Susah juga kerja di perusahaan keluarga yang tak pernah jelas strukturnya. Keluarga besar big bos bisa seenaknya datang dan pergi sesuka hati bak wisatawan. Kalo sekedar jalan-jalan sih ga masalah. Tak jarang mereka tinggal agak lama, menggusur kamar orang lalu mengacak-acak tatanan perusahaan. Mungkin dipikirnya perusahaan ini cuma toko kecil milik saudaranya yang dia berhak teriak-teriak ke setiap pegawainya dengan mengatasnamakan "gua saudara bos lo". Tak aneh kalo pekerjaanku menyusun sistem informasi manajemen jadi acakadut selalu dibongkar pasang karena SOP yang terus saja berubah.
Bulan ini datang lagi wisatawan yang kemudian tinggal di mess sebelah kamarku. Karena cerewetnya minta ampun, warga mess menyebutnya sebagai mak lampir. Sebenarnya para penghuni mess bete berat dengan kehadiran beliau. Tapi apa mau dikata sistem kepegawaian disini tak bisa mengalahkan warga kelas satu yang sudah divaksin anti SP dan anti mutasi itu.
Yang menyebalkan adalah kebiasaanya mencela saudaranya sendiri yang tak sepemahaman ke setiap orang setiap waktu. Tak mau tahu kalo orang yang dihujatnya punya kedudukan dalam struktur perusahaan, dengan enak dia menyuruh orang untuk merubah banyak hal yang sudah ditetapkan sebelumnya. Salah satunya kebijakan membeli air bersih dari PDAM yang distop dengan alasan buang duit sebulan sampai 20 juta untuk beli air bisa bikin bangkrut. Mau ga mau warga mess harus keluyuran lagi setiap mau mandi karena tak tega harus mandi susu hasil sedotan pompa air yang berlumpur.
Satu-satunya ruang santai karyawan pun mulai diambil alih. Tipi yang biasa dipakai karyawan yang lepas tugas kini tak bisa digunakan dengan bebas. Setiap siang hari dipakai mak lampir untuk nyetel senam dari DVD sementara beliau ikutan berkungfu ria didepannya. Mending kalo mau ngecilin volume tipinya. Ini sudah disetel pol, beliau suka ikutan teriak mengikuti gerakan senam. Tau rumah panggung, acara lompat jingkrak pun dilakukan. Akibatnya karyawan yang lagi bobo siang dijamin pengen ngejedotin kepalanya sendiri ke kusen pintu. Kalopun lagi tidak senam, mak lampir suka karaokean dengan riangnya. Sampai-sampai para penghuni mess suka nyeletuk, "berasa hidup di hongkong. coy..."
Bete dengan gangguan mak lampir, warga mess suka balas dendam dengan membuat keributan tandingan. Kalo kelihatan tipi lagi nganggur, mereka rame-rame ngeduluin nyetel sesuatu yang heboh. Apalagi musim bola seperti kemarin. Kesempatan tuh buat gantian teriak-teriak sampai tengah malam.
Mereka mungkin senang. Tapi aku yang jadi pusing kepala. Bagaimanapun juga tempat kerjaku ya di kamar itu. Bagaimana bisa kerja kalo siang malam ada pasar malam pindahan seperti itu. Makanya senin pagi ketika dari Jakarta nagih laporan mingguan, dengan damai aku balas emailnya, "laporan apaan bos..? Seminggu ini aku ga bisa ngerjain apa-apa..."
Si bos ga ngambek malah minta saran pendapat tentang cara meningkatkan produktifitas perusahaan. Bingung mau jawab apa, akhirnya aku balas sekenanya. "Sudah ga perlu saran apa-apa, bos. Semua teoriku kan belum teruji di lapangan. Kalo dipaksakan tar malah bikin kacau keuangan. Pakai cara bos saja yang sudah yakin berhasil..."
"Maksud lo..?"
"Ya seperti sekarang ini. Biar kacau, buktinya bos bisa kaya raya..."
Bulan ini datang lagi wisatawan yang kemudian tinggal di mess sebelah kamarku. Karena cerewetnya minta ampun, warga mess menyebutnya sebagai mak lampir. Sebenarnya para penghuni mess bete berat dengan kehadiran beliau. Tapi apa mau dikata sistem kepegawaian disini tak bisa mengalahkan warga kelas satu yang sudah divaksin anti SP dan anti mutasi itu.
Yang menyebalkan adalah kebiasaanya mencela saudaranya sendiri yang tak sepemahaman ke setiap orang setiap waktu. Tak mau tahu kalo orang yang dihujatnya punya kedudukan dalam struktur perusahaan, dengan enak dia menyuruh orang untuk merubah banyak hal yang sudah ditetapkan sebelumnya. Salah satunya kebijakan membeli air bersih dari PDAM yang distop dengan alasan buang duit sebulan sampai 20 juta untuk beli air bisa bikin bangkrut. Mau ga mau warga mess harus keluyuran lagi setiap mau mandi karena tak tega harus mandi susu hasil sedotan pompa air yang berlumpur.
Satu-satunya ruang santai karyawan pun mulai diambil alih. Tipi yang biasa dipakai karyawan yang lepas tugas kini tak bisa digunakan dengan bebas. Setiap siang hari dipakai mak lampir untuk nyetel senam dari DVD sementara beliau ikutan berkungfu ria didepannya. Mending kalo mau ngecilin volume tipinya. Ini sudah disetel pol, beliau suka ikutan teriak mengikuti gerakan senam. Tau rumah panggung, acara lompat jingkrak pun dilakukan. Akibatnya karyawan yang lagi bobo siang dijamin pengen ngejedotin kepalanya sendiri ke kusen pintu. Kalopun lagi tidak senam, mak lampir suka karaokean dengan riangnya. Sampai-sampai para penghuni mess suka nyeletuk, "berasa hidup di hongkong. coy..."
Bete dengan gangguan mak lampir, warga mess suka balas dendam dengan membuat keributan tandingan. Kalo kelihatan tipi lagi nganggur, mereka rame-rame ngeduluin nyetel sesuatu yang heboh. Apalagi musim bola seperti kemarin. Kesempatan tuh buat gantian teriak-teriak sampai tengah malam.
Mereka mungkin senang. Tapi aku yang jadi pusing kepala. Bagaimanapun juga tempat kerjaku ya di kamar itu. Bagaimana bisa kerja kalo siang malam ada pasar malam pindahan seperti itu. Makanya senin pagi ketika dari Jakarta nagih laporan mingguan, dengan damai aku balas emailnya, "laporan apaan bos..? Seminggu ini aku ga bisa ngerjain apa-apa..."
Si bos ga ngambek malah minta saran pendapat tentang cara meningkatkan produktifitas perusahaan. Bingung mau jawab apa, akhirnya aku balas sekenanya. "Sudah ga perlu saran apa-apa, bos. Semua teoriku kan belum teruji di lapangan. Kalo dipaksakan tar malah bikin kacau keuangan. Pakai cara bos saja yang sudah yakin berhasil..."
"Maksud lo..?"
"Ya seperti sekarang ini. Biar kacau, buktinya bos bisa kaya raya..."
susah juga ya, kalau kerja sdh merasa nggak nyaman lagi, tapi setidaknya berkata apa adanya dengan bos spt yg kamu bilang di alinea terakhir setidaknya masih ada kesempatan untuk berterus terang tentang apa yg ada di hati, jadi penasaran tindakan bosmu selanjutnya gimana ya ? :)
BalasHapuswahhh, sayangnya ...malah jor-joran gitu. Keknya Om Rawins udah mumet banget deh, gimana ya Om...inget keluarga aja deh Om, biar ada semangat kerjanya >.<
BalasHapusmasih dengan kotak komentar yang ribet inih...huuhh..
BalasHapusjadi penasaran ama yg namanya mak lampir..kayak apa sih orangnya? semoga ga kayak bebek..
bertahan demi keluarga dan teman2 ya mas :) kalau gak salah kalau masrawin keluar nanti teman2nya ikutan keluar bukan?
BalasHapusmana foto mak lampir nya yg lagi latihan kung fu?
BalasHapusPenasaran dengan si mak lampir :D
BalasHapusMukanya seperti apa ya? Hihihihi... :D
Usir aja mas, anggap aja kamar sendiri, ahahaha....
Kerja di kantor mas kayaknya ribet juga ya :D
Coba diajak jalan-jalan liat-liat gadis yg mandi di sungai mas...
BalasHapusjadi kantornya pakai rumah boss dan di rumah panggung?
BalasHapus@ ay:
BalasHapuskalau pakai koment embed below pos susah komen
Pertama-tama: Salam metal buat Mak Lampir!
BalasHapusKedua, hebat juga dirimu ya, Bro. Bisa bilang 'seminggu ini aku gak bisa kerjain apa-apa'. Kalo aku ngomong gitu ke si bos-ku, pasti langsung ditendang dari lantai 2 :D
sayang foto mak lampir-nya tak disertakan di sini
BalasHapusngebaca ceritanya, kayak nya nyebelin amat itu mak lampir:o
BalasHapussabar yaaa ngadepin sikap si mak lampir--"
wah sob , keluh kesah yg pantas di dengar bos nih,, oh ya btw tu bos sering ngenet gak sob,, siapa tau ntr ke buka nih blognya mas rawin
BalasHapusternyata kita sejenis tah bang Rawins.
BalasHapusbtw bikin sisfonya pakai apa?
berbasis web pa desktop?
Java?
Dot Net?
memang rasanya sangat menyebalkan sekali, kalo ada orang yg kurang bisa menjaga sikapnya.
BalasHapusserasa mess punya nenek moyangnya, hee
untung saja bos nya bisa memahai, coba kalo nggx..
BalasHapusmungkin sudah di marahi..
wow...
BalasHapus