Sepi Bikin Pengen Selingkuh

Sudah menjadi kebiasaan ketika pekerjaan sepi, otak biasanya terus dipenuhi berbagai pikiran yang kadang aneh-aneh. Padahal sudah tak perlu diragukan lagi bahwa resiko orang dagang selalu mengikuti waktu yang kadang siang kadang malam. Rame atau sepi order memang sudah menjadi keputusan takdir yang tak bisa diganggu gugat.

Apalagi bila statusnya hanya sebagai karyawan, tingkat kemumetannya lebih tinggi walau tidak sekompleks kelas juragan. Karena selain harus mengikuti suratan siang malam tadi, karyawan harus menyadari bahwa hidupnya tergantung kalender. Ketika tanggal muda hidup serasa 17 tahun dan ketika tanggal tua rambut serasa penuh uban sampai ga pede untuk sekedar jalan-jalan ke mol.

Makanya suka kepikiran untuk kembali hengkang dari kategori karyawan dan kembali menjadi manusia swasta yang merdeka. Enak memang jadi karyawan, asalkan terus kerja tanpa bolos setiap bulan terima gaji. Masalah besar kecilnya gaji itu sih tergantung nasib. Kalo pinter menjilat ya bisa pesat dalam menempuh karir. Tapi aku tetap kepikiran tentang masa depan anak nanti. Setinggi apapun karir kita tetap saja tak bisa diwariskan kepada mereka. Sebutlah jadi direktur. Begitu lengser, anak cuma bisa cerita kalo bapaknya bekas direktur pt anu. Beda sama tukang becak yang minimal bisa mewariskan becaknya kepada anak ketika merasa perlu untuk mengambil pensiun.

Mungkin bisa sih kita persiapkan masa depan anak kalo kita bisa kaya dari pekerjaan itu. Tapi kan memberikan pancing lebih baik daripada memberi ikan. Apalagi bila warisan kekayaan itu tak diimbangi dengan warisan budi pekerti dan etos kerja yang baik, bisa kacau segala yang pernah disusun oleh kita ketika regenerasi terjadi.

Kalo boleh sombong, aku sebenarnya keturunan orang terkaya di negeri ini. Semua orang bilang kekayaan leluhurku tak habis dimakan tujuh turunan. Cuma sayangnya kenapa aku terlahir sebagai turunan ke delapan. Rasa iri terhadap leluhur itu yang kadang mengganggu pikiran dan tercetus ide bagus untuk menjadi koruptor. Dan itu sudah aku mulai sejak lama dengan melatih diri mengkorupsi jam kerja dan internet kantor buat ngeblog misalnya. Jadi koruptor memang pendapatannya ga seberapa, tapi sampingannya itu lho yang menggiurkan. Lihat saja ke sekeliling, begitu banyak koruptor yang nyambi jadi direktur, polisi, jaksa, bupati dan jabatan publik kecuali presiden tentunya. Karena khusus posisi itu memang aman dan sulit untuk diadili.

Kadang aku kepikiran untuk banting supir jadi entertainer di tipi. Ga perlu cerdas asal nyebelin pasti kebanjiran job. Cuma aku males kalo harus jadi bencong dulu seperti Olga misalnya. Seperti kita tahu Olga Syahputra nama aslinya adalah olga Syahwatputri. Lalu dia... halah, maap. Malah mau belok ke mumetologi lagi...

Kembali ke letop...
Pemikiran-pemikiran semacam ini bukan sekali dua kali muncul dalam otak. Setiap kerjaan sepi pasti otak jadi ngelantur. Makanya aku suka heran, kenapa waktu kosong ini tidak digunakan untuk berinovasi mencari cara agar bisa dapat konsumen baru lagi. Yang terpikir malah cari batu loncatan yang lebih nyaman. Jadinya terkesan aku tuh cuma pecundang yang mau enaknya saja. Ketika nemu yang ga enak, kesetiaan mulai luntur dan berniat selingkuh. Padahal dengan pekerjaan dan juragan di Jakarta aku sudah merasa aman, nyaman dan terkendali. Mungkin beda kasusnya bila aku tak akur dengan si bos. Payah...

Untung saja ada blog sebagai tempat ngoceh yang bisa mengisi kekosongan waktu agar otak tidak ngelantur. Cuma kebanyakan ngeblog juga jadi ga enak juga sama si bos. Kesannya semangat belajar korupsinya jadi rajin banget. Dan ketika aku putuskan untuk memperbanyak tidur, kecaman yang tak aku mengerti dari tetangga sebelah mulai datang.

Cukup aneh bila seseorang yang gemar tidur disebut pemalas atau orang yang tidak suka melakukan kegiatan apa-apa. Padahal untuk bisa tidur diperlukan usaha keras. Sampai-sampai ada yang nekat minum obat tidur sampai klenger hanya untuk bisa tidur. Di sisi lain orang yang enggan tidur justru dikatakan rajin. Padahal orang yang tidak kenal lelah seperti ini sebenarnya disebabkan ia malas tidur. Seharusnya jika cukup lelah, dia akan tertidur dengan sendirinya.

Duh...
Kok mulai bingung lagi dengan kalimat-kalimatnya ya..?
Jangan-jangan aku masih mumet neh. Dilanjut besok aja ya...
Semoga cepat sembuh...