18 Mei 2011

Anjing Kampung

Sejak kecil aku paling takut dengan yang namanya anjing. Biarpun pepatah mengatakan anjing menggonggong kafilah berlalu, tetap saja aku ngacir duluan sebelum digonggong. Salah satu alasan kenapa aku takut anjing, adalah konstruksi tubuhku yang berpostur bodigar berdada bidang. Bodigaring dada bidang datar maksudnya...

Jaman pramukaan di Bhayangkara, paling sebel kalo sudah harus berurusan dengan anjing pelacak. Anjing kampung saja sudah bikin aku ngacir, apalagi lihat herder yang kelihatan galak. Yang lebih bikin sebel, yang ga lulus ujian kecakapan anjing pelacak sering dianjurkan untuk pindah haluan jadi pelacak anjing.

Pindah ke bumi Borneo, masalah peranjingan kembali muncul. Anjing disini seperti orang di kampungku memelihara kucing. Bisa dibilang tidak ada rumah yang tidak punya anjing. Menyenggol anjing pake mobil bisa jadi masalah besar di sini. Apalagi kalo anjingnya berkelamin cewek, dendanya bisa berlipatganda karena pemiliknya akan menghitung berapa kemungkinan anjing itu akan beranak. Padahal berapa besar salah kita nyopir mobil di jalanan aspal dibandingkan dengan anjing yang keluyuran ke jalan raya..?

Makanya aku selalu mumet ketika pulang ke mess yang halamannya dipenuhi anjing-anjing berkeliaran. Lama-lama mereka memang tak lagi tampak galak. Mungkin mereka juga kenal peribahasa yang mengatakan tak kenal maka tak gonggong. Bisa jadi aku sudah dianggap teman, jadinya tak pernah lagi dijegog seperti semula. Mereka jadi suka nongkrong didepan pintu. Ngintip-ngintip kepengen ikutan ngeblog juga kayaknya. Saat aku makan pun mereka tak suka ribut seperti kucing. Tetap duduk manis sampai aku lemparkan tulang atau makanan sisa keluar.

Melihat tingkah polah anjing kampung itu, kok mendadak aku inget anggota hewan saudaranya. Hobinya menggongong kenceng sok galak, tapi begitu sudah kenal, apalagi sering dikasih tulang sisa, kalemnya minta ampun. Seneng banget menjilati majikannya dan ga pernah becus nangkap tikus. Makanannya banyak, tak pandang jenis, apa saja disikat asal perut kenyang. Udah gitu suka kebanyakan gaya, mau kencing saja sampai angkat satu kaki segala. Modal imel yahoo saja bangganya minta ampun.

Tapi biarpun anjing di depan mess sudah pasang tampang sok akrab
Tetap saja aku takut untuk dekat-dekat mereka
Cuma gayanya doang yang aku suka
Doggy style is the best lah

11 comments:

  1. Yup setuju doggy style is the best lah
    hahaha

    BalasHapus
  2. dog style is the best memang, tapi sekali kali dekatlah sama mereka, kata temanku kalo anjing njagrag itu tandanya mau kenalan.

    BalasHapus
  3. Hahahaha... padahal anjing lucu lho!! hahakz,,,,

    BalasHapus
  4. wah udah komeng saya ternyata, kirain belum... hehehe

    BalasHapus
  5. arghhh... aku punya dendam tersendiri terhadap anjing T_T

    BalasHapus
  6. Wah lagi sibuk ya Mas, Apa Kabar Neh....

    BalasHapus
  7. Misua suka bilang gitu sih..wkwkwkwkw....
    Eits, ada anjing yang tersindir nggak yah? :D :D

    BalasHapus
  8. "anjing" emang menggelikan...

    kadang suka ngerjain anjing tapi ya takut juga... :)

    BalasHapus
  9. brow ganti tempe yooo?...
    muantebbb dagh, maaf baru bales mampir

    BalasHapus
  10. saya paling jembre ama yg namanya anjing. pokoke klo ada anjing juga saya langsung jauh2 tuh ^^

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena