01 Januari 2008

Kenapa Saya Tidak Suka TV

Ada satu hal yang katanya sudah jadi kebutuhan pokok manusia modern yang teramat jarang saya lakukan, nonton TV. Tidak tahu kenapa saya mualeeees banget untuk yang satu itu.  Buat saya apa sih yang bisa kita dapatkan kalau cuma dijejelin cerita tentang orang-orang gedongan selingkuh, rebutan istri atau suami orang, rebutan warisan dll dll pilih sendiri pokoknya yang jelek-jelek ya… 

Kalo ga gitu isinya anak-anak bawah umur yang kehidupannya sok dewasa, anak sekolah berpakaian tidak patut dan lah seabreg  hal-hal yang kurang patut.

Memang ada yang bilang, itu kan pembelajaran agar kita bisa mengambil hikmah dari situ. Tapi hikmah apa bila kenyataan membuktikan anak-anak sekarang justru meniru gaya mereka yang diidolakan dalam sinetron. Apa mereka itu ga inget kalau masa-masa abg tuh masa mencari figur buat dicontoh.

Habis yang seperti itu diganti dengan film tentang hantu-hantuan slapstik yang menggelikan. Orang-orang persinetronan kita jarang sekali membuat sesuatu yang baru, malah menyuburkan praktek penjiplakan dan pembodohan pemirsanya. 

Memang tidak semua film itu jelek, ada satu dua yang saya juga suka seperti Si Doel Anak Sekolahan atau Kiamat Sudah Dekat. Kenapa sih hanya satu dua yang bisa membuat sesuatu yang bermutu?

Lalu siaran berita. Ok, kadang saya suka menyimak. 
Tapi gaya jurnalistiknya kadang saya kurang suka. Terlalu bombastis dan mencari sensasi agar memiliki nilai jual tinggi tapi menyesatkan masyarakat.. Contohnya waktu saya dengar berita tentang tsunami pangandaran. 
Hampir semua TV menyampaikan pangandaran hancur digulung ombak setinggi 30 meter. Mereka tidak pernah membayangkan apa yang tertangkap oleh masyarakat yang punya keluarga disana dengan kata ombak menghantam daratan setinggi 30 meter.

Termasuk saya… Tidak terbayangkan bagaimana cemasnya saya memikirkan rumah orang tua yang berjarak hampir satu kilometer dari pantai. Pokoknya negatif saja yang terpikirkan. Setelah sampai di sana saya baru dapat penjelasan yang sesungguhnya. 

“Air surut sampai jauh dari pantai, mas. Begitu gelombang datang menabrak bibir pantai, airnya muncrat setinggi pohon kelapa. Kalo air yang masuk ke daratan sih tingginya cuma satu sampai dua meteran saja. Makanya yang cuma yang berjarak 100 dari pantai saja yang bangunannya rusak.”

Bisa kan membedakan apa yang terbayangkan dari kedua cerita tentang ketinggian ombak itu?
Yang saya tidak suka lagi acara infotainment. Kenapa sih mencari uang harus dengan cara mengusik-usik pribadi orang lain. Orang mau kawin mau cerai mau selingkuh kenapa harus dibeber-beberkan di depan umum?

Barangkali yang paling saya suka di TV Cuma acara kesayangan jagoan saya. Tom and jerry sama doraemon. He he he…

Apalagi sih selain itu yang bisa diliat.
Iklan?

Wah ini lebih parah lagi. Kadang kreatif tapi kadang ga mikir yang ngebikinnya. Saya pernah menegur jagoan saya waktu menirukan sebuah iklan minyak gosok.
“Bikin anak kok coba-coba…” begitu jagoan bilang.
“Hush.. bukan gitu, mas. Buat anak… bukan bikin anak” saya tegur pelan-pelan.
Eh, jagoan saya malah jawab gini. “buat kan sama dengan bikin, yah…”
Dasar anak susah dibilangin. Tapi menurut saya yang bego tetap yang bikin iklan. Kenapa sih tidak pakai kata “untuk anak”, sepertinya untuk dinalar anak-anak lebih tepat sasaran.
Jadi… apapun makanannya….
Saya tetap tidak suka nonton TV, titik….

nambah:
yang paling penting kenapa saya males liat TV adalah cape rebutan remote sama yang dirumah....

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena