Memindahkan Sakit

Hari perayaan kemerdekaan, aku juga merdeka dari penjajahan perusahaan. Hari ini aku cuma nongol ke lapangan sebentar lalu kembali ke mess dan bobo manis. Dibilang tidak nasionalis, emang dah dari dulu aku begitu. Yang jelas dari hari kemarin, badan terasa ga enak. Mulai terasa pas buka puasa rasanya gaenak sama sekali. Aku pikir cuma kecapean pulang dari pelabuhan yang biasanya ga berlangsung lama. Eh, waktu sahur aku masih susah makan juga. Badan meriyang dan tenggorokan sakit. Baru paginya aku rada ngeh ketika ibue cerita katanya Citra badannya panas.

Mungkin ini berbau mitos. Tapi memang sering kejadian dimana saat Citra sakit, aku ikut sakit juga secara otomatis. Lebih jauh lagi waktu Citra masih dalam kandungan, ibue ga pake acara nyidam, malah aku yang suka aneh-aneh. Orang tua bilang sih karena weton atau hari lahirnya sama, makanya ikatan batinnya jadi lebih kuat. Benar apa engga secara ilmiah, aku ga berani ambil kesimpulan.

Kalo menurut cerita orang-orang tua di kampung, kejadian sakit bisa nyambung ke orang lain, merupakan sisa-sisa ilmu gaib yang dikuasai dukun beranak jaman dulu. Ilmu memindahkan rasa sakit itu berkembang karena memang sistem anestesi belum ada. Ketika seorang ibu mau melahirkan, si dukun akan meminta kesediaan bapak si bayi untuk ikut berbagi kesakitan.

Kalo digambarkan dengan cara modern, mungkin seperti kita mengatur tombol volume radio. Bila bapak jabang bayi masih mampu menahan, volumenya ditambah lagi, ditambah lagi sampai batas kemampuan dia. Pentingnya kadar rasa sakit si ibu tidak maksimal dirasakan sendiri. Orang waktu bikin juga harus berbagi sakit, masa setelah jadi anak engga mau.

Sayang ilmu ini kemudian dilarang karena dianggap bisa membuka aib keluarga. Sisa-sisa kegaibannya ilmu itulah yang kadang masih gentayangan mencari korban. Awal mula pelarangan ilmu ini terjadi, ketika ada istri penguasa yang mau melahirkan. Seperti biasa si dukun bayi akan bertanya ke ndoro suami sebanyak apa berbagi rasa sakitnya. Tombol sakit diputar sedikit-sedikit. Namun ternyata si suami enjoy aja dan terus minta ditambah sampai batas maksimal. Sebuah keajaiban terjadi, dimana bapak dan ibu bayi tidak ada yang merasakan sakit.

Si penguasa itu pun keluar ruang bersalin dan pamer kehebatannya menahan rasa sakit sampai batas maksimal. Sampai kemudian dia temukan seorang pengawal keputren yang sedang kelojotan di kebun, sambil memegangi perutnya yang mendadak sakit luar biasa...

Begitulah kira-kira...
Serius amat sih..?