Walau pihak HRD sudah meloloskan calon karyawan dan teman-teman sudah menyetujui kemampuan teknisnya, aku suka lakuin tes tambahan yang kadang ga nyambung sama sekali dengan skill. Untuk bagian lapangan biasanya aku minta kandidat yang bisa nyupir. Bukannya aku butuh sopir, tapi aku pikir kebiasaan seseorang saat nyupir bisa berkaitan dengan cara dia bekerja nantinya.
Suka ngebut atau tidak, tak aku pikirkan. Tapi cara dia ngebut, nginjak gas, rem atau oper gigi halus atau kasar itu poin penilaianku. Kebiasaan saat berhenti akan aku lihat, tertib apa tidak menetralkan gigi dan pasang rem tangan. Suka sebel dengan orang yang kalo berhenti gigi ga dinetralin padahal rem tangannya berfungsi. Lebih parah lagi kalo suka ninggalin kunci kontak tergantung di tempatnya saat di keluar mobil. Paling suka sama orang yang sebelum masuk mobil suka muterin mobil dulu untuk periksa kondisi ban dan situasi sekeliling.
Suka pengen ketawa kalo pas wawancara untuk bagian kantoran. Bagaimanapun juga programmer seringkali susah dipisahin dengan begadang dan rokok. Saat ditanya kebiasaan begadang, rata-rata ga masalah. Pas ditanya suka ngerokok apa engga, seringkali aku liat wajah bingung bertampang bego menjawab ragu. Padahal maksudku tanya itu, karena programmer utamaku seorang perokok berat. Aku ga mau karyawan baru itu terganggu oleh programmerku dan ga bisa konsentrasi kerja. Paling-paling akan aku lihat cara dia merokok dan kerjanya. Perokok beratpun, bila dia rajin membersihkan asbak aku anggap baik. Sebaliknya dia perokok ringan, tapi bila asbak sampai penuh dia santai-santai saja, suer aku kurang suka.
Aku suka menjajal calon karyawan sampai melenceng jauh dari pakem IT. Karena menurutku, meningkatkan kemampuan teknis itu lebih mudah dibanding merubah kebiasaan perilaku sehari-hari. Tidak terlalu pinter pun, kalo dia memang orangnya rapi, hasilnya bisa lebih baik dibandingkan orang pinter yang jorok. Yang jadi masalah dia akan menjadi parnerku. Segala yang terjadi dengan tim, aku yang harus tanggung jawab.
Biar ini Indonesia Raya. Dimana militernya pun jarang mau menyentuh komandan dan lebih suka mengkambinghitamkan prajurit saat ada masalah. Aku tetap berusaha untuk tidak seperti itu. Apapun adanya, aku harus bisa mengakomodasi segala kepentingan supaya tetap pada alur komandonya. Aku butuh tim yang kompak biar aku bisa menekan perusahaan saat terjadi ketidakadilan. Nyatanya selama ini, perusahaan selalu berpikir panjang saat aku bilang mau cabut. Karena seluruh timku pun selalu bilang akan ikut keluar. Hal semacam ini akan sulit diwujudkan bila ada anggota tim yang ga kompak dan pilih bertahan.
Pepatah mengatakan, belajarlah sampai ke negeri China. Makanya aku berusaha mengikuti jejak Mr Wong. Yang di salah satu kisahnya diceritakan, istrinya beranak hitam walau kedua ortunya putih. Mr. Wong tak menyalahkan siapa-siapa dan tetap mengakui itu sebagai anaknya yang tetap berhak menyandang nama keluarga.
Dan anaknya dia namakan
Sam Ting Wong...
Suka ngebut atau tidak, tak aku pikirkan. Tapi cara dia ngebut, nginjak gas, rem atau oper gigi halus atau kasar itu poin penilaianku. Kebiasaan saat berhenti akan aku lihat, tertib apa tidak menetralkan gigi dan pasang rem tangan. Suka sebel dengan orang yang kalo berhenti gigi ga dinetralin padahal rem tangannya berfungsi. Lebih parah lagi kalo suka ninggalin kunci kontak tergantung di tempatnya saat di keluar mobil. Paling suka sama orang yang sebelum masuk mobil suka muterin mobil dulu untuk periksa kondisi ban dan situasi sekeliling.
Suka pengen ketawa kalo pas wawancara untuk bagian kantoran. Bagaimanapun juga programmer seringkali susah dipisahin dengan begadang dan rokok. Saat ditanya kebiasaan begadang, rata-rata ga masalah. Pas ditanya suka ngerokok apa engga, seringkali aku liat wajah bingung bertampang bego menjawab ragu. Padahal maksudku tanya itu, karena programmer utamaku seorang perokok berat. Aku ga mau karyawan baru itu terganggu oleh programmerku dan ga bisa konsentrasi kerja. Paling-paling akan aku lihat cara dia merokok dan kerjanya. Perokok beratpun, bila dia rajin membersihkan asbak aku anggap baik. Sebaliknya dia perokok ringan, tapi bila asbak sampai penuh dia santai-santai saja, suer aku kurang suka.
Aku suka menjajal calon karyawan sampai melenceng jauh dari pakem IT. Karena menurutku, meningkatkan kemampuan teknis itu lebih mudah dibanding merubah kebiasaan perilaku sehari-hari. Tidak terlalu pinter pun, kalo dia memang orangnya rapi, hasilnya bisa lebih baik dibandingkan orang pinter yang jorok. Yang jadi masalah dia akan menjadi parnerku. Segala yang terjadi dengan tim, aku yang harus tanggung jawab.
Biar ini Indonesia Raya. Dimana militernya pun jarang mau menyentuh komandan dan lebih suka mengkambinghitamkan prajurit saat ada masalah. Aku tetap berusaha untuk tidak seperti itu. Apapun adanya, aku harus bisa mengakomodasi segala kepentingan supaya tetap pada alur komandonya. Aku butuh tim yang kompak biar aku bisa menekan perusahaan saat terjadi ketidakadilan. Nyatanya selama ini, perusahaan selalu berpikir panjang saat aku bilang mau cabut. Karena seluruh timku pun selalu bilang akan ikut keluar. Hal semacam ini akan sulit diwujudkan bila ada anggota tim yang ga kompak dan pilih bertahan.
Pepatah mengatakan, belajarlah sampai ke negeri China. Makanya aku berusaha mengikuti jejak Mr Wong. Yang di salah satu kisahnya diceritakan, istrinya beranak hitam walau kedua ortunya putih. Mr. Wong tak menyalahkan siapa-siapa dan tetap mengakui itu sebagai anaknya yang tetap berhak menyandang nama keluarga.
Dan anaknya dia namakan
Sam Ting Wong...
membentuk tim yg solid emang g mudah ya Om... kadang cara pengujiannya terlihat nyeleneh :)
BalasHapusbtw pak wong itu cadel toh Om... ckckckmembentuk tim yg solid emang g mudah ya Om... kadang cara pengujiannya terlihat nyeleneh :)
btw pak wong itu cadel toh Om... ckckck
yaaa....
BalasHapussemua hal2 sampingan itu bisa berakibat buruk di masa depan klo tidak segera diatasi
suamiku programmer mas,tapi bukan perokok :)
BalasHapusaku juga mantan programmer bukan perokok hihihi.
btw punya suami programmer harus ikhlas ya ditinggal coding ,pelariannya ya sama-sama didepan laptop deh ,walah jadi curhat ini
salam sahabat
BalasHapussiip mas Rawins memang dibutuhkan penerapan KOMPAK dalam aktivitas yang menyangkut kenersamaan anggota.
btw:mas Rawin kangen di jawa tuh jawa mana se?lha sekarang kan di yogya apa jogja?hehehe
jadi klo wawancara emang sebenarnya mencari kecocokan ya?
BalasHapusIs there something wrong? chat yang ngobrolin jaka tarub tak tulis di blogku ya. boleh protes kalo gak berkenan..
BalasHapusmas rawin memang mantabbbzzzz walaupun sebagai staff IT tapi dalam kehidupan sehari-harinya masih di perhatikan... saluttt mas
BalasHapusmas suka main di YA juga ya? xixixi saya juga dulu sering main YA tapi duluuu sekarang udah kaga lagi xixixi
kalo ada lowongan sebagai staff management bilang2 ya mas wkwkwk
BalasHapusmasa sih programmer perokok berat, dikantor lamaku malah gak ada yg ngerokok :P
BalasHapusHehe.. Blogwalking nih.
BalasHapusWah, apapun pekerjaan nya, sbnarnya say no to rokok mas, alna jadi pembunuh nomor 2 tuh . :D
Nice blog nih. Salam kenal. :)
sam ting wong artinya apa? aku cuma kenal tiger wong, tony wong
BalasHapus