26 Mei 2011

Nonton Pameran

Sore-sore, iseng aplut foto ke pesbuk. Sebuah komeng gak nyambung masuk, "Nanti malem pembukaan pameran ditunggu di Tubi, Hasoe Foundation live show. *Jo lali pake pempers..." Plus satu ciri khas seniman multitalenta, Hadi Soesanto yang tak pernah hilang dalam setiap sabdanya, nyawer...

Laporan ibue Citra, kalo jam delapanan mau ngumpul temen-temen mumpung di Jogja. Sebagai istri teladan, ibue tak pernah melarang aku keluyuran malam. Tak pernah lupa pula titip pesanan yang panjang lebar, "jangan pulang pagi, jangan ikutan ngerokok, jangan ikutan minum, jangan minta duit buat nyawer, dst dst..."

Sempat terharu juga ketemu Sarwoko, seniman Magelang yang pameran tunggal malam itu. Bagaimanapun juga, pameran ini sudah direncanakan sejak 2 tahun lalu dan aku seksi paling sibuknya. Saat persiapan sudah sampai di tengah jalan, aku malah kabur dari dunia seni Jogja. Tapi pokoknya aku bersyukur banget, pameran bertajuk Puisi Parkit ini bisa terselenggara juga biarpun sampai molor sekian lama.

Aku juga bersyukur banget bisa kumpul lagi sama temen-temen senasib dan sepermendheman dulu. Ketemu Hasoe dan angels nya yang tetap bermulut comberan. Ketemu Katirin yang Agustus mendatang akan pameran tunggal di Tel Aviv. Ketemu Joko Gundul yang sedih suasana kurang semarak semenjak Nurkholis inalillahi. Ketemu seniman-seniman muda yang mengeluh Tubi jarang pameran semenjak aku tinggalkan. Ketemu juga seniman-seniman bau tanah yang sedikit ngomel kekurangan stok bir semenjak aku hengkang. Dan yang paling bikin aku bersyukur, Budi Ubruk tidak muncul, sehingga aku bisa ngeles ga harus buru-buru bayar utang buat ongkos ke Kalimantan dulu.

Mumet ditempel Gandhung yang belum juga bosen jadi penarik pajak, aku ngungsi ke teras belakang. Mini bar yang sekarang tak punya bartender itu masih saja ramai bak angkringan Pakualaman. Suasana disini beda banget dengan di halaman depan, karena disini tempatnya orang-orang pinter. Netok Sawiji masih saja mempertanyakan apakah aku masih sregep nulis di blog. Mike Susanto terus saja mempertanyakan kenapa tak belajar menulis kuratorial saja. Dan yang paling rusak lambenya Kuss Indarto. "Anda sudah layak mengurasi lukisan. Satu, anda suka menulis. Kedua, anda cukup lama berkecimpung di galeri. Tiga, anda berpengalaman bertahun-tahun mengurasi bak mandi..."

Pokoknya indah bener Jogja, kalo untuk urusan nongkrong seperti ini
Yang ga indah tuh kalo dah ada sms masuk nyuruh pulang
Hahah...

1 comments:

  1. wah, seniman tho Om, sampean ki...
    kapan ya bisa nonton gratisan :D

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena