26 Mei 2011

Generasi Kelima

Diberi kesempatan untuk bercengkrama dengan generasi level kelima dari kita, adalah sebuah kesempatan yang teramat langka di masa kini. Makanya aku berusaha untuk bisa mengabadikan setiap kali Citra bermain-main dengan mbahnya. Siapa tahu saat itu adalah momen terakhirnya dengan leluhur tertinggi yang masih hidup.

Soal Citra manggilnya apa ke beliau, aku sendiri kurang paham tepatnya apa. Yang jelas aku saja menyebutnya mbah buyut, karena beliau adalah kakeknya ibu. Canggah, wareng, uthek-uthek atau gantung siwur kali ya..?

Berapa usianya pun tidak ada yang tahu pasti. Termasuk di KTP tidak tercantum kapan tanggal atau tahun lahirnya. Namun kalo mau main tebak-tebakan, mendiang mbah buyut putri pernah cerita bahwa pada saat tanah Jawa hujan abu sehari tujuh kali, beliau sudah perawan. Kalo hujan abu dahsyat itu dianggap letusan gunung Krakatau, berarti pada tahun 1883, mbah putri sudah perawan atau sekitar usia 12 - 15 tahunan. Mengingat di kampung, apalagi jaman itu, perempuan usia segitu biasanya sudah berhak menyandang gelar perawan yang artinya sudah bisa dinikahkan. Nah, anggap saja simbah ini usianya tak terpaut jauh dari mbah putri.

Kelakuannya mulai aneh. Disuruh tinggal di rumah ortu, tidak mau. Malah tinggal di gubuk orang lain bekas tempat menyimpan kayu bakar. Biarpun setiap hari rutin dikirim makanan, tetap saja beliau suka maksa datang ke tempat ortu, menanyakan apakah cucu-cucunya ada yang pulang kampung. Padahal jalannya sudah terseok-seok harus menempuh jarak hampir satu kilo menyebrangi sungai, jalan raya dan rel kereta. Diperingatkan agar tidak keluyuran mana mau dengar. Padahal orang lain bukannya ingin mengekang, tapi kawatir pas nyebrang jalan atau rel mengingat pendengarannya mulai berkurang.

Badan masih terlihat kekar dan sedikit tambun. Gigi masih utuh dan ngobrolnya masih bisa nyambung. Segitu banyak cucu cicitnya masih bisa dihapal satu persatu. Biarpun kalo mau manggil seseorang, semua nama bisa kesebut. Hanya penglihatan yang sudah mulai berkurang. Kecuali kalo dikasih duit, ga bakalan beliau salah lihat nominalnya.

Kalo ditanya apa rahasia umur panjangnya, ga pernah mau buka kartu. Paling banter cuma cerita, kalo leluhurnya orang sakti dan gagah berani. Mau ga mau aku turut bangga juga jadi keturunan mereka. Begitu saktinya leluhurku itu, sampai-sampai gagah perkasanya terwariskan turun temurun sampai 7 turunan.

Cuman sayangnya
Kenapa aku harus jadi keturunan ke 8 ya..?

8 comments:

  1. wow hebat umurnya panjang, buyutku udah gak ada semua

    BalasHapus
  2. Generasi kelima? Wow...hebat...panjang umur ya. Dari jaman Krakatau meletus, berarti udah 120 tahun ++ o_0

    BalasHapus
  3. waw! saya aja cuma ampe generasi ketiga. mantap

    BalasHapus
  4. wahahah, ndak usah tanya kenapa Om, dah takdir kali :p

    hebat ya Om, masih utuh gigi Beliau,jarang2 lho umuran segitu gigine utuh; kebanyakan kan ompong... beruntung sekali Citra...

    BalasHapus
  5. hahahaha... gagah perkasanya sudah menguap pada keturunan ke 8 hak.hak,...hak..*ngakak*

    Dua hari lalu nonton "Hitam Putih" nggak Bro? Tamunya Dedi Corbuzier itu seorang nenek-nenek yang diperkirakan telah berumur diatas 125 thn. Masih sehat dan cantik (untuk ukuran nenek-nenek lo ya) Tapi Mbak buyut itu lebih tua lagi kali ya? ck..ck... Ayo, Bro, tanyain lagi rahasia panjang umur dan gagah perkasanya!

    Bro, ajukan ke MURI aja, sebagai orang tertua di Indonesia, gitu... :)

    BalasHapus
  6. pasti sudah ada sejak zaman belanda tuh...

    BalasHapus
  7. wow, generasi kelima?.. eyang buyut menggendong cicitnya?.. ckckck. kebanyakan dikeluarga saya hanya sampai 3 generasi

    BalasHapus
  8. subhanallaaaah,,,,
    kejadian langka itu

    alhamdulillah mbah buyut nya masih sehat gitu yaa

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena