12 Juli 2018

Ngapak Ora Penak


Sudah sebulan anak-anak di kampung berbaur akrab dengan budaya dan tradisi Banyumasan ndeso, namun tidak ada perubahan yang berarti dalam hal bahasa atau dialek yang mereka ucapkan.

Jadi kepikiran kebiasaan yang berlaku ketika ada perpindahan antar budaya semacam itu. Orang berlidah Jogja yang sudah bertahun-tahun bermukim di daerah Banyumas sangat jarang yang "kegowo kelu". Bahasanya tetap "bandhek" walau pun setiap waktu ngobrol dengan lawan ngapak. Sebaliknya, orang Banyumas yang pindah wilayah umumnya cepat beradaptasi ikut bahasa setempat walau terkadang "medhok" nya tidak mau hilang.

Dulu kupikir berkaitan dengan gengsi, mengingat ada yang mengidentikan "ngapak" sebagai bahasa ndeso dan "bandhek" adalah bahasa kaum ningrat. Orang Jogja biar puluhan tahun tinggal di Cilacap, gengsi kehilangan identitas keningratannya makanya tidak mau ngomong ngapak. Sebaliknya orang Cilacap baru beberapa hari di Jogja, gengsi dianggap ndeso, lalu ngomongnya maksa di o o in. Beli french fries di warung, ke SPG bilangnya, "tuku kentong goreng, mbok..."

Namun melihat apa yang terjadi pada anak-anak, sepertinya fenomena itu bukan soal borjuis vs proletar. Sebulan lebih mereka di Cilacap, belum mampu merubah "tai ayam" menjadi "tembelek". Kebalikannya si Ncip yang dulu dibesarkan di Cilacap, seminggu di Jogja sudah cukup untuk menyulap "tembelek"-nya menjadi "telek".

Anak-anak yang belum mengenal gaul tidaknya suatu budaya mengalami kesulitan beradaptasi secara cepat, bisa jadi karena menjadi "Banyumas" itu memang susah. Apalagi bila tidak dibatasi di lingkup bahasa saja, tetapi bagaimana menjadi "egaliter" di kala orang mulai membuat kasta secara sosial, bagaimana menjadi "blakasuta" di jaman kepalsuan dianggap kekinian, dst dst...

Jadi kepiye, lik..?
Lah mbuh nyong be mumet koh...
Anggap bae ora ngapak ora kepenak...

Read More

11 Juli 2018

Penipuan Susu

Pagi-pagi sudah dicolek lagi soal susu...

Nek miturut pendapatku yo, kisruhnya urusan persusuan di dunia medsos dimulai dari segelintir orang bego yang merasa tertipu karena kebodohannya lalu berpikir semua orang sama bloon dengan dirinya. Orang-orang yang jarinya lebih cepat ketimbang otaknya ini, jangankan mau kroscek cari informasi pembanding wong nemu tulisan ga jelas, baru baca judulnya thok langsung sibuk komen, like, share dan langsung merasa sudah berbagi kebaikan yang layak memperoleh kapling surga.

Kembali ke susu...
Bukan cuma susu, namanya beli sesuatu kan harus baca daftar isi apapun judul produknya. Yang dinamakan Susu Kental Manis kayaknya sudah dari dulu banget nama tertera di kalengnya cuma Kental Manis. Penjelasan produk itu mengandung susu ada di komposisi. Minuman sari kedelai juga tidak mengandung susu tapi adem ayem saja orang menyebutnya sebagai Susu Kedelai. Kasus sebaliknya seperti yang pernah rame di jurnal beberapa tahun lalu, ada yang ngeyel ketika dibilangin susu beruang itu susu sapi.

Pentingnya membaca komposisi sebelum secara sepihak menyalahkan orang lain bisa dirasakan ketika lewat Blitar dan beli keripik buah-buahan di pinggir jalan. Pandangan pertama adalah heran campur bingung melihat kemasan begitu besar namun harganya murah pol. Begitu buka alumunium foil kemasannya yang gembung langsung misuh-misuh lihat isinya cuma nyempil di pojokan.

Penipuan..!
Sabar dulu. Lihat dong netto-nya berapa gram dan timbang, kalo tidak sesuai bolehlah bilang produknya bermasalah. Yang mereka jual kan keripik dengan berat tertentu tak peduli seberapa besar kemasannya. Tak perlu juga bikin meme bertuliskan "siapa bilang udara itu gratis", karena bisa jadi kemasan digembungkan sebagai pengaman biar kripiknya tidak remuk saat ditumpuk-tumpuk dalam gudang.

Kalo susu kan susah ngecek beneran mengandung susu apa engga.? 
Pakai cara sederhana kan bisa. Jalan-jalan ke pabriknya atau ke daerah penghasil susu. Bisa ketauan mereka beli susu perah dari peternak atau tidak. Walaupun mungkin di produk, kadar susu sangat sedikit ketimbang kandungan gula, tidak bisa dong dibilang tidak mengandung susu. Itu bukan pabriknya yang nipu, tapi konsumennya yang pemalas.

Wegah, ngapain harus ngecek ke pabrik kaya orang kurang kerjaan..? 
Lah, males baca tapi rajin share apa bukan orang kurang kerjaan..?
Itu sejenis dengan yang pagi-pagi nulis panjang lebar gini tapi ga jelas maunya apa, haha..

Luweh...
Tak nyolekin susu maning ah...

Read More

09 Juli 2018

Banyak Anak Banyak Rejeki


Berbagi cerita dengan teman yang berpuluhtahun tak jumpa, anak menjadi salah satu tolok ukur kisah kesuksesan. Dari sekian panjang daftar pertanyaan, salah satu yang masuk kategori wajib ain adalah "anakmu berapa" tidak ada yang nanya "istrimu berapa". Padahal katanya kesuksesan pria itu didukung oleh wanita hebat di baliknya, bukan anak yang banyak.

Atau mungkin yang dimaksud wanita hebat adalah yang bisa beranak banyak, sehingga jumlah anak menjadi indikator kehebatan seorang wanita. Ini bisa dilihat dari kebiasaan kebanyakan orang yang mengucapkan selamat atas kehadiran bakal anggota keluarga baru dengan mengusap perut hamil si ibu, bukannya burung si bapak yang sudah susah payah menanam benihnya.

Tapi ya ada yang berpikir sebaliknya, katanya kebanyakan anak itu masalah. Ini adalah tipe manusia kekinian yang sudah melupakan filosofi leluhur yang secara gamblang bilang "banyak anak banyak rejeki..."

Semakin banyak anak semakin banyak rejeki yang harus dicari, maknanya kan gitu. Salahnya dimana coba..?

#RajinBikinAnakYuk

Read More

08 Juli 2018

Hidup Cuma Basa Basi

Minggu pagi yang semestinya ceria buat menghirup udara desa, justru mendapatkan polusi suara dari tetangga yang ceramah tentang undangan kondangan yang membanjir bandhang...

Aku cuma bisa balik kanan maju jalan tanpa mengucap kata selamat datang di dunia yang penuh basa-basi. Karena aku sendiri jenuh dengan dunia yang terlalu banyak prosesi. Berawal dari bapak dan ibuku berniat untuk berproduksi, sudah dimulai dengan resepsi. Sel telur ibuku mulai membelah diri pasca diterjang sperma bapak, lalu empat bulan, tujuh bulan sampai aku melihat mentari, mereka selalu sibuk mengadakan seremoni...

Aku ulang tahun, sunatan, jadian, pacaran, menikah, punya anak sampai aku mati suatu saat nanti, selalu ada upacara tak berguna dengan berbagai istilahnya. Selamatan, syukuran, tahlilan, anak setan, dll dll... pokoknya makan-makan.

Mondol pol...
Ternyata kita cari duit sepanjang hidup hanya untuk membiayai cacing perut berpesta pora...

Yoweslah...
Luweeh...

#MisuhDiPagiHari
#BenPlongUtekNya

Read More

07 Juli 2018

Generasi Istimewa


Edisi nemu lagi foto jadul di rumah simbah yang bikin terewer-ewer betapa teraniayanya jadi anak paling besar di jaman dulu. Apapun yang terjadi kudu ngalah. Mars senior can do no wrong dianggap filosofi sesat. Adik sampe nangis, tiada satu pasal pun syarat ketentuan berlaku, pokoke kakange sing salah dengan segala konsekuensinya.

Bersyukurlah jadi anak sekarang. Urusan mengalah bukan lagi kewajiban anak paling besar atau kecil, melainkan tugasnya orang tua. Makanya generasi 80-90an itu istimewa. Selain mengalami lompatan teknologi analog ke digital, juga menjadi generasi yang selalu mengalah...

Ketoknya begitu...

Read More

03 Juli 2018

Telkomsel Pekok


Sudah 2 tahun lebih menjadikan Telkomsel sebagai provider kelas telek. Operator plat merah yang kurang manusiawi dalam hal tarif ketimbang milik tetangga dengan kualitas layanan tidak jauh berbeda. Nomor simpati yang ada tetap dipelihara karena masih ada yang suka nelpon ke nomor itu, tanpa ada niatan dipake nelpon, sms keluar atau internet.

Ketika harus liburan panjang di kampung dimana lokasi rumah mbahnya Ncip kurang bagus untuk urusan sinyal, pilihan terbaik dari semua yang jelek adalah rujuk dengan paket data Telkomsel. Tidak terlalu kencang walau di posisi 4G, tapi masih mendingan ketimbang yang lain.

Dan malam tadi dapat notifikasi kuota data habis. Males ke kota buat cari konter, alternatifnya cari paket murah asal bisa menyambung hidup sampai besok pagi dengan dana saldo 10 ribuan. Akhirnya beli paket 1GB berlaku 1 hari dengan penuh rasa teraniaya mengingat operator sebelah 1GB/hari cuma seribu perak. Kadang lambat sih tapi lumayan di kondisi darurat.

Sesaat setelah beli, koplaknya si telek makin berasa. Operator lain kalo bilang satu hari itu ya 24 jam berlaku dari jam pembelian. Tanpa ada penjelasan sebelumnya atau memang syarat ketentuan berlakunya sengaja disamarkan biar tidak terbaca, sms ucapan selamat flash anda sudah aktip hanya bikin pengen ngemut hape. Suerrr...

#MisyuMisuh
#TelkomselPekok

Read More

01 Juli 2018

Save Bapak Turu

Sore-sore ada anak muda datang ke rumah. Tidak pake lama pamitan ke ibue Ncip, "pareng bu aku urung siram..."

Sepertinya keinginan nguri-uri bahasa ibu masih ada dalam benak generasi milenial. Hanya saja dukungan dari lingkungan sudah begitu tipis. Keseharian lebih banyak dipengaruhi bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris yang cenderung egaliter, membuat mereka kesulitan memisahkan antara ngoko, krama dan krama inggil.

Tak heran kalo sore ini dapat quote of the day, "bapake turu kula siram..."

#SaveBapakTuru

Read More

26 Juni 2018

Wisata Kekinian Plesir Kampung

Nge-mall..? Basi...
Wisata pantai..? Sudah biasa...
Piknik ke gunung..? Terlalu mainstream...


Yang kekinian itu pelesiran ke kampung, berbaur dengan masyarakat tradisional, mengenal kearifan lokal tersisa sebelum benar-benar punah. Secara sederhana travelling itu kan tentang pengalaman baru. Mencari sesuatu yang belum pernah kita coba, bukan tentang yang kita suka. 

Makanya suka merasa aneh kalo ada yang jauh-jauh ke pantai Depok, giliran makan bukannya pesen seafood malah nanya mekdi dimana. Ada yang turun dari bis wisata berspanduk sekolahan asal Jakarta masuknya ke mall cari jersey bukannya ke Turi ngeborong salak pondoh. Apa di Jakarta mereka mainnya di sawah tak pernah ke mall..?

Sisi lain...
Di jaman serba gampang begini, hampir segala hal dianggap instan oleh anak sekarang. Ingin bermain cukup colak-colek di app store. Susah payahnya membuat mainan dari kulit jeruk tak kan pernah terpikirkan. Contohnya ada tetangga yang tidak tahu bahwa hamil itu umumnya 9 bulan. Baru menikah 2 bulan sudah melahirkan, bisa jadi merupakan salah satu dampak pola pikir instan yang tidak memahami proses produksi.

Oleh karena itu...
Sudah dua tahun ini anak-anak lebih banyak diajak kembali ke alam. Bermain di sawah melihat orang menanam padi atau nimbrung ke tempat perajin gula tradisional. Dibilang tidak seru, nyatanya mereka antusias dan penuh keceriaan. Yang bilang tidak asik, paling banter bocah alay yang mendefinisikan wisata itu sebatas selfie di spot viral.

Jadi kepiye..?
Merasa gaul pajang foto junkfood waralaba atau berdiri di tangga pesawat..? Haha digaulinya kurang dalem itu mah...

Pokoknya cek saja foto-foto terposting di medsos teman
Kalo masih ada yang aplut foto wisata tematik semacam ini
Itu salah satu tanda-tanda pemostingnya ndeso dan kurang modal buat plesir... 

#TurisKere
#KapokmuKapan
#BaliNdesaBaeLah 

Read More

24 Juni 2018

Generasi Ke 5



Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan setiap pulang kampung adalah sowan mbah buyut. Menjadi wajib bukan soal waris atau minta sembur apalagi uwur, melainkan jepret gambar beliau bersama anak-anak. Karena menyatukan leluhur dan keturunan yang terpisah lima generasi dalam satu frame adalah sesuatu yang teramat langka.

Kondisi simbah saat mudik terkini masih sehat bugar ceria banyak tertawa seperti biasanya. Hanya penglihatan yang sudah mulai bermasalah tak bisa lagi mengenali siapa yang berdiri di ambang pintu tanpa bersuara.

Namun melemahnya mata fisik sepertinya membuat mata hati menjadi tajam. Begitu antri salaman beliau langsung komen, "kamu lagi prihatin..? Tidak kerja..? Ada masalah bla bla bla..."

"Kata siapa lagi susah..?"
"Lha ini sampai kurus kering begini..."

Citra yang nyamber, "ini tanganku bukan tangan ayah, Ki..."
"Ooowh..."

Tetep sehat yo, mbah...
Sing sabar le nunggu jemputan...
Semoga sampai turunan ke 7...


Read More

MenDeso lah Nak


Aliran hidup generasi milenial yang tak bisa lepas dari gadget kadang musti diselingkuhi. Ada masanya anak-anak diajari menjadi ndeso, belajar kreatif dengan apa yang disediakan alam agar mereka memahami gaya hidup yang tidak katro

Berharap tak seperti mereka yang katanya kekinian. Di medsos pajang foto maunya terkesan wah ala horangkayah, tapi kisah di status tentang pedihnya hati gegara susah cari premium atau gas melon. Kepiye jal..?

Pokoknya jauhi gadgetmu dan jadilah ndeso, nak. Biar bapakmu aman dan nyaman berpesbukan tanpa perlu rebutan hape...

#NcipNdeso

Read More

21 Juni 2018

WIsata Sampah Teluk Penyu

Habis nonton ebeg kemarin, si Ncip keterusan "mendem" seharian uring-uringan minta ke pantai. Pengen ke nyebrang ke Nusakambangan, juru kunci pelabuhan Karangsuci lagi syawalan di Jojok. Alhasil ke Teluk Penyu dengan nawaitu "asal meneng..."



Karena beneran tidak ada yang menarik di sana...
Sebenarnya punya potensi bagus, tapi entah ada apa dengan Disparta Cilacap. Di pintu masuk bayar untuk 3 orang, jebul tiket cuma dikasih 2 lembar. Penataan pantai kacau balau. Dulu warung-warung seafood pinggir pantai digusur kirain mau dibikin taman, ternyata dibiarkan yang pada akhirnya dikapling Deasy Ratnasari dengan lagu tenda biru buat pedagang rupa-rupa.

Sampah dimana-mana. Sempat nanya ke seseorang, mungkin petugas karena pakai kaos dengan identitas pemkab, dapat jawaban, "namanya orang banyak, pak..." 
Tidak ada kambing hitam malah nyalahin banyak
Emang banyak yang warnanya hitam ada?

Pengamen persis kaya lagu jadul, datang dan pergi sesuka hatimu. Baru lewat serombongan belum lima menit datang lagi gerombolan yang baru. Dibilang ga ada receh, ada yang jawab nanti dikasih kembalian. Dibilang baru saja ada yang ngamen sudah datang lagi, eh jawab, "astopirloh pak banyakin istigfar ini lagi lebaran sekali kali amal kenapa...?"

Puas si Ncip bermain pasir, mandi dan beranjak pulang, datang tukang parkir nyamperin. Dikasih 5 ribu perak minta tambah 5 ribu lagi. Dikomplen, "mahal amat..?"
"Dikiranya ga cape apa nungguin mobil..?"
"Yang nyuruh nungguin siapa..?"
"Lah pokoknya 10 ribu..."

Timbang rame, cung mangewu lagi
Dan tiada karcis sebagai gantinya...

Kaya kuwe ceritane, lik...
Wassalam...

#PlesirCilacap
#AjaDolanTelukPenyu 
#PokokeLah

Read More

20 Juni 2018

Mohon Nafkah Lahir Batin

Merantaulah agar kamu tahu rasanya mudik...



Propaganda kapitalis yang memanfaatkan keluguan umat dan momen hari raya keagamaan. Mudik dianggap identik dengan Idul Fitri yang tak bisa lepas dari ibadah puasa. Mudik dianggap bagian dari rangkaian ritual puasa padahal yang dianut pemeo jadul, poso ora poso asal mudik...

Realitanya tak ada Idul Fitri bagi kebanyakan pemudik. Adanya ucapan sugeng riyadi di hari riyaya. Hari dimana perantau memamerkan kesuksesan di kampung halaman walau sebagian sebenarnya semu. Tapi itulah pemicu perputaran kapital yang luar biasa besar dalam sepenggal waktu. Dari sekedar penjual mercon sampai juragan pesawat terbang berbusa-busa menawarkan dagangan dengan kamuflase ibadah mudik. Alhamdulillahnya "korban" nya mau. Syukron akhi...

Atas nama silaturahmi, itu benar tapi tidak banget. Saling bermaafan sebagian masih sebatas formalitas. Umumnya cuma nyamperin yang hubungannya baik-baik saja. Kepada yang jelas-jelas banyak masalah kebanyakan enggan mendekat tak peduli itu keluarga sendiri.

Jadi jamaah mudikiyah apa bukan urusan masing-masing. Tapi tidak semestinya terlalu didramatisir ala yang banyak tayang di medsos. Unsur borjuis kapitalis lebih dominan ketimbang sisi romantis agamis. Atas nama pencitraan saja makanya banyak yang tidak sadar bahwa sebagian isinya omong kosong layaknya ucapan mohon maaf lahir batin...

Lha trus kepiye..?
Emang tidak ada ucapan dan tindakan lain yang yakin lebih ikhlas dan tulus? 
Misal, mohon nafkah lahir batin...

Luweh...
#MabokSirupMarijan
#KorbanKongGuanIsiRenginang


Read More

19 Juni 2018

Nonton Ebeg



"Ebeg itu apa, yah..? Kaya jathilan..?"
"Jathilan itu kalo orang Jogja, di Cilacap namanya ebeg..."
"Mendem itu apa, yah..?"
"Mendem itu kemasukan setan..."
" Ooo kesurupan. Kalo di Jogja kan artinya ngubur..."

Kamu pernah disuapin menyan belum, Cip..?

#RawinMumet

Read More

16 Juni 2018

Coklat Rasa Bohong

Pagi-pagi metik coklat di kebon mbah, dikomplen si Ncip, "ayah bohong..!"



"Bohong piye, le..?"
"Katanya buah coklat kenapa rasanya ga kaya silperkuin..."

#KuduKepiye?

Read More

14 Juni 2018

Mudik Tanpa Politik

Dalam rangka hari raya mudik 2018, Going to Cilacap with Love dilaunching hari ini. 

Tidak lewat jalan tol, karena bakal kejauhan bila harus lewat Cipali cs. Sengaja pilih melalui jalan Daendels agar bebas dari resiko terjebak konflik kecebong vs kampret yang menyebalkan. Masalah nanti disebut tidak nasionalis atau antek kompeni itu beda kasus.

Tahun ini beneran berbeda dengan sebelumnya sampai-sampai navigator salah perhitungan. Instruksi berangkat dari Jogja jam 8:00 WIB dengan perkiraan sampai tujuan sebelum maghrib. Jebulnya jam 12:00 gapura kota Cilacap sudah melambai-lambai di depan mata. Tak apalah tidak terlalu meleset kok, targetnya kan tiba sebelum maghrib.

Perjalanan lancar jaya. Pasar tumpah yang biasanya jadi biang macet kali ini tidak sampai bikin padat merayap. Sedikit tersendat di bangjo terminal Adipala. Lik Tusanto mungkin bisa menggalang dana untuk program pencegahan wabah buta warna yang melanda kecamatan Adipala sebelum semakin parah. Mumpung masih stadium awal dimana penderita cuma tidak bisa bedakan warna merah dan hijau di lampu setopan.

Balik ke soal perjalanan, kemarin mbah Djati Widodo sempat kasih kultum tentang naik kaleng dengan kecepatan 120 kpj. Hari ini bisa direalisasi tanpa masalah. Bisa jadi karena bukan kaleng khong guan tapi kaleng susu yang mengandung aa dan dha bebas riba.

Tidak terlalu sulit pancal 120 kpj dengan syarat ketentuan berlaku. Yang pasti kondisi aman jalan lurus rata dan tidak banyak bening-bening penganggu konsentrasi. Kedua muatan full dengan beban merata. Ketiga musiknya wajib koplo oa oe jangan Kenny G atau Bengawan Solo dkk. Selanjutnya yang paling penting, navigatornya lagi tidur biar terhindar dari resiko dilempar bunga sak-pot nya.

Akhirulkalam, berkat dukungan Gambarpacul dan all pesbuk friends, alhamdulillah acara hari ini bisa sukses selamat sampai tujuan. Segenap keluarga dan kerabat kerja mengucapkan Terima kasih sama sama semoga diterima di sisi-Nya...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena