02 September 2010

Nglurug Tanpa Bala Bisakah..?

Ketika katanya kedaulatan negara ramai digugat, aku tetap saja tak segera bangkit semangat nasionalismenya. Mungkin benar kata temanku bahwa pikiranku terlalu skeptis bila sudah bicara tentang negara ini. Kecintaanku terhadap bangsa ini justru membuatku lebih banyak diam menyaksikan sepak terjang para pembesar yang kebesaran omong doang.

Ketika pemilik negeri ramai menggugat pengelola negara, aku pun tetap berdiam diri. Termasuk ketika prediksi kekuatan tempur mulai disimulasikan secara terbuka, sukarelawan sudah direkrut, angkatan perang menyatakan siap, aku masih saja belum ingin bergerak.


Banyak yang bilang perang adalah jalan terbaik ketika diplomasi selalu berakhir buntu. Perang juga satu-satunya jalan agar orang lain bisa lebih menghargai kita. Tapi buatku, apa artinya semua itu bila hanya jadi proyek mercusuar pihak-pihak tertentu. Apa mungkin kita bisa menang melawan orang lain, bila melawan diri sendiri saja kita tak mampu. Apa kita bisa pede ke medan juang bila diberangkatkan dengan sarana yang biaya pemeliharaannya sudah disunat sana sini. Tidak ditembak saja pesawat kita sudah berjatuhan sendiri. Apa yang akan dibanggakan bila 8 dari 10 pasukan kita bukan gugur terkena peluru musuh, tapi kecebur laut sebelum sampai tujuan.

Kalo hanya ingin dianggap berdaulat. Bila hanya ingin tidak ada yang mengusik. Kayaknya ga perlulah kita sampai menyerang orang lain. Kayaknya dengan memperbaiki diri sudah cukup. Berantas segala kemunafikan pejabat, hentikan sunatan masal atas segala anggaran, bentuk negara yang bersih dan kokoh. Tak perlu pamer gusi pun sepertinya orang tahu bahwa kita punya gigi.

Kalopun harus menyerang, kenapa ambil resiko dikucilkan orang lain karena angkat senjata. Padahal di jaman seperti ini, menyerang dengan ekonomi lebih powerfull dan tidak akan dianggap invader oleh tetangga. Tapi kapan kita bisa membangun pertahanan ekonomi yang kuat, bila menghadapi serangan ekonomi asing saja kita tak berkutik. Pejabat yang ada malah ikut ambil bagian menjerumuskan ekonomi negara ini untuk memperkaya diri.

Cobalah untuk berkaca pada falsasah Jawa yang mengatakan. "Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake" - bertempur tanpa pasukan dan menang tanpa mengalahkan. Lihatlah kenyataan saat ini. Ekonomi kita babak belur dihancurkan musuh. Tapi apakah kita merasa diserang..? Yang ada malah kita berterima kasih kepada penyerang dan menganggapnya dewa penolong. Kita tak pernah sadar bila mereka menolong seupil tapi nyolong segudang. Kenapa justru orang lain yang menggunakan falsafah itu, sementara kita sendiri melupakannya.

Untuk apa kita sibuk merencanakan ganyang Malaysia, sementara untuk makan saja saudara-saudara masih harus mbabu kesana. Perbaiki ekonomi kita agar yang kita kirim bukan tenaga kasar tapi manpower berskill tinggi. Walau tidak ada kerjaan halal yang hina, tapi manusia selalu memiliki satu sisi angkuh yang suka menganggap rendah tenaga kasar. Di lain sisi manusia juga suka mengeneralisir keadaan. Karena TKI didominasi tenaga informal yang identik dengan kacung, mereka pun dengan mudah mengecap Indonesia sebagai negara kacung yang gampang dipermainkan. Coba tingkatkan anggaran pendidikan agar TKI yang kita kirim merupakan intelektual yang bisa menduduki posisi managerial. Bila bisa begitu, apakah pandangan negara lain akan tetap serendah ini kepada kita..?

Jangan lupakan juga budaya pejabat kita yang suka memanfaatkan budaya gumunan rakyatnya. Siapa yang jamin, dalang intelektual dibalik demo-demo anti Malaysia itu bukan para pejabat yang sedang bermasalah. Hanya ingin kasusnya lenyap dari sorotan publik dan media, sepertinya mereka tak sayang mengeluarkan banyak dana untuk membuat masyarakat lupa. Toh uangnya bisa nyomot uang rakyat juga.

Buat yang mau perang, silakan saja berangkat dan tak usah banyak omong. Yang mau berteriak, teriaklah sekeras-kerasnya tapi ya tulisannya diset everyone dong. Mengumpat kok sambil ngumpet. Yang mau misuh, misuhlah sepuasnya ga perlu berhenti dulu dengan alasan sudah imsak. Itu kan sama plintat-plintutnya dengan orang yang dipisuhi.

Aku sendiri kayaknya masih ingin melamunkan kapan negara ini bisa "nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake" sambil nonton ipin upin...

5 comments:

  1. bawel aja deh...
    tuh si Ncit minta JJS...!

    BalasHapus
  2. Hmmm apik ulasane kang rawins,saya pribadi sependapat dengan anda,jangan hnya omong nya doang yg besar tp bukti nya gak ada
    nglurug tanpa bala sama saja bunuh diri.Soal gerakan ganyang malaysia yg di lakukan untk membela kedaulatan negara kt memang bagus,namun di sisi lain bnyk saudara2 kt yg di malaysia kelaparan mencari sesuap nasi.Namun demikian jika memang perang adalah jalan terakhir sbgai penyelesaian mau gmn lagi,ya kt ikut perang.

    BalasHapus
  3. yup, pinginnya sih kita serang aja tuh malaysia.
    tapi kenyataannya... kok kita tergantung banget ya sama negara itu

    mengingat ada 2 juta TKI tadi...
    huh

    BalasHapus
  4. saya sepaham dgn apa yg Om Rawins sampaikan, menjaga kedauLatan seutuhnya adaLah menciptakan pribadi bangsa yg berdauLat akan menjaga ketentraman dan kesejahteraan bangsanya. seLebihnya adaLah hanya tindakan propaganda yg berusaha untuk meLakukan tindak provokasi untuk menghancurkan kekuatan bangsa ini.
    perang sesungguhnya adaLah kemenangan daLam meLakukan dipLomasi dan negosiasi, karena haL itu bukan bukan kekuatan otot yg digunakan, meLainkan kekuatan pikiran dari bangsa yang besar dan berdauLaut mencerminkan kekuatan inteLektuaLitasnya sebagai bangsa yg Lebih maju.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena