Wanita Perkasa

Tak seperti biasanya ruangan logistik mendadak ramai oleh suara perempuan. Pas aku samperin, kulihat ada belasan cewek sedang antri mengambil alat pengaman diri berupa helm, sepatu dan rompi safety. Ternyata mereka calon-calon operator alat berat dan articulated dump truck yang biasa beroperasi di areal pertambangan. Kadang susah dipercaya mereka yang rata-rata bertubuh mungil harus mengoperasikan truk raksasa yang diameter rodanya saja jauh melebihi tinggi tubuh mereka.

Untuk menambah produksi, perusahaan memang sedang mengganti truk tronton yang ada dengan jenis ADT. Sengaja operasinya diserahkan kepada kaum hawa dengan alasan mereka lebih hati-hati dalam bekerja. Sopir cowok memang seringkali sembrono ketika membawa kendaraannya. Dalam hal perawatan peralatan kabin yang serba elektronik, operator laki-laki juga suka sembarangan. Belum lagi tingkat emosinya yang gampang meninggi dan suka kebut-kebutan di medan berat.

Terus terang aku makin salut dengan makhluk yang berjudul perempuan ini. Begitu banyak pekerjaan yang laki-laki banget bisa mereka pegang sementara sebaliknya tidak. Dalam urusan rumah tangga pun sama. Misalnya saat sang suami meninggal, kebanyakan perempuan bisa segera beradaptasi menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan tetap mampu mengurus rumah dan anak-anak. Dalam kasus sebaliknya, kayaknya lebih jarang laki-laki yang bisa ngurus anak dengan baik sementara dia tetap harus bekerja. Paling gampang dilihat, lebih banyak laki-laki yang segera kawin lagi setelah ditinggal istri daripada sebaliknya.

Tidak bisa digeneralisir memang. Tapi yang aku lihat kebanyakan begitu. Makanya aku suka heran kalo lihat masih saja ada yang demo menuntut kesetaraan gender. Ga ngarti maksudnya kesetaraan tuh apa. Orang kenyataannya di lapangan, perempuan lebih perkasa dibanding laki-laki. Banyak perempuan sukses dengan dirinya sendiri, sementara lebih banyak lagi laki-laki sukses ataupun hancur karena ada peran perempuan di belakangnya.

Mungkin yang mereka maksud kesetaraan itu adalah dengan cara meninggalkan tradisi dapur sumur dan kasur. Tapi bagaimanapun juga itu sudah menjadi kodrat alamiah. Bukan masalah mereka tak boleh meninggalkannya. Melainkan karena laki-laki memang sulit menggantikan posisi perempuan dalam rumah tangga khususnya dalam hal mengurus anak. Buatku kesetaraan bukan semata-mata persamaan profesi, melainkan pembagian tugas yang seimbang dalam satu kesatuan. Kan katanya menyerahkan tugas kepada bukan ahlinya merupakan awal kehancuran. Trus apalagi tujuan laki-laki dan perempuan hidup bersama kalo bukan tentang masa depan anak-anak..?

Kalo cuma urusan posisi mah kayaknya dah ga timpang lagi
Nyatanya banyak laki-laki yang suka gaya woman on top
Kira-kira begitu...

Wanita memang makhluk perkasa
Selamat hari ibu