05 Juli 2010

Ketika Pulang Kampung

Menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial, apalagi untuk kelas di kampung yang jauh dari kota. Acara pulang kampung tak bisa dianggap sebagai ritual pribadi lagi. Selalu saja ada sisi-sisi sosial yang kadang harus mengesampingkan keinginan pribadi.

Saat pulang kampung, keinginan awal satu-satunya adalah bertemu anak istri dan istirahat dari rutinitas pekerjaan yang mulai menjejali otak. Namun ketika sudah tiba disana, keinginan itu seringkali harus kita lupakan. Yang paling sering adalah istri yang mengajak jalan setelah sekian lama merasa dipingit dari dunia luar. Sampai-sampai ibu mertua suka ngomel, "anak belum 40 hari kok dibawa keluyuran. Ora ilok..."

Setelah hasrat istri terpenuhi, kadang orang tua atau keluarga lainnya mengusik. Mereka yang jarang punya kesempatan jalan-jalan ke kota seringkali menganggap kepulanganku sebagai sarana untuk bisa pelesiran. Mungkin dalam pikiran mereka terbersit kata, mumpung ada kendaraan dan supir nganggur. Sudah harus melupakan istirahat, masih harus menanggung akomodasi peserta lagi. Seperti kemarin, pagi-pagi sudah ada yang sibuk dandan dan bilang minta diantar ke Owabong. Untung istriku cerdas memberikan alasan, "Ya silakan berangkat dengan akomodasi sendiri. Aku ga ikut, anakku belum 40 hari..."

Yang kadang bikin payah, wisata ala orang kampung suka melupakan apa yang dinamakan kenyamanan. Niatnya represing tapi yang daftar seerte. Sampai kadang aku kepikiran mending sewa truk untuk angkut mereka karena mobil ga muat.

Tapi karena hal semacam ini sudah umum, jadinya susah juga untuk menolak. Pilih-pilih peserta malah bisa dianggap pilih kasih dan melanggar Pancasila kedua. Jangankan untuk acara tour dengan sengaja semacam ini. Ketika ada yang harus dirujuk ke rumah sakit pun, penggembiranya bisa luar biasa antusias. Kasus lain yang sering terjadi adalah ketika ada yang mau  ke bandara untuk jemput keluarganya yang pulang dari luar negeri. Berangkat dari kampung saja duduknya sudah pangku-pangkuan. Kebayang engga yang mau dijemput tar duduk dimana..?

Masih ada lagi yang agak susah untuk ditolak. Keponakanku yang bernama Raya, setiap aku pulang pasti langsung ribut naik ke mobil dan ga mau turun. Daripada keinginannya ga diturutin kayaknya mending ngamuk dia. Setiap dibujuk untuk turun, dia hanya akan melirik seolah mengancam, "pilih jalan apa pilih setir mobil aku patahin hayooo..?"

Dan sepertinya Citra pun mulai ketularan adiknya yang lebih gede itu. Kalo dah mulai rewel, dia baru mau diam setelah diajak jalan-jalan. Biar kata harus goyang dombret di jalanan Cilacap yang aduhai, tetap saja dia akan bobo dengan damainya. Kalo dah pinter ngomong, mungkin dia akan bilang, "ayo ayah, jalan-jalan lagi. Bukan aku yang minta kok, biar ibu seneng aja..."

Namun aku suka bingung bila keponakanku yang lain kebetulan juga lagi ada di tempat mbahnya. Si Eza memang lain dari yang lain. Keponakanku yang cowok itu tak tahan udara AC dan lebih suka naik pick up. Kalo aku pulang bawa kendaraan keluarga, dia pasti protes, "mobilnya jelek, bikin masuk angin. Besok kalo pulang bawa kolbak aja ya..."

Aku pun sebenarnya suka pakai pick up. Selain bensinnya irit banget, juga bisa lebih mudah menghindar dari ajakan yang ingin diantar jalan-jalan. Tapi kalo pas musim panen begini, aku malas juga pakai pick up. Bingung soalnya kalo mertua minta bantuin angkut padi. Bisa gatal-gatal seluruh badan tuh, angkat junjung karung padi. Masa aku biarkan mertua angkat junjung sendiri..?

Menantu durhaka...

15 comments:

  1. pertamax,,
    eaduuuhh
    yang sabar aja brada,,,

    BalasHapus
  2. Bener tuh. "Dasar mantu durhaka"
    wkwkwkwk. Sabar aja om. Orang sabar di sayang mertua loch. . .

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. wah seru kegnya,. jd pengen pulkam neg..

    BalasHapus
  5. wah umy, aku selalu sabar kok...

    BalasHapus
  6. sientrue...
    pangennya sih durhaka tapi disayang mertua...

    BalasHapus
  7. lone... ayo dong pulkam...

    BalasHapus
  8. saya malah kepingin kayak anda. selalu dibutuhkan oleh orang lain dan menjadi berguna..:)

    BalasHapus
  9. romancena brrrrraaassssaaaaa.... ^_^

    BalasHapus
  10. tukcol... tapi kalo dah ngalamin kayak gitu, kadang cape jugaaa...

    BalasHapus
  11. Xixi... harusnya bilang nggak bisa nyopir Kang. La dek wingi sing nggowo mobile sopo? Mboten ngertos, wong ujug2 mpun enten teng nggriyo...xixi...

    BalasHapus
  12. wah, jd sadar klo dah ama g pulkam ,hehehe...

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena