23 November 2011

23 Nopember

Lagi ngubek-ubek google mencari sesuatu, aku malah nyasar ke jurnalku sendiri 4 tahun yang lalu. Sebuah tulisan tentang kisah pedih saat aku kehilangan teman-teman terbaikku pada tanggal ini 18 tahun yang lalu. Ingin rasanya aku menuliskan sesuatu tentang mereka. Tapi hampir satu jam aku membuka notepad, bukan sebuah cerita yang bisa aku buat. Hanya sesak dalam dada yang ada. Agar hari ini tak berlalu begitu saja, mumpung aku lagi ingat, aku kutipkan saja sepotong kisah dari tulisan jadul itu.

---

Polres Banyumas, 22-11-92 10:00
Rapat Krida SAR Saka Bhayangkara di Aula Sumarto Polres Banyumas, merencanakan pelaksanaan kegiatan Latihan Dasar SAR pantai di pantai Selok – Srandil Cilacap. Aku yang saat itu Ketua Instruktur Muda Krida SAR ditunjuk menjadi tim survai bersama dua anak buahku, Muryanto dan Daryo.

Petilasan Jambe Pitu, 22-11-92 14:00
Setelah lapor ke Polsek  Adipala, tim kecil mulai bergerak dari Petilasan Jambe Pitu menelusur gua-gua yang ada di sepanjang pantai Selok sampai dengan Gunung Srandil.

Gua Rahayu, 22-11-92 17:00
Timku memasang tenda untuk istirahat sejenak sebelum memulai pengamatan lokasi lebih lanjut malam nanti. Baru selesai pasang tenda, datang 4 orang kawan dari Purwokerto menyusul. Eko Win, Wardan, Ratna dan Gina.

Gua Rahayu, 22-11-92, 23:00
Timku selesai melaksanakan survai malam. Karena ada teman perempuan yang menyusul, aku memutuskan untuk tidur di gua. Yang laki-laki di ujung sebelah barat yang perempuan di ujung sebelah timur berjarak sekitar 10 meteran. Aku sendiri duduk di tengah-tengah sambil menjaga api unggun.

Tengah malam aku terbangun ketika mendengar suara berbisik-bisik. Aku melirik ke mulut gua. Aku terhenyak, tapi entah mengapa aku tak ingin berbuat apa-apa dan hanya memperhatikan Mury dan Ratna tengah duduk berduaan di atas pasir sambil menatap bulan diatas laut. Ada yang sedikit tertangkap di telingaku, keduanya tengah saling menyatakan cinta. Alangkah indahnya….

Gunung Srandil, 23-11-92 11:00
Aku menyelesaikan survai akhir bersama timku ditambah Wardan. Sedangkan Eko Win, Gina dan Ratna pulang duluan ke Purwokerto. Aku beristirahat di warung kopi pak Ali dekat pantai sambil menjemur tenda yang baru dicuci, sementara tiga anak buahku berlarian sepanjang pantai ke arah timur.

Satu jam berlalu mereka tak juga kembali. Akupun menyusul mereka ke arah Gunung Srandil. Kulihat Mury dan Daryo berteriak-teriak di tengah ombak. Aku berlari mendekat dan melihat Wardan terseret arus. Kuambil tali yang mereka bawa dan aku lemparkan ke arah Mury dan Daryo. Aku perintahkan mereka naik ke pantai sementara aku berenang ke tengah ke arah Wardan dan mengikat pinggangnya. Tiba-tiba arus kuat menarikku. Akupun mengikat tali ke pinggang dan berteriak agar Mury dan Daryo menarik tali. Entah aku salah teriak atau mereka salah dengar, keduanya malah ikut lari ke arah laut.

Setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi. Semuanya begitu cepat. Yang aku ingat, arus bawah laut begitu kuat menyedot dan ketika muncul aku sudah berada di tengah laut. Aku tak melihat Wardan. Yang kelihatan hanya Daryo dan Mury yang terus histeris ditengah gulungan ombak laut selatan yang ganas. Sia-sia aku berusaha menenangkan mereka.

Cukup lama aku berjuang menarik ketiga temanku sampai akhirnya aku pasrah. Kulepas ikatan tali di pinggangku dan berenang sendiri ke pantai. Dari pantai mereka sudah tak tampak lagi. Lalu aku lari seperti tanpa sadar mendaki gunung Selok menuju Pos PPA. Dari sana aku diantar seseorang ke Polsek Adipala.

Polsek Adipala. 23-11-92 14:00
Rombongan Sat Bimmas Polres Banyumas tiba di Polsek Adipala disusul Tim SAR dari berbagai daerah. Menjelang sore aku dibawa kembali ke Purwokerto oleh Pamong Saka.

Polres Banyumas, 23-11-92 20:00
Aula Sumarto penuh teman-temanku yang ingin tahu nasib ketiga rekanku. Sedih rasanya melihat teman-teman perempuan semuanya bermata sembab. Sepanjang malam aku terus menenangkan Ratna yang histeris tidak bisa menerima kekasihnya yang baru semalam terbawa ombak. Berulang kali aku masuk ke ruang Sabhara memanggil Polsek Adipala melalui radio untuk menanyakan hasil pencarian oleh Tim SAR.

Polres Banyumas, 24-11-92, 07:00
Semua yang disitu tidak ada yang tidur sepanjang malam. Setiap kali radio di penjagaan berbunyi, mereka sigap memasang telinga. Sampai akhirnya dari Polres Cilacap memanggil. Ketiga korban sudah ditemukan di pantai Bunton dalam kondisi meninggal...

Kroya, 24-11-92, 14:00
Aku yang sempat shock dengan berita pagi tadi akhirnya sedikit mampu menguatkan diri. Bersama beberapa orang teman aku segera meluncur ke Kroya untuk menghadiri pemakaman ketiga rekanku. Hanya pemakaman Daryo dan Mury yang sempat aku hadiri.

---

Tidak ada yang bisa kuucapkan selain rasa belasungkawa, haru sekaligus bangga dengan apa yang telah mereka lakukan demi pendidikan anak-anak bangsa melalui Gerakan Pramuka. Tidak ada kata sia-sia untuk segalanya. Selamat jalan teman. Semoga aku dan teman-teman yang ditinggalkan kan mampu melanjutkan perjuanganmu walau di jalan yang berbeda. Amiiin...

Banjarmasin, 23 Nopember 2011

7 comments:

  1. jadi renungan mendalam yah.. kejadian 18 tahun lalu, tahun 1993.. bisa buat bahan renungan juga, bahwa bahaya bisa mengancap siapa saja dan dimana saja.

    merinding.

    BalasHapus
  2. turut berduka cita ya raw..
    mereka pasti akan selalu ada dihatimu..

    BalasHapus
  3. ceritanya mendalam..
    turut berbela sungkawa..

    BalasHapus
  4. kenangan yg sangat mengharukan..
    kenangan yg menyimpan sejuta kenangan, sejuta rasa..

    BalasHapus
  5. salam kenal mas dari blogger Pontianak :D

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena