02 September 2010

Prepegan

Prepegan adalah satu istilah lagi di kampungku yang hanya ada menjelang lebaran. Kata itu digunakan untuk menyebut hari pasaran terakhir di bulan ramadhan. Seperti kebanyakan pasar tradisional umumnya, pasar di kampungku pun hanya buka pada hari pasaran tertentu. Pasar Cilongkrang buka hari minggu pagi saja. Untuk pasar yang agak besar seperti pasar Cipari buka hari senin dan kamis.

Misalkan lebaran jatuh pada hari selasa atau rabu, maka pasaran pada hari senin disebut prepegan. Dimana semua orang tumpah ruah ke pasar untuk belanja kebutuhan lebaran. Pengunjung berjubelan tak kenal panas matahari atau jalanan becek. Sampai-sampai banyak yang lupa bahwa mereka ke pasar adalah untuk merayakan hari kemenangan atas puasanya. Dan kenyataan berbicara lebih banyak orang yang tidak puasa disaat itu dibanding yang puasa.

Pedagang pun habis-habisan membuka lapak sampai menghabiskan setiap ruang. Tak heran bila pasar berada dekat jalan raya, bisa dipastikan jalanan bakal macet total. Euforia menyambut lebaran membuat mereka tak merasa bersalah menghalangi perjalanan orang lain di jalan umum. Mungkin dalam pikiran mereka, besok kan hari bermaafan. Tak ada salahnya bikin dosa dulu...

Ibuku termasuk sedikit orang yang tak mau turut dalam ritual prepegan. Ibu selalu belanja sejak awal ramadhan, makanya sampai aku besar tak pernah tahu seperti apa rasanya prepegan itu. Alasan ibu cukup sederhana. Beliau tahu, mengajakku ke pasar untuk beli baju baru adalah sebuah kebahagiaan yang sangat luar biasa. Makanya ibu selalu ke pasar lebih awal agar aku tidak tergencet-gencet dalam lautan manusia. Apalagi - katanya - aku tuh anak bandel dan suka ngilang kalo diajak kemana-mana.

Memang pada masa kecil dulu, baju baru hanya ada pada hari lebaran saja. Itupun masih pake syarat, puasaku harus tamat. Kalo sampai bolong, baju baruku tak boleh dipakai pas shalat ied, tapi ditunda sampai besok. Oleh karena itu, memakai baju saat lebaran adalah sebuah kebanggaan yang tiada terkira buatku. Demi baju baru di hari H, aku selalu mandi di sungai setiap hari. Biar tak ketahuan kalo menyelam sambil minum tentunya.

Walau sejak awal puasa ibu sudah beli baju, namun aku tak pernah berani memakainya sebelum lebaran tiba. Setiap waktu aku hanya mengeluarkannya dari lemari, memandanginya, mengusap-usapnya lalu menyimpannya kembali. Entah berapa kali dalam sehari aku melakukan hal semacam itu. Biarpun cuma kemeja berbahan tetoron atau kaos tipis bak saringan santan, namun kebahagianku tak bisa diungkap dengan kata-kata.

Begitu malam takbir datang, seringkali aku tak bisa tidur membayangkan besok bisa mengenakan baju baru. Apalagi setelah shalat ied, dimana aku bisa bertemu banyak teman di lapangan. Saling pamer baju dan keceriaan yang sering dilanjut dengan kontes mercon. Semakin banyak mercon yang dimiliki, semakin bangga rasa dalam dada. Kegembiraan makin menyeruak ketika silaturahmi ke rumah saudara-saudara. Tak ada rumah yang ingin terlewati agar lembaran ratusan perak atau kepingan koin semakin penuh di saku. Sebuah keindahan yang aku yakin tak akan ada lagi dalam rasa anak sekarang.

Mungkin semua keindahan itulah yang membuatku selalu bisa menepis rasa penasaranku akan hiruk pikuknya prepegan. Dan kayaknya, rasa itu terbawa sampai sekarang. Aku jadi malas bepergian ke tempat yang ramai berjubelan manusia. Jangankan harus ke pasar menjelang lebaran, hari minggu disuruh lewat Malioboro saja malesnya setengah mati.

Selamat belanja deh buat kaum prepeganers...
Yang penting tetep puasa yah...

9 comments:

  1. aku baru tau di sini istilah itu, kalu di kampungku biasanya pas malam takbiran pasarnya itu biasanya hanya 5 jam saja di sebut pasar kaget kalu prepegan sepertinya agak lama ya sob?

    BalasHapus
  2. kalo pasar kaget atau pasar ramadhan atau pasar senggol sih biasanya sengaja diadain menjelang lebaran. kalo prepegan mengikuti hari pasaran umumnya. cuma diambil dari pasaran terakhir di bulan ramadan

    BalasHapus
  3. saiia sendiri baru tau bener2 istilah ini i sini kang... :( shopping time nii kang?!?!?!? oleh2nya dund :p huehehehe...

    BalasHapus
  4. Lagi ngerti istilah ini.. termasuk dalam per-ngapak-an nggak nih. hehehe

    BalasHapus
  5. hehehe....
    sisi lain dari Ramadhan mas....

    BalasHapus
  6. doh.. daLam postingan terakhirku, aku saLah mengartikan kata prepegan dunk?

    BalasHapus
  7. hari terakhir mah enakan dirumah Om... ^^

    BalasHapus
  8. ya ya bener
    setujuuuu

    aku juga males banget kalo terlalu padat manusianya

    BalasHapus
  9. hanya sebagian aja yang saat ini masih menjaLani tradisi prepegan, karena bagi orang2 tertentu yg sudah memiLik cara pandang tersendiri, tradisi ini terkesan merepotkan dan meLeLahkan. sehingga mereka Lebih tertarik untuk menyikapinya sejak jauh hari.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena