Seorang teman curhat tentang manajemen perusahaan yang katanya tidak konsisten. Aku cuma nyengir doang ketika dia ngomel-ngomel disertai teori-teori pengelolaan usaha. Padahal sejak awal dia datang, aku sudah ingatkan dia agar menahan diri sementara waktu, jangan terlalu sok hanya karena dia ke site ditarik langsung oleh direktur.
Aku sarankan dia melakukan pengamatan dan adaptasi dulu barang sebulan sebelum mengeluarkan segala kemampuan dan idealismenya. Ini perusahaan keluarga yang menggunakan manajemen toko dimana semua anggota keluarga besar bisa mengambil keputusan sepihak tanpa kompromi dengan pihak lain. Pahitnya baru terasa ketika muncul permasalahan, mereka dengan mudah memaafkan kesalahan saudaranya dan menimpakannya kepada bawahan yang hanya berstatus pelaksana.
Makanya dia ngeyel-ngeyel tentang definisi kata konsisten, aku cuma balik bertanya apakah di jaman ini masih ada konsistensi yang seutuhnya. Konsistensi hanya sekedar slogan tanpa isi karena kita memang terbiasa menggunakan standar ganda dalam menjalani kehidupan. Tak ada lagi yang namanya konsistensi bila kita masih saja memperhitungkan untung dan rugi.
Lihat saja aktifis jalanan yang awalnya rajin berteriak tentang kesejahteraan rakyat. Begitu punya kesempatan duduk di kursi empuk, kebanyakan berubah menjadi anggota hewan yang sesungguhnya. Kita sendiri yang sering hanyut ikut meneriakan anti korupsi, di kesempatan lain suka belajar korupsi kecil-kecilan walau hanya mencuri waktu. Datang ke kantor langsung online bukannya buka email kerjaan tapi nyempatin dulu komen sana sini di jejaring sosial atau blog pribadi.
Menjadi baik seringkali hanya kepura-puraan belaka karena terbawa euforia sesaat. Seperti saat bangsa ini memperingati hari pahlawan, dari sekedar status sampai jurnal blog didominasi kata-kata tentang cinta tanah air. Tapi baru saja mengetikan rasa nasionalisme itu, tanpa merasa dosa kita buka google untuk mencari donlotan lagu dangdut terbaru secara gratis. Kalo memang benar kita nasionalis seperti yang baru kita tulis, kenapa tidak beli kaset berstatus legal agar para pekerja seni kita bisa lebih berkreasi. Konsistenkah itu..?
Contoh lain adalah acara berbalas komen saat ada seorang teman menulis tentang kebenciannya kepada arogansi Amerika. Aku ketik dibawahnya, "kalo benci Amerika jangan pake windows dong..."
Bukannya ngerti malah ngeles, "tapi kan bajakan, bukan beli.."
"Laptop kamu pake komponen Amerika juga."
"Suka-suka gua dong. Duit-duit gua, emangnya laptop dapat nyolong..?"
Nah lho...
Yang paling anget kayaknya tanggal 22 kemaren. Hampir semua orang menuliskan kecintaannya pada ibu. Tapi nyatanya mama sms minta pulsa ga mau ngasih. Eh, kalo ini engga ding...
Intinya buat aku pribadi, sangat males meneriakan kata konsisten karena dunia memang tidak mendukung. Kecuali kalo kita memang sudah siap dianggap aneh oleh lingkungan sekitar. Dunia selalu berubah dengan cepat memaksa kita harus sefleksibel mungkin menjalaninya. Berusaha konsisten hanya akan membuat kita ditertawakan orang lain. Seperti ketika aku ditanya ulang tahun ke berapa dan aku jawab 20, banyak teman yang komplen.
Masa dari tahun ke tahun masih 20 juga.
Kan konsisten, sob...
Pekok...
Aku sarankan dia melakukan pengamatan dan adaptasi dulu barang sebulan sebelum mengeluarkan segala kemampuan dan idealismenya. Ini perusahaan keluarga yang menggunakan manajemen toko dimana semua anggota keluarga besar bisa mengambil keputusan sepihak tanpa kompromi dengan pihak lain. Pahitnya baru terasa ketika muncul permasalahan, mereka dengan mudah memaafkan kesalahan saudaranya dan menimpakannya kepada bawahan yang hanya berstatus pelaksana.
Makanya dia ngeyel-ngeyel tentang definisi kata konsisten, aku cuma balik bertanya apakah di jaman ini masih ada konsistensi yang seutuhnya. Konsistensi hanya sekedar slogan tanpa isi karena kita memang terbiasa menggunakan standar ganda dalam menjalani kehidupan. Tak ada lagi yang namanya konsistensi bila kita masih saja memperhitungkan untung dan rugi.
Lihat saja aktifis jalanan yang awalnya rajin berteriak tentang kesejahteraan rakyat. Begitu punya kesempatan duduk di kursi empuk, kebanyakan berubah menjadi anggota hewan yang sesungguhnya. Kita sendiri yang sering hanyut ikut meneriakan anti korupsi, di kesempatan lain suka belajar korupsi kecil-kecilan walau hanya mencuri waktu. Datang ke kantor langsung online bukannya buka email kerjaan tapi nyempatin dulu komen sana sini di jejaring sosial atau blog pribadi.
Menjadi baik seringkali hanya kepura-puraan belaka karena terbawa euforia sesaat. Seperti saat bangsa ini memperingati hari pahlawan, dari sekedar status sampai jurnal blog didominasi kata-kata tentang cinta tanah air. Tapi baru saja mengetikan rasa nasionalisme itu, tanpa merasa dosa kita buka google untuk mencari donlotan lagu dangdut terbaru secara gratis. Kalo memang benar kita nasionalis seperti yang baru kita tulis, kenapa tidak beli kaset berstatus legal agar para pekerja seni kita bisa lebih berkreasi. Konsistenkah itu..?
Contoh lain adalah acara berbalas komen saat ada seorang teman menulis tentang kebenciannya kepada arogansi Amerika. Aku ketik dibawahnya, "kalo benci Amerika jangan pake windows dong..."
Bukannya ngerti malah ngeles, "tapi kan bajakan, bukan beli.."
"Laptop kamu pake komponen Amerika juga."
"Suka-suka gua dong. Duit-duit gua, emangnya laptop dapat nyolong..?"
Nah lho...
Yang paling anget kayaknya tanggal 22 kemaren. Hampir semua orang menuliskan kecintaannya pada ibu. Tapi nyatanya mama sms minta pulsa ga mau ngasih. Eh, kalo ini engga ding...
Intinya buat aku pribadi, sangat males meneriakan kata konsisten karena dunia memang tidak mendukung. Kecuali kalo kita memang sudah siap dianggap aneh oleh lingkungan sekitar. Dunia selalu berubah dengan cepat memaksa kita harus sefleksibel mungkin menjalaninya. Berusaha konsisten hanya akan membuat kita ditertawakan orang lain. Seperti ketika aku ditanya ulang tahun ke berapa dan aku jawab 20, banyak teman yang komplen.
Masa dari tahun ke tahun masih 20 juga.
Kan konsisten, sob...
Pekok...
Hm... aku mau kasih komen apa ya?
BalasHapushehe.... mau ucapin met malam aja deh (ga nyambung kan? biarin... hihi).
met istirahat ya... :-)
Tenang, aku dengan sadar hati juga ngaku orang yg gak konsisten kok :)
BalasHapusNyampe kantor ngeblog dulu iya, kadang matiin koneksi kantor untuk download film jepang iya, ngasih link downloadan MP3 sama Android Apps yg berbayar iya juga di blog sebelah, jadi klo ditanya konsisten... aku mending bilang kadang harus konsisten tapi ada kalanya gak harus konsisten... :)
ungkapan kekesalan terlihat jelas disana..
BalasHapusSudahlah bosan rasa dengan bualan, maka ada yang bakar diri, menjahit mulut and etc...
Sipa menjadi orang aneh,,..? Butuh perenungan yang dalam Mas??.,.,.,
Mboh lah mas, malah mumet aku ....
BalasHapuskonsisten sama dengan idealis ya kira2,,konsisten itu relatif lah , terkadang hrs menyesuaikan kondisi juga
BalasHapusIni bukti kebobrokan moral bangsa, di mana manusia semakin sulit memegang kata2nya...hehehe
BalasHapusTapi gua pikir2 lagi...emang kata2 bisa dipegang ya? Itu kan bentuknya abstrak, cuma udara bau jigong yg keluar dari mulut...hehehe
BalasHapuswkwkwkw...
BalasHapuskayaknya udah bukan rahasia perusahaan ini yaa.. ckckck
Lah mbuh ora urusan ora urunan.Malah mumet nek soal konsisten
BalasHapusya begitilah adanya orang2 hehehe
BalasHapusSusah buat aku untuk konsisten. Weekend ini janjinya mau di rumah buat belajar, nyatanya baru baca dua paragraf textbook langsung ketiduran. Giliran buka internet mau blogwalking, mata malah melek diajak blogwalking berjam-jam..
BalasHapusemang susah mas buat konsisten di jaman seperti ini,,
BalasHapuswah kalao yang terakhir konsistennya biar umurnya gak nambah :D
Embuh lah Kang, yg jelas utk bisa konsisten ngeblog saja susahnya minta ampun hehehe
BalasHapuskonsisten?
BalasHapussetiap hari kan orang berubahhh~
wingi ngomong opo saiki wis bedo ahaha
sulit melaksanakan arti dari kata "konsisten" ya sob :) hehehe
BalasHapusKonsisten diberbagai aspek...
BalasHapusKonsisten anti amerika.
Konsisten Pake produk amerika.
Konstisten Nasionalis.
Konsisten Cinta Bajakan.
betul sekali gan, sepertinya tidak ada yang namanya konsisten, setiap saat pasti bisa berubah, jangankan dalam hal berusaha, dalam hal sehari-hari pun sering kita jumpai atau melakukannya.
BalasHapus