19 November 2011

Kartu Kredit

Masih kilas balik saat bolos ke Jogja kemarin. Setibanya di rumah, ibue menyodorkan amplop tebal yang ternyata isinya Kartu Kredit Gold dari CIMB Niaga. Sempat bingung juga karena aku tak pernah merasa apply kartu kredit ke bank manapun. Sempat kepikiran untuk menggunting atau mengembalikan kartu tersebut ke bank yang bersangkutan. Tapi setelah mikir agak panjang, aku rasa ada baiknya kartu itu aku simpan saja di dompet. Bagaimanapun juga aku lagi sering bepergian jauh menyebrang lautan.

Walau hutang bukanlah sesuatu yang mengenakan pada saat jatuh tempo pembayaran, tetap saja kita harus mempersiapkan diri agar suatu saat bisa dapat dana pinjaman secara mudah terutama dalam kondisi darurat. Secara pasti, aku sudah mempersiapkan ini sejak 3 tahun lalu sebagaimana pernah aku tulis di jurnal Pengen Punya Rumah.

Dimulai dari trik pada jurnal diatas untuk meraih kepercayaan bank, aku melanjutkan aksi tipu-tipu ke pihak leasing. Waktu itu, kantor memberikan bonus kepada karyawan berupa kendaraan yang dibayar secara kredit selama satu atau dua tahun. Aku yang waktu itu pegang General Affair mempunyai wewenang untuk mengatur semuanya. Dengan persetujuan kantor dan karyawan yang dapat motor, semua kredit mereka dibuat atas namaku dan hanya STNK nya saja yang atas nama pemilik. Aku berani ambil resiko itu karena pembayaran cicilannya dilakukan oleh kantor yang yakin banget ga bakalan macet.

Beberapa kali ngredit motor dengan cicilan lancar, aku tak pernah kesulitan lagi bila berurusan dengan leasing. Cukup nelpon atau sms, pihak leasing langsung mengatakan "beres bos" dan tak pernah bikin acara macam-macam. Dengan modal itu aku tak menemukan kesulitan ketika mencoba ngredit mobil. Malah kadang-kadang jadi menyebalkan. Motor atau mobil satu saja belum habis, sudah ditelponin lagi, "kapan ambil lagi, pak..?"

Mungkin hal yang sama berlaku untuk kartu kredit yang baru aku terima itu. Jaman masih getol belajar bisnis online, sampe mencret pengen kartu kredit kelas paling rendah untuk bikin paypal tidak ada satupun yang approved. Berbagai dalih gaji dan segala persyaratan sudah memenuhi syarat, tetap saja belum ada hasil. Termasuk mencoba setiap SPG yang nawarin kartu kredit di mall-mall, semua berakhir dengan pernyataan sama, "aplikasi anda ditolak." Setelah menggunakan trik ngerjain leasing dan bank selama 2 tahun, tanpa perlu nyodor-nyodorin aplikasi, berbagai kartu berdatangan ke rumah entah dapat data darimana. Rada sialan memang untuk urusan kebocoran data keuangan pribadi ini. Tapi gimana lagi, namanya juga Indonesia Raya.

Selama ini semua kartu tak diundang itu selalu aku tolak, karena niatku memang bukan itu. Aku tak mau terjebak konsumerisme dan jadi penggemar hutang. Aku butuh kepercayaan untuk bisa hutang dengan mudah hanya sebagai persiapan kalo nemu keadaan darurat saja. Makanya kartu kredit hanya aku gunakan untuk beli keperluan yang memang duitnya sudah ada. Aku tak mau memaksakan diri untuk membeli barang secara cicilan dengan kartu kredit.

Kebetulan di kantor ini, segala kebutuhan IT dikelola sendiri tidak melalui bagian purchasing. Sehingga kalo ada kebutuhan barang, duitnya aku masukin rekening dan bayar pake kartu kredit. Kata teman yang kerja di bank, kalo pembayaran lancar dan nilai transaksinya besar, aku bisa naik limit atau naik kelas jadi platinum dan pembebasan iuran tahunan seumur hidup. Aku pikir lumayan juga buat cari kepercayaan bank dan nambah point reward.

Semoga aku bisa bertahan dengan prinsip itu dan tidak terbawa arus dimana kartu kredit dianggap sebagai simbol status sosial. Pokoknya kartu kredit hanya digunakan untuk menunda pembayaran dan bukan alat untuk menambah beban hutang yang bisa mengacaukan cash flow pribadi.

Bebannya memang seringkali terasa berat. Kalo pas jalan lihat banner gadget menarik dengan embel-embel bunga 0%, gatal banget rasanya tangan pengen main gesek. Tapi aku harus bisa belajar ke pengalaman beberapa teman yang sampai jual mobil hanya karena tak mampu menahan diri. Karena tak merasa keluar uang dan bisa dapat barang, orang kadang ga bisa berpikir lebih panjang. Mungkin benar kata teman yang di bank, bahwa keuntungan terbesar dari provider kartu kredit adalah dari nasabah golongan menengah ke bawah. Tangan mereka lebih gatal dan merasa cukup membayar tagihan minimum barang bisa dibawa pulang. Padahal keuntungan bank justru dari pembayaran semacam itu dimana nasabah akan dibebani bunga berbunga. Untuk nasabah kelas atas, kartu kredit hanya dijadikan pengganti uang tunai saja sehingga penggunaannya dianggap sebagai kemudahan tambahan dari bank. Jadinya keuntungan yang didapat bank relatif lebih kecil karena pembayarannya cenderung tepat waktu.

Ada yang punya pengalaman lain dengan kartu kredit..?






6 comments:

  1. Saya gak punya kartu kredit mas, kalo lagi butuh duit paling juga gosok2 guci atau kendi ngarep metu jin-e...

    BalasHapus
  2. bebek punya kartu kredit, hanya digunakan saat ga ada uang di dompet.. hanya untuk memudahkan saja koq.. setelahnya mah kalo bisa ga dicicil bayarnya, lebih baik dibayar full.. jadi ga kepikiran terus..

    *Zziiittss..*

    BalasHapus
  3. tapi jangan salahkan debt collector ya mas,kalau mas nunggak pembayaran kartu kredit
    soalnya tuh memang tugas mereka,
    dan yang salah nasabah itu sendiri yang kagak menepati janji sesuai perjanjian,hehehe
    kartu kredit tuh kaya lintah darat mas,makanya semakin ke tanggihan pakai semakin besar resikonya loch

    BalasHapus
  4. nah trus mas kok bisa dateng tuh kreditnya siapa yg meng aply kan ,, setahu sy buat kartu kredit kan hrs survey2 segala,,harus tau siapa yg menggunakan

    BalasHapus
  5. Kalo aku masih seneng dengan kartu debet platinum BCA wae,...
    rasah utang-utangan nggo kartu kredit, Toh hasilnya sama kudu bayar juga.

    Tapi kadang perlu CC juga ding...apalagi yen meh approved paypal

    BalasHapus
  6. kata org-org pinter mas, tricknya: harus punya 2 kartu kredit, klw kita gesek pake kartu pertama, nanti pas jatuh tempo, dibayar pake kartu kedua, nah nanti yang kartu yg kedua jatuh tempo, dibayar pake kartu pertama, sampai terakhir, tinggal kita bayar cashnya. jd bebannya ga berat.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena