09 Januari 2008

Antri, Budaya Yang Terpinggirkan

Antri.
Kata yang pendek tapi artinya panjaaaaaaaaang. Apalagi kalo ngantri pembagian sembako, panjangnya bisa banget.

Kata yang sederhana tetapi mencerminkan sikap individu yang tertib dan menghormati hak-hak orang lain. Banyak deretan kata yang dapat disambung dengan kata 'antri' dan menciptakan suasana tertib dan nyaman. Beli tiket kereta api, bayar setoran listrik, mengisi BBM di SPBU, ambil uang di ATM, dan lain-lain. 

Pendek kata, apapun aktivitas manusia dengan kepentingan yang sama dan dilakukan pada titik waktu dan tempat yang sama maka diperlukan antri.

Di lingkungan kita, umumnya budaya antri tercipta pada lingkungan yang relatif well educated, misal: antri check in dan boarding di bandara udara dan ambil uang di Bank/ATM. 

Tetapi sebaliknya, dilingkungan umum justru seringkali (atau selalu) terjadi budaya serobot. Serobot jalan karena tidak sabar kendaraan di depan berjalan lambat, berebut masuk kendaraan umum, dan serobot antri mengisi BBM di SPBU (terutama kendaraan bermotor roda dua).

Nah, dalam keseluruhan aktivitas manusia di sekitar kita dapat diprosentase lebih banyak mana titiik-titik kegiatan  yang sudah tercipta budaya antri atau budaya serobot. Jika masih banyak budaya serobot berarti kita belum well educated?

Belum tentu. Menurut saya kondisi lingkunganlah yang paling dominan perannya dalam mendidik kita berbudaya tertib. Seseorang bisa sadar dan sabar menunggu bila berada di bank, tapi budaya main serobotnya kambuh waktu beli bensin di SPBU. 

Paling parah malah kalau berurusan dengan birokrat, bukan cuma nyerobot tapi nyelonong ke dalam terus bisik-bisik tetangga, salaman dan segera pulang…

Bisa tidak sih masyarakat kita belajar tertib di segala hal..? 
Silakan bercermin sendiri...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena