20 November 2011

Krisis Listrik

Kalimantan memang negeri yang aneh. Pulau yang termasuk salah satu paru-paru dunia dengan hutan hujan tropisnya yang luas, tapi air bersih seringkali sulit didapatkan. Tanah yang didalamnya penuh energi dengan kandungan minyak dan batubara yang begitu besar, namun listrik saja jadi barang mewah.

Bisa dibilang orang Kalimantan hidup di atas energi. Hampir di seluruh wilayahnya mengandung batubara. Setiap hari ribuan ton batubara dikeruk tapi entah kemana hasilnya. Sebagian kecil daerah yang sudah teraliri listrik, kualitasnya lumayan parah dan byar pet setiap waktu. Benar banget apa kata orang, bahwa Kalimantan tak pernah ada yang namanya krisis ekonomi. Tapi soal energi, jangan tanya deh.

Semua bidang usaha yang mengandalkan listrik termasuk usaha kecil harus menyiapkan genset agar usahanya bisa terus berjalan. Padahal harga solar disini sampai 10 ribu perak per liter. Untuk daerah yang agak kota, memang masih ada solar bersubsidi yang lebih murah. Tapi untuk beli sekian puluh liter saja harus antri seharian dan SPBU lebih sering memasang papan pengumuman bertuliskan solar habis.

Di kantor pun krisis energi begitu terasa. Apalagi manajemen kadang kurang memperhatikan kebutuhan di site ketika mengirim genset. Dengan pertimbangan ekonomi, genset tidak juga ditambah. Padahal pengembangan ruang kantor dan mess terus berjalan. Makanya MCB jadi sering anjlok karena kelebihan beban.

Bolak-balik masalah ini dilaporkan, bukan genset lebih besar yang dikirim. Tapi sebuah instruksi agar pemakaian listrik diatur. Siang hari dilarang menyalakan AC di mess. Setelah kantor bubaran baru bisa merasakan ruangan istirahat yang adem. Padahal justru siang hari AC sangat dibutuhkan karena cuaca disini memang sangat panas. Kasihan mereka yang kebagian shift malam. Siang hari yang semestinya digunakan untuk istirahat, tak bisa dinikmati dengan nyaman karena larangan menyalakan AC itu. Ketahuan nyolong-nyolong, dijamin dapat bonus omelan juragan.

Aku yang kebetulan jarang ngantor dan lebih suka kerja di mess otomatis terganggu banget dengan peraturan itu. Sampai akhirnya aku akalin dengan memberantakin kamar dengan berbagai PC dan kabel-kabel. Aku sampaikan ke bos bahwa kamarku berfungsi sebagai ruang switching yang AC nya ga boleh mati sebagaimana ruangan server. Nasib baik berpihak kepadaku dan akhirnya AC di kamar bisa nyala 24 jam. Lebih keren lagi, kalo aku ke lapangan dan mematikan AC, waktu bos inspeksi suka ngomel-ngomel ke OB mess. "Heiii, siapa yang matiin AC ruangan ini...? Kalo internet error, tambang ga bisa dapat duit tau..."

Menyenangkan memang bisa dapat fasilitas khusus semacam itu. Tapi ada juga ga enaknya. Karena cuma kamarku yang bisa adem di siang hari, berubahlah kamar kesayangan menjadi barak pengungsian orang-orang yang kepanasan di mess. Lebih parah lagi, aku jadi ga bisa menyimpan stok cemilan karena pasti habis dijarah.

Kapan bumi yang kaya ini bisa menikmati kekayaannya sendiri..?

4 comments:

  1. pinter ya om, cari alesan biar ACNya nyala 24 jam. hihihi.. beda kalo dikantorku, ACnya central dan kalo siang udah berasa di dalem kulkas.. kademen.

    BalasHapus
  2. well, meski negeri kita gudangnya barang tambang tapi kapan ya bisa dapet hujan emas di negeri sendiri....,, T_T

    BalasHapus
  3. saya juga suka bingung Om, di Banjarmasin apa sih yang bisa diandalin?? kalau nggak banyu macet, listriknya padam...bensin emang selalu ngantri kalau di SPBU kalau beli dieceran takutnya dicampurin macem2.

    BalasHapus
  4. hehehee....jangan mikir cemilan...
    mikir pahala ae
    hahahahaa

    menyediakan tempat pengungsian yang nyaman, termasuk menjamin keamanan perut tiap pengungsi merupakan amal yang tak ternilai

    Hahahahaa

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena