Seorang teman curhat tentang anak laki-lakinya yang begitu pendiam dan tak mau bersosialisasi dengan teman-temannya. Saat jam istirahat sekolah pun, dikala teman-temannya bermain di luar, anaknya tetap diam di kelas. Temenku itu sepertinya begitu terpukul dan selalu menyalahkan dirinya sebagai penyebab semua itu. Dibilang bapaknya juga punya andil dalam membentuk kepribadian anak, dia tetap ngeyel mengatakan dirinyalah yang telah gagal membentuk pribadi anak.
Tak tahu apa-apa soal psikologi. Aku cuma bisa cerita apa yang pernah aku alami dengan anak-anakku. Tak ada satupun anak yang aku arahkan bakat ataupun minatnya sesuai keinginanku. Semua aku biarkan mengalir sampai aku bisa melihat minat anak dalam hal bermain. Setelah itupun aku tak pernah memaksakan apa-apa selain sekedar melayani kebutuhan minat mereka, agar bakat itu bisa berkembang di masa mendatang.
Si Adi, sejak kecil sudah kelihatan lebih suka bermain-main kabel, mouse dan kibod daripada lainnya. Dikasih mobil-mobilan atau mainan lain, paling bertahan satu dua hari saja lalu kembali ke komputer bapaknya. Sampai aku sediakan komputer khusus buat dia, agar pilem-pilem rahasia bapaknya jangan sampai kebongkar. Sampai saat ini pun dia jarang keluar rumah dan lebih suka ngutak-atik mouse. Kalopun disuruh gaul dengan teman-teman sebaya, bukan dia yang ikut petak umpet, melainkan teman-temannya yang diboyong ke rumah. Ada yang mau pergi jalan-jalan kemanapun dia tak pernah merajuk minta ikut. Sampai aku ajak ke Jogja pun dia menolak dan pilih tinggal dengan mbahnya dengan syarat dikasih komputer hi spec.
Terbalik dengan Citra yang seharusnya lebih kalem dan lebih betah di rumah. Sejak baru belajar merangkak dia sudah akrab dengan kucing dan kelinci. Begitu bisa jalan, tak pernah mau diam bermain boneka di rumah. Apalagi kalo pas pulang kampung, bangun tidur sudah lari ke kebon bermain-main dengan ayam atau kambing piaraan mbahnya. Kasian juga kalo pas di Jogja yang tempat bermainnya terbatas sampai pagar teras. Yang bisa dilakukan hanya mengacak-acak pot bunga dan ngobrol dengan kucing tetangga. Saat bermain dengan teman-teman sebayanya, Citra malah jadi jagoan. Tak peduli temannya lebih besar, kalo gangguin pasti ditonjoknya.
Apapun pembawaan anak, semua aku terima dengan senang hati. Aku tak mau menyalahkan ibunya salah cetak apa salah mengarahkan anak. Apalagi secara genetis, pengaruh bapaknya lebih besar daripada ibunya. Makanya aku sempat heran, ketika ada teman yang menyalahkan istrinya dan maksa kawin lagi, karena anaknya cewek semua dan dia pengen anak cowok. Bagaimanapun juga, perempuan cuma punya kromosom XX dan XY adalah milik laki-laki. Mau jadi cowok atau cewek anaknya itu tergantung kromosom apa yang dia berikan kepada istrinya. Kalo dia berikan kromosom X, anaknya akan lahir cewek dan kalo dia kasih yang Y, anaknya bakalan cowok.
Yang sudah aku rasakan adalah cita-cita untuk perbaikan keturunan dulu. Merasa aku item jelek, sengaja aku cari istri yang putih mulus. Kalo ternyata Citra keluarnya item kriwil, berarti memang tinta yang aku masukin ke printer dulu kebanyakan itemnya. Bila diibaratkan kebun, sesubur apapun tanah tempat bercocok tanam, bila cara mencangkulnya kurang bagus, kadang hasilnya kurang bagus pula. Hasil bagus ketika cangkul penyok dapat tanah subur kemungkinannya fifti-fifti dan tak ada patokan yang pasti. Yang penting buatku adalah, jangan sampai sawah ga dicangkul tapi tanamannya bisa tumbuh. Itu saja...
Aku ga pernah mikirin apa kata orang tentang anakku. Buatku anak adalah fotokopian kedua orang tuanya. Pepatah mengatakan the truth is out there. Artinya kira-kira, yang bener boleh keluar. Maknanya, jangan pedulikan orang luar menilai kita jelek. Karena penilaian orang lain tak selamanya benar. Biarlah orang mengatakan kita jelek, karena siapa tahu sebenarnya kita lebih jelek lagi.
Ke anak aku cuma tanamkan prinsip, jadilah diri sendiri.
Seperti aku bersyukur terlahir jelek.
Karena kalo cakep, bisa jadi bakal banyak bikin dosa...
Tetap semangat, kawan...
Jangan salahkan diri terus
Anak itu hasil patungan
Bukan dapat ngocok arisan
Just bee your self deh
Sengatkan dirimu ke tawon
Paling-paling bengkak
Tak tahu apa-apa soal psikologi. Aku cuma bisa cerita apa yang pernah aku alami dengan anak-anakku. Tak ada satupun anak yang aku arahkan bakat ataupun minatnya sesuai keinginanku. Semua aku biarkan mengalir sampai aku bisa melihat minat anak dalam hal bermain. Setelah itupun aku tak pernah memaksakan apa-apa selain sekedar melayani kebutuhan minat mereka, agar bakat itu bisa berkembang di masa mendatang.
Si Adi, sejak kecil sudah kelihatan lebih suka bermain-main kabel, mouse dan kibod daripada lainnya. Dikasih mobil-mobilan atau mainan lain, paling bertahan satu dua hari saja lalu kembali ke komputer bapaknya. Sampai aku sediakan komputer khusus buat dia, agar pilem-pilem rahasia bapaknya jangan sampai kebongkar. Sampai saat ini pun dia jarang keluar rumah dan lebih suka ngutak-atik mouse. Kalopun disuruh gaul dengan teman-teman sebaya, bukan dia yang ikut petak umpet, melainkan teman-temannya yang diboyong ke rumah. Ada yang mau pergi jalan-jalan kemanapun dia tak pernah merajuk minta ikut. Sampai aku ajak ke Jogja pun dia menolak dan pilih tinggal dengan mbahnya dengan syarat dikasih komputer hi spec.
Terbalik dengan Citra yang seharusnya lebih kalem dan lebih betah di rumah. Sejak baru belajar merangkak dia sudah akrab dengan kucing dan kelinci. Begitu bisa jalan, tak pernah mau diam bermain boneka di rumah. Apalagi kalo pas pulang kampung, bangun tidur sudah lari ke kebon bermain-main dengan ayam atau kambing piaraan mbahnya. Kasian juga kalo pas di Jogja yang tempat bermainnya terbatas sampai pagar teras. Yang bisa dilakukan hanya mengacak-acak pot bunga dan ngobrol dengan kucing tetangga. Saat bermain dengan teman-teman sebayanya, Citra malah jadi jagoan. Tak peduli temannya lebih besar, kalo gangguin pasti ditonjoknya.
Apapun pembawaan anak, semua aku terima dengan senang hati. Aku tak mau menyalahkan ibunya salah cetak apa salah mengarahkan anak. Apalagi secara genetis, pengaruh bapaknya lebih besar daripada ibunya. Makanya aku sempat heran, ketika ada teman yang menyalahkan istrinya dan maksa kawin lagi, karena anaknya cewek semua dan dia pengen anak cowok. Bagaimanapun juga, perempuan cuma punya kromosom XX dan XY adalah milik laki-laki. Mau jadi cowok atau cewek anaknya itu tergantung kromosom apa yang dia berikan kepada istrinya. Kalo dia berikan kromosom X, anaknya akan lahir cewek dan kalo dia kasih yang Y, anaknya bakalan cowok.
Yang sudah aku rasakan adalah cita-cita untuk perbaikan keturunan dulu. Merasa aku item jelek, sengaja aku cari istri yang putih mulus. Kalo ternyata Citra keluarnya item kriwil, berarti memang tinta yang aku masukin ke printer dulu kebanyakan itemnya. Bila diibaratkan kebun, sesubur apapun tanah tempat bercocok tanam, bila cara mencangkulnya kurang bagus, kadang hasilnya kurang bagus pula. Hasil bagus ketika cangkul penyok dapat tanah subur kemungkinannya fifti-fifti dan tak ada patokan yang pasti. Yang penting buatku adalah, jangan sampai sawah ga dicangkul tapi tanamannya bisa tumbuh. Itu saja...
Aku ga pernah mikirin apa kata orang tentang anakku. Buatku anak adalah fotokopian kedua orang tuanya. Pepatah mengatakan the truth is out there. Artinya kira-kira, yang bener boleh keluar. Maknanya, jangan pedulikan orang luar menilai kita jelek. Karena penilaian orang lain tak selamanya benar. Biarlah orang mengatakan kita jelek, karena siapa tahu sebenarnya kita lebih jelek lagi.
Ke anak aku cuma tanamkan prinsip, jadilah diri sendiri.
Seperti aku bersyukur terlahir jelek.
Karena kalo cakep, bisa jadi bakal banyak bikin dosa...
Tetap semangat, kawan...
Jangan salahkan diri terus
Anak itu hasil patungan
Bukan dapat ngocok arisan
Just bee your self deh
Sengatkan dirimu ke tawon
Paling-paling bengkak
Eh, bener gak sih..?
EGP...
EGP... hahahaha... terkenang-kenang dengan anak-anaknya ya... duh anak pertama maniak komputer yang kedua keturunan Raja Sulaiman 'alaihi sallam
BalasHapusWaduh nyong malah ora mudeng soal kromosom xx dan xy,waraih kang lah..
BalasHapusAku rasa kawan kang Rawins ini berlebihan jika menganggap diri nya adalah yg salah..h kang lah..
Aku rasa kawan kang Rawins ini berlebihan jika menganggap diri nya adalah yg salah..Apalagi kalo kt pikir lbh jauh bahwa smua itu adalah tuhan yg memberikan..
sama persis dengan anak2ku mas.Nomor dua malah lebih cowo banget
BalasHapusFilosofinya yang tersirat mantab mas, meski yang tersurat akhirnya pendiem dan kriwil. HeheheFilosofinya yang tersirat mantab mas, meski yang tersurat akhirnya pendiem dan kriwil. Hehehe
BalasHapus'Sengatkan dirimu ke tawon' oohh itu to artine hhahahahaha
BalasHapusanak memang hasil patungan, tetapi setiap manusia itu unik, tidak ada yang sama, jadi bisa juga ayahnya seorang ulama dan anaknya justru berandalan atau bisa juga sebaliknya he he he...
BalasHapusOh.. itu to si Adi. Baru tahu sekarang aku fotonya. Kayaknya mirip bapaknya ya?
BalasHapussalam sahabat
BalasHapusbener atau enggak nya juga tergantung yang menyikapi mas Rawins hehehe bagus pada paragraf terakhir mencerminkan sikap dan penerimaan diri yang harus siap diterima dengan positif gitu siip dech hehehe
wach, kalo cerita soal anak rasanya kurang berpengalaman nich....,,
BalasHapusdapet cetakannya aja belom, kok mau membentuk anak jadi apa...,,
ntarlah, nyari cetakan dulu aja....,,;D
Kok aku malah jadi pengen punya anak kayak si Adi, he he
BalasHapusEee EGP...
BalasHapusTulisannya santai amat kayak nggak peduli, tapi sayangnya.. Bener begitu!
Hahahaaa...
Ttg kromosom dsb... Dan anak spt apapun itu udah mrp berkah dari Tuhan...
:-D
film rahasia bapaknya kebongkar,film apa'an yah,?love,peace and gaul.
BalasHapusemangnya di laptop bapaknya ada film apa sih? :D
BalasHapussaya yang belum punya anak tapi sudah capek macul cuma bisa bengong di sini. kapan tanamanku tumbuh dan ada hasilnya...
BalasHapushm, karena belum punya anak maka saya hanya diam he he...
BalasHapuswkwkkwkwkwk,,
BalasHapusgimana bisa salah cetak,,
semua yang dikaruniakan kekita ,disyukurin aja,,
jangan mikir2 aneh2 lah buat temannya itu,,
Waduh apalagi aku ra mudeng kang ditanya ginian hhe... dulu sih pernah emank kuliah psikologi tapi berhenti tengah jalan sebelum ilmu khatam jadi blas ra mudeng haha...
BalasHapustapi klo yang kuliat dari Orang Tuaku sih, kayanya mereka juga gak pernah ngatur anak2nya termasuk aku deh haha... jadi ya menurutku temenmu kui ndak usah terlalu menyalahkan dirinya juga, siapa tau lebih gede dikit justru lebih suka bergaul tuh anak *asal jangan gaulin anak orang...
pokoknya setuju lah sama caramu didik anak, kayanya mas adi bakalan ngikut jejak bapaknya nih hhe... berat2 mintanya PC Hi Spec hahahaha...
hahaha....jgn nambah dosa dengan kegantengan :D
BalasHapus