Karena tidak pernah mengistimewakan yang namanya ulang tahun, aku tak punya rencana apa-apa hari ini. Bukan salah bunda mengandung, karena memang dari kecil cuma kenal among-among dan setelah itu tanggal kelahiran selalu lewat begitu saja.
Among-among sebenarnya bukan peringatan ulang tahun, karena dilakukan setiap selapan dina atau weton menurut hari pasaran, bukan kalender masehi. Acaranya cukup meriah walau cuma urab, krupuk, kedelai goreng dan telur rebus dibelah delapan yang ditaruh di atas tampah. Setelah berdoa bersama lalu makan bareng berebutan. Dan di bawah tampah biasanya ada rantang berisi air dan daun dadap. Mereka yang tengah berebut lalu diciprat-cipratin dengan air itu.
Setelah menginjak masa remaja, barulah acara ulang tahun akrab denganku. Cuma acaranya bukan lagi makan-makan urab, melainkan diguyur air. Terutama kalo pas kegiatan Pramuka atau PMR. Biasanya dikerjain dulu dengan berbagai masalah dan tahu-tahu byur....
Selepas sekolah, acara berganti lagi. Ulang tahun dirayakan dengan mendaki gunung bareng teman atau pacar. Tidak ada makan-makan, selain perenungan tentang perjalanan hidup setahun lewat dan harapan masa depan. Plus sun sayang dari sang pacar tentunya.
Setelah menikah, aku juga tidak membiasakan diri bikin acara rame-rame. Cukup berdua istri makan seadanya tapi sedikit istimewa. Tak perlulah buang-buang uang cuma untuk makan. Yang penting kan acara sesudah makan...
Begitu masuk dunia kerja, barulah aku akrab dengan acara makan makan setiap ada yang ulang tahun. Cuma kadang teman-teman tuh nyebelin juga. Siapa yang ulang tahun, siapa yang punya ide, kok tahu-tahu ada tagihan catering di mejaku. Hihihihi... gapapalah setahun sekali nyenengin karyawan.
Dan pagi ini yang sebenarnya aku mau diam-diam saja. Eh, tahu-tahu karyawan baris bawa kue. Seneng dan terharu juga sih mereka masih mau inget. Cuman, tagihannya kok sampai ke mejaku juga sih...?
Among-among sebenarnya bukan peringatan ulang tahun, karena dilakukan setiap selapan dina atau weton menurut hari pasaran, bukan kalender masehi. Acaranya cukup meriah walau cuma urab, krupuk, kedelai goreng dan telur rebus dibelah delapan yang ditaruh di atas tampah. Setelah berdoa bersama lalu makan bareng berebutan. Dan di bawah tampah biasanya ada rantang berisi air dan daun dadap. Mereka yang tengah berebut lalu diciprat-cipratin dengan air itu.
Setelah menginjak masa remaja, barulah acara ulang tahun akrab denganku. Cuma acaranya bukan lagi makan-makan urab, melainkan diguyur air. Terutama kalo pas kegiatan Pramuka atau PMR. Biasanya dikerjain dulu dengan berbagai masalah dan tahu-tahu byur....
Selepas sekolah, acara berganti lagi. Ulang tahun dirayakan dengan mendaki gunung bareng teman atau pacar. Tidak ada makan-makan, selain perenungan tentang perjalanan hidup setahun lewat dan harapan masa depan. Plus sun sayang dari sang pacar tentunya.
Setelah menikah, aku juga tidak membiasakan diri bikin acara rame-rame. Cukup berdua istri makan seadanya tapi sedikit istimewa. Tak perlulah buang-buang uang cuma untuk makan. Yang penting kan acara sesudah makan...
Begitu masuk dunia kerja, barulah aku akrab dengan acara makan makan setiap ada yang ulang tahun. Cuma kadang teman-teman tuh nyebelin juga. Siapa yang ulang tahun, siapa yang punya ide, kok tahu-tahu ada tagihan catering di mejaku. Hihihihi... gapapalah setahun sekali nyenengin karyawan.
Dan pagi ini yang sebenarnya aku mau diam-diam saja. Eh, tahu-tahu karyawan baris bawa kue. Seneng dan terharu juga sih mereka masih mau inget. Cuman, tagihannya kok sampai ke mejaku juga sih...?
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih