19 November 2009

Rebutan Duren

Di sebelah galeri ada rumah kosong yang sebenarnya rumah dinas SMTI. Di halaman rumah itu mepet pagar ada pohon duren yang cukup besar yang sebagian dahannya masuk ke halaman galeri. Jadinya setiap musim duren begini, sebagian buah yang jatuh ke halaman galeri. Akibatnya setiap sore anak-anak tuh pindahan ke teras depan menunggu durian runtuh.

Sudah beberapa hari ini, di rumah kosong itu ada yang ikut nongkrong juga. Mungkin tukang kebun SMTI. Jadilah setiap ada yang jatuh orang itu ikut rebutan dengan karyawanku. Mungkin karena merasa lebih berhak, duren yang jatuh ke halaman galeri pun dia klaim.

Anak-anak ga kekurangan akal. Setiap sore mereka melemparkan batu besar ke halaman rumah kosong. Mendengar ada yang jatuh, pengklaim duren itu langsung celingukan. Kalo dia masuk rumah, dilemparin lagi batu ke halaman sampai bosen. Dan akhirnya pas duren jatuh, dia ga keluar. Dikiranya dikerjain anak-anak kali.

Sekali dua kali sukses menipu orang, akhirnya bocor juga. Dan kemarin durennya diikat pakai rafia agar tidak jatuh ketika ada angin gede. Merasa dicurangi, anak-anak komplen sampai hampir berantem.

Akhirnya aku damaikan begini. Duren yang jatuh ke halaman siapa, dia yang berhak ambil. Kalo memang yang jatuh ke halaman galeri tidak boleh diambil, tukang kebun itu harus menyapu daun-daun duren yang jatuh ke halamanku seumur hidup. AKhirnya beres deh masalah.

Eh, tadi malem. Rombongan polisi yang biasa nongkrong di galeri datang trus nanya, "jare mau do ribut, ono opo, pak..?"

Trus aku jelasin permasalahannya dan sudah selesai. Tapi itu malah jadi masalah baru. Mendengar duren udah mulai pada jatuh, kok malah nyuruh satpamku. "Dar, golekno gantar..."

Walah mubah...
Untung aku ga doyan duren...

4 comments:

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena