Dia dengan damai langsung menyocol lalapan ke mangkok sambel. Biar aku ga pernah menyentuh sambal, tetap saja mendadak dengkulku mual melihatnya.

Pagi ini seperti biasa, saat orang lain bangun, aku baru mulai bersiap-siap tidur. Begitu buka pintu kamar mandi, sepotong celana dalam tergeletak di lantai berikut beberapa biji puntung rokok. Saat dia mau ke lapangan, aku samperin dan minta tolong.

"Ko, tar kalo balik ke kantor, beliin racun tikus ya.."
"Emang ada tikus..? Buat apa..?"

Aku tak sempat jawab pertanyaan itu
Keburu diseret teman kekamar

Gagal dah pagi-pagi nyerpis orang...
Read More

03 April 2011

Adat Judi

Menyambung jurnal siang tadi...

Sebelum upacara pemugaran makam, diadakan perjudian yang dilakukan selama 7 hari 7 malam tanpa henti di tempat yang sudah disiapkan dalam bentuk lapak di lingkungan kuburan. Lapak judi disiapkan beberapa hari sebelumnya dengan membuka lahan dan memasang panggung beratap tenda, mengingat lokasi berada di tepi hutan.

Melihat nilai taruhan yang sampai jutaan, bisa diperkirakan peredaran uang disitu bisa sampai milyaran sehari. Tak hanya laki-laki, nenek-nenek sampai gadis ABG pun terlihat antusias mengikuti acara tersebut. Judi yang diselenggarakan bermacam-macam, mulai dari dadu sampai sabung ayam. Perputaran modal tak hanya terjadi di lapak. Di luar lapak pun terjadi transaksi ekonomi yang lumayan tinggi. Sekali parkir saja, untuk mobil dikenakan bayaran sebesar 50 ribu dan sepeda motor 10 ribu perak. Belum lagi warung-warung makanan dan minuman yang bertebaran disitu. Sepotong pisang goreng saja harganya 3 ribu perak.

Bagi orang luar sepertiku, kegiatan semacam ini mungkin terasa sedikit aneh. Karena yang aku tahu, selama ini perjudian selalu diberantas aparat negara karena dianggap menimbulkan keresahan di masyarakat. Namun komunitas adat selalu menolak tegas bila permainan ini dinilai menciptakan keresahan. Dalam alam pikiran mereka, ”permainan” ini tidak bisa dimaknai secara profan sebagai perjudian, melainkan juga menghadirkan aspek spiritual yang mencerminkan keyakinan religius mereka.

Asal usul keyakinan ini, berawal dari kepercayaan komunitas Dayak mengenai kisah para dewa yang bersepakat menyempurnakan semesta yang tak kunjung paripurna. Konon, dunia dulunya hanyalah berupa serpihan kecil yang bertebaran. Setiap serpihan kecil ini didiami oleh nayuk (dewa). Alkisah sepasang dewa-dewi bernama Inang Mekelayang dan Lolang Kurig menempati sebuah serpihan bumi yang begitu kecil, sehingga setiap hari ada saja anak kedua dewa-dewi yang meninggal akibat terjatuh dari hamparan bumi.

Mendengar ratapan dewa-dewi yang kehilangan anaknya ini, datangnya dewa-dewa lain membantu. Mereka menyatukan serpihan-serpihan untuk menyempurnakan bumi hingga seluas sekarang. Dalam sebuah musyawarah Nalit Taun Bulan atau Gugu Tahun, para dewa bersepakat akan berkumpul kembali membawa persembahan guna melengkapi isi bumi. Namun sayang, sampai tiba waktunya tak satu pun para dewa membawa persembahan. Perselisihan pun terjadi. Maka untuk menengahi perseteruan ini dibuatlah apa yang dikenal sekarang ini sebagai Botor Buyang. Siapa yang kalah dalam permainan ini, ia harus rela menjadi persembahan untuk menyempurnakan langit dan bumi. Jadi menang atau kalah merupakan bagian dari ritual yang harus bisa dipahami.

Kosmologi hidup macam inilah yang menyertai ritual rakyat komunitas Dayak. Sebuah kompleksitas ritual yang barangkali tak pernah lekat dalam nalar modern negara yang selalu ingin menyingkirkan apa yang dianggap tradisional, irasional dan di luar jangkauan nalar. Yang irasional harus dirasionalkan agar bisa dimengerti. Yang disfungsional harus direvitalisasi agar kembali berfungsi. Dan yang non-ekonomis harus diekonomisasikan agar punya tempat dalam roda pembangunan ekonomi negara. Karena dalam pandangan umum di luar komunitas Dayak khususnya pemerintah, perjudian merupakan penyakit masyarakat yang menyebabkan kegagalan fungsi ekonomi, ritual semacam ini menjadi dilema tersendiri bagi pemerintah.

Apalagi cap sebagai sumber keresahan masyarakat selalu bisa ditepis oleh kepala adat. Memang bila melihat kenyataan di lapangan, semua peserta sepertinya sudah bisa menyadari resiko kalah menang dan tidak mempermasalahkan. Tidak ada keributan seperti yang sering terjadi di arena judi di luar komunitas ini. Apalagi bisa dikatakan semua anggota keluarga ikut berpartisipasi, sehingga tidak terjadi adanya KDRT akibat salah satu anggota keluarga kalah judi. Lalu bagaimana untuk pejudi yang statusnya orang luar, yang sebenarnya tidak berkepentingan dengan ritual ini. Kalo itu aku tidak bisa berkomentar.

Terlepas dari soal halal haram menurut agama, atau dianggap melanggar norma bagi komunitas lain, kita tidak bisa begitu saja menghakimi. Tentang asal usul ritual yang mungkin dianggap mitos dan di luar nalar, aku pikir tidak bisa dipersalahkan begitu saja. Karena dalam agama pun banyak hal-hal yang di luar nalar dan hanya bisa kita terima dalam tanda kutip keimanan semata. Sebagaimana kita tidak bisa mengukur badan sendiri saat akan membuatkan baju orang lain, kita pun tak bisa mengatakan keimanan mereka sebagai salah atau benar sesuai keyakinan kita.

Yang aku tahu, norma itu diciptakan untuk menertibkan kehidupan bermasyarakat. Bila nyatanya sebuah komunitas bisa tertib dengan norma tersebut, apa hak kita untuk ikut campur. Bila kita mengatakan ritual orang lain sebagai suatu kebodohan, tidakkah kita berpikir orang lain pun bisa menganggap aneh ritual keyakinan kita. Seperti ritual Jawa yang mengharuskan perempuan mengenakan kemben terbuka, sementara faham lain mengatakan itu dosa karena memamerkan aurat. Seperti ketika pemerintah mengeluarkan UU Anti Pornoaksi, sementara saudara kita di Papua hanya mengenakan koteka. Selama norma aneh itu tidak merugikan kita, apakah kita perlu untuk mengecapnya dengan kata negatif.

Semoga Indonesia tetap damai dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika
Tak perlu berubah menjadi Ineka Tunggal Ika
Hanya karena lupa pakai BH...
Read More

Kaharingan

Saat pulang dari tambang tengah malam kemarin, aku melihat ada keramaian di pinggir jalan tak begitu jauh dari tambang. Malam tadi aku samperin kesana dan ternyata itu adalah acara pemugaran makam secara adat Hindu Kaharingan. Kegiatan pokoknya sebenarnya hanya memugar makam tua yang mulai rusak nisannya. Tapi menjadi begitu ramai bak pasar malam karena berkaitan dengan itu, diadakan acara perjudian selama 7 hari 7 malam nonstop.

Penasaran dengan acara langka yang cuma bisa aku temukan di Kalimantan, aku sempatkan ngobrol dengan tetua setempat yang bernama pak Wanterlin. Dengan panjang lebar beliau cerita tentang Dayak Maanyan dan agama Kaharingan walau aku cuma bisa tangkap sepotong-sepotong, karena banyak istilah lokal yang susah aku pahami. Mungkin aku harus ngobrol lagi dengan beliau dengan membawa alat tulis atau alat perekam.

Ada yang menarik dengan kepercayaan Kaharingan ini yang aku lihat banyak benang merah dengan berbagai kepercayaan lainnya di muka bumi. Seperti proses penciptaan manusia berawal dari seorang laki-laki yang muncul dari tanah dan disusul seorang perempuan turun dari langit. Filosofi asal dari tanah identik dengan penciptaan Adam. Keyakinan bahwa manusia memiliki 4 saudara spiritual juga hampir mirip dengan falsafah Kejawen, sedulur papat kelimo pancer. Penjelasan tentang 4 unsur itu juga mirip dengan pola keseimbangan 4 elemen dalam budaya China sebagai penjaga keseimbangan yin yang.

Identiknya filosofi Kaharingan dengan Kejawen bisa dimengerti dengan adanya legenda yang menceritakan bahwa leluhur Suku Dayak berasal hasil perkawinan laki-laki pribumi Kalimantan dan perempuan dari Jawa. Sehingga wajar bila orang Dayak merasa memiliki pertalian spiritual yang kuat dengan orang Jawa. Bahasa Maanyan juga memiliki cukup banyak persamaan kosa kata dengan bahasa Jawa. Seperti berapa yang dalam bahasa Jawa disebut pira, dalam bahasa Maanyan dilafalkan pire. Lima menjadi lime, duapuluh lima diucapkan sama sebagai selawe.

Bila Kejawen disebut sebagai agama Jawa purba yang muncul sebelum agama-agama besar lainnya ada, Kaharingan pun dianggap begitu. Menurut orang Dayak, Kaharingan telah ada sejak awal penciptaan sejak Ranying Hatalla Langit menciptakan alam semesta. Datangnya agama-agama impor ke tengah  orang Dayak menyebabkan Kaharingan dipandang sebagai agama Helo (agama lama),  agama Huran (agama kuno), agama Tato-hiang (agama nenek-moyang), bahkan ada yang mengatakan sebagai agama kafir.

Baru pada jaman Perang Dunia II, penguasa militer Jepang mengangkat kepercayaan Kaharingan ke tempat yang terhormat. Nama Kaharingan juga baru dimunculkan saat itu oleh Tjilik Riwut pada tahun 1944, saat beliau menjabat Residen Sampit yang berkedudukan di Banjarmasin. Untuk mencari dukungan dari orang-orang Dayak, penguasa militer Jepang menyatakan Agama Kaharingan ada kaitannya dengan Agama Shinto. Karena itu pada zaman Jepang,  untuk kali pertama agama suku ini diangkat dan diterima sebagai agama yang terpandang bahkan dijadikan partner serius pemerintah dalam menangani  kebudayaan.

Pada jaman Orde Baru, pemerintah Indonesia mewajibkan warganegaranya untuk menganut salah satu agama resmi yang diakui oleh negara. Hal ini mengakibatkan kebingungan tersendiri bagi masyarakat Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan. Di satu pihak mereka harus memilih salah satu dari agama-agama yang diakui pemerintah. Sementara di pihak lain ajaran-ajaran yang ditawarkan oleh para misionaris dan penyebar agama tersebut dianggap tidak dapat mewadahi kepercayaan asli mereka. Pada akhirnya para penganut kepercayaan Kaharingan memilih agama Hindu Dharma sebagai agama resmi mereka karena adanya persamaan mendasar dalam kehidupan spiritual di antara keduanya. Sejak saat itulah muncul istilah Hindu Kaharingan.

Ketika kekuasaan Orde Baru bangkrut, timbul perpecahan di antara umat Hindu Kaharingan. Sebagian dari mereka menyatakan tetap bergabung dengan agama Hindu Dharma dengan tetap mengakui PHDI sebagai lembaga tertinggi umat Hindu yang resmi diakui oleh pemerintah. Sebagian lagi menginginkan Hindu Kaharingan sebagai agama yang berdiri sendiri sejajar dengan agama lain. Mereka juga telah membuat majelis umat tersendiri di luar PHDI dengan nama Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan (MBAHK) yang berpusat di Palangkaraya.

Saat ini, suku Dayak sudah diperbolehkan mencantumkan agama Kaharingan dalam KTP. Suku Dayak yang melakukan upacara perkawinan menurut adat Kaharingan, diakui pula pencatatan perkawinan tersebut oleh negara. Menurut Wikipedia, hingga tahun 2007, Badan Pusat Statistik mencatat penganut Kaharingan di Indonesia ada 223.349 orang. Kaharingan juga mempunyai tempat ibadah yang dinamakan Balai Basarah atau Balai Kaharingan. Kitab agama mereka adalah Panaturan dan buku-buku agama lain seperti Talatah Basarah (kumpulan doa), Tawar (petunjuk tatacara meminta pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras) dan sebagainya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Pangunraung yang sudah jarang dikenal oleh masyarakat awam. Ini merupakan versi halus dari bahasa Dayak yang mungkin bisa disamakan dengan bahasa halus dalam budaya Jawa yang digunakan dalam pedalangan.

Menarik sekali membicarakan budaya asli Nusantara ini. Cuma sayang aku belum bisa memberikan secara detil termasuk istilah-istilah yang digunakan karena aku tidak bawa alat tulis semalam. Bila ada kesempatan, aku coba ngobrol lagi deh dengan pak Wanterlin. Senang juga melihat kekayaan spiritual budaya bangsa sendiri yang beraneka ragam. Buat yang sok fanatik dan suka bikin keributan dengan perbedaan keyakinan, kelaut aja dah...

--- bersambung

Read More

01 April 2011

Perikebinatangan

Manusia memang makhluk yang paling tidak jelas dan suka mencari kucing hitam untuk sasaran lempar batu sembunyiin tetangga. Perbuatan bejad manusia yang katanya tidak berperikemanusiaan suka disebut "bak binatang." Padahal kalo dipikir-pikir, sejahat-jahatnya binatang masih batas. Seperti misalnya harimau membunuh rusa, hanya dilakukan pada saat lapar. Binatang buas masuk masuk kampung sebenarnya yang salah manusianya juga, telah melanggar batas wilayah yang menjadi habitat mereka.

Kayaknya bisa dibilang tidak ada kasus harimau makan manusia karena dia lagi iseng atau memang punya hobi bunuh orang. Binatang pun kayaknya konsisten dengan kodratnya. Seperti misalnya harimau suka makan rusa, dia ga bakalan coba-coba makan rumput yang jadi jatah si rusa. Kalopun ada yang keluar dari jalurnya, itupun biasanya karena dipaksa oleh manusia dan bukan naluri alami. Bandingkan dengan manusia yang doyan apa saja. Jangankan cuma daging, keringat rakyat kecil pun dia embat. Apalagi rumput tetangga, wah doyan banget dah...

Bicara soal perikebinatangan, aku sempat suntuk dengan banget dengan kucing yang ada di kantor. Ceritanya tuh kucingnya si bos Jakarta yang dia bawa ke kantor dapat nemu dari tambang. Sebenarnya kucing itu lucu juga, apalagi anak-anaknya. Tapi karena dia sok gaul, mau ga mau aku suka sebel. Kadang lagi enak-enak tidur, dengan damainya dia ikutan masuk selimut. Lagi kerja lesehan, ikutan nimbrung dia naik ke letop. Lebih sebel tuh kalo anak-anaknya sudah bermain-main di kolong meja dan bikin kusut kabel-kabel. Suka disumpahin pemilik komputernya tuh, kalo udah ngetik banyak belum disimpen, kabelnya kecabut.

Dan sore tadi si kucing bikin ulah. Mikir kerjaan yang bikin otak kusut saja belum kelar-kelar, eh kucingnya berisik minta ampun. Aku dibikin misuh-misuh tak ada habisnya sama tuh kucing. Sampai akhirnya aku sadar kalo anak-anaknya tidak kelihatan. Aku tanya ke ibu dapur,  dikemanain anak kucingnya. Katanya dikurung biar ga bikin berantakan dapur. Melihat kenyataan begitu, gantian aku mikir. Yang tidak berperikebinatangan tuh kucingnya apa orangnya. Gimana kucing ga berisik kalo anaknya dikurung begitu, apalagi dia masih menyusu ke induknya.

Daripada pusing, aku nelpon ke si bos di Jakarta. Minta ijin kucingnya dibuang jauh-jauh agar ga bikin masalah. Apalagi dia suka beol di dapur. Bisa-bisa aku tambah langsing gara-gara selera makan melayang lihat hidangan tambahan di kolong meja makan. Dilaporin kucing suka muntah di ruang makan, dengan damai si bos jawab. "Kalo ibu dapur jorok ga mau bersihin, keluarin aja. Ganti orang baru..!!!"

Haduh...
Kalo yang ini
Perikemanusiaan apa perikebinatangan ya..?
Read More

Sapidi Juga

Perjalanan ke Banjarmasin kemarin tujuannya adalah ke Telkom untuk mencari solusi jaringan internet yang handal di tambang. Telkom lokal dekat tambang payahnya minta ampun. Boro-boro bisa kasih pelayanan bagus untuk menarik pelanggan baru, menjaga pelanggan lama saja tidak becus. Apa mentang-mentang belum ada provider pesaing, sehingga karyawan setempat merasa nyaman makan gaji buta tanpa takut ditinggal kabur pelanggannya. Yang aku lihat, TLH malah lebih berperan dibanding karyawan yang gajinya besar.

Untungnya pelayanan di Telkom Banjarmasin sudah sangat swasta, sehingga aku tak merasa buang waktu jauh-jauh kesana. Negosiasi dengan Account Manager juga terasa akrab dan tidak kaku seperti yang aku dapatkan di STO. Semua yang aku butuhkan bisa didapatkan solusinya walau masih sekedar informasi dan belum aku coba implementasinya di lapangan. Peganganku sementara adalah jaminan kehandalan dan kompensasi atas gangguan yang terjadi. Salut deh atas pelayanan yang aku terima. Tapi kenapa ya, karyawan yang di pelayanan garis depan masih selemot Sapidi..?

Soal target ke Banjarmasin memang bisa aku katakan mission acomplished. Nah, masalahnya malah terjadi di proses perjalanan dinasnya. Di perusahaan ini, IT masih dianggap anak tiri. Sehingga permintaan kendaraan sarana untuk tugas-tugasku belum bisa diberikan secara ekslusif. Aku masih saja harus menunggu beberapa hari sampai ada "orang penting" ke Banjarmasin. Kebetulan kemarin ada beberapa orang yang akan meeting ke Jakarta. Jadilah aku dititipin ke rombongan yang akan diantar ke bandara Syamsudin Noor itu.

Pas mau berangkat, seperti biasa aku menghadap ke bagian keuangan untuk minta akomodasi. Oleh staf keuangan aku ga dikasih duit, karena juragan duitnya ikut dalam rombongan itu dan aku disuruh minta langsung saja. Sebagai karyawan yang berusaha menjadi baik dan patuh, aku nurut aja. Tapi ketika sampai bandara aku minta dana akomodasi ke juragan, beliau malah bilang, "pengajuannya ke kasir dong. Yang bisa keluarkan uang kan kantor..."

Buset deh...
Sapidi juga perusahaan ini. Lebih kacau beliau lagi ketika aku dalam perjalanan pulang, bagian duit di kantor sms, "pak, jangan lupa oleh-olehnya dari Banjar ya..."

Dikiranya aku jaelangkung apa yak..?
Berangkat ga dikasih ongkos...
Pulang dimintain oleh-oleh...
Read More

Salah Ketik

Editor media massa juga manusia...
Ini bukan April Mop...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena