18 November 2011

Argo Pecel

Buat yang bertanya-tanya tentang Argo Pecel di jurnal sebelumnya, itu merupakan sebutan masyarakat di sekitar rel terhadap kereta ekonomi di jalur selatan. Banyaknya pedagang pecel di kereta api membuat nama itu kemudian melekat setelah kereta generasi Argo lahir.

Pecel yang menjadi ciri khas daerah selatan bisa dibedakan dengan adanya combrang atau honje, sehingga sering disebut dengan nama pecel combrang. Di daerah Kroya dan sekitarnya, pedagang pecel sering menawarkan dalam bentuk paket yang disebut pecel rangkulan. Maksudnya pecel ditambah urang (rempeyek udang), sekul (nasi) dan kelan (sayur). Tak aneh bila kita naik kereta dan singgah di stasiun Kroya, akan banyak pedagang asongan yang berteriak "rangkulan, mas.."
Nawarin pecel itu, bukannya ngajak berangkulan.

Maraknya bisnis pecel di stasiun Kroya yang masuk wilayah Cilacap Jawa Tengah itu, tak bisa lepas dari kiprah pemerintah Hindia Belanda yang menjadikan kereta api menjadi tulang punggung transportasi wilayah Jawa bagian selatan, bersamaan dengan pengembangan jalur utara dengan Jalan Daendelsnya. Kroya dijadikan titik pusat jalur kereta karena pemerintah Hindia Belanda memang menyukai etos kerja masyarakat Cilacap Kebumen untuk dijadikan pekerja. Dari Kroya lah ribuan buruh dikirim ke berbagai onderneming perkebunan atau pabrik gula di seluruh wilayah jajahan. Ramainya lalu lintas manusia di jalur Kroya itulah yang kemudian dilirik oleh usahawan pecel sebagai peluang emas.

Saat PJKA mulai membagi-bagi kelas kereta menjadi ekonomi, bisnis dan eksekutif, lingkup kerja para entreperenur pecel dibatasi hanya pada kereta ekonomi. Untuk kereta kelas Argo, kiprah mereka digantikan oleh pramugari-pramugari yang cantik, bersih dan wangi. Karena simbok pramugari pecel hanya ada di kereta ekonomi, nama Argo Pecel lama kelamaan melekat pada kereta rakyat itu.

Memang ada keasyikan tersendiri saat menumpang Argo Pecel. Interaksi antar penumpang dan para pedagang asongan terlihat akrab walau di beberapa kesempatan kadang menyebalkan. Mereka merupakan pejuang ekonomi yang tangguh. Tak peduli kereta penuh sesak, tetap saja bisa lewat sambil menyunggi dagangan di atas kepala. Soal kebersihan dan lain-lain ga perlu dipikirkan lah, namanya juga kereta rakyat. Tak jarang simbok pecel habis "nyusur" atau mengunyah sirih kemudian main comot sayuran sana sini saat melayani pembeli tanpa perlu cuci tangan dan merasa cukup mengelap tangannya dengan jarit atau kain yang dipakainya.

Not recomended kah..?
Tentu saja tidak. Karena untuk masyarakat kalangan bawah, kondisi semacam itu bukan alasan untuk tidak menikmati kuliner khas yang nikmat. Bertahun-tahun aku pernah akrab dengan makanan rakyat itu, tak pernah dapat keluhan sakit perut kecuali sesak nafas kekenyangan. Itulah sebabnya kenapa aku kadang merindukan Argo Pecel dan segala hiruk pikuknya.

Pokoknya hari kamis makan pecel
I miss you girl...

Yang masih penasaran bisa baca ulasannya di Kompas.



8 comments:

  1. oh begitu toh kenapa bisa disebut Argo Pecel.. duh kapan ya bisa ngerasain adventure ini....

    BalasHapus
  2. kalo yg ngajak rangkulan kayak yang diphoto itu ya mikirnya sejuta kali.....,,;p

    BalasHapus
  3. Oh...gitu ya asal mula namanya...

    kirain pecel yg dijual di taksi :D

    BalasHapus
  4. perutnya ternyata gak sensi dong, dicomotin pecel bekas susur... btw aku juga suka pecel. tp naik kereta ekonomi terakhir kapan ya... mmm lupa... sori. maklum single fighter jadi suka memanjakan diri sendiri, termasuk faktor alasan keamanan #huhalasan

    BalasHapus
  5. Gue terakhir makan pecel waktu di Jogja, kira-kira 6 Tahun yang lalu, duh jadi kepengen kan tuh B)

    BalasHapus
  6. saya blum tau percis yg namanya pecel.

    BalasHapus
  7. barusan ngegugel imej, tapi masih bingung, apakah bunga ato daunnya yang dimakan, tapi manapun itu jadi ngiler siang-siang..

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena