28 Februari 2010

Nexian Dech Loe..

Aku pikir, jaman sekarang sudah tidak ada lagi orang yang menyebut nama generik suatu barang dengan nama produk seperti jaman dulu. Seperti orang menyebut kamera dengan kata kodak, pompa air dengan sebutan sanyo, atau sepeda motor dinamakan honda.

Eh, kemarin pagi pas aku minta tolong juragan duren di depan galeri untuk cari koran KR, dia malah balik nanya, "KR opo, pak..?"

"KR yo Koran Kedaulatan Rakyat, kok KR opo..?" tanyaku bingung.

Read More

24 Februari 2010

Kerja Bhakti

Mendengar si Bos mau ke Jokja hari ini, pagi-pagi pasukan aku kerahkan kerja bhakti, cuci mobil dan beres-beres galeri yang mulai mirip rumah tua. Semenjak pembantu dan asistennya ngabur ke Jakarta, aku memang belum sempat cari ganti. Akhirnya pekerjaan bersih-bersih baru terjamah paling tiga hari sekali.

Sibuk kerja bhakti, aku sampai lupa bahwa tiap pagi punya kewajiban absen, setor muka melalui skype ke Jakarta. Makanya begitu selesai dan menyalakan komputer, si bos langsung nanya, "jam segini baru datang, Ko..?"
Read More

23 Februari 2010

Ikanku Mati Satu

Ketika ditawarin untuk pegang posisi personalia atau keuangan, langsung aku pilih yang kedua. Seperti ketika di Jakarta dulu, aku malah milih jadi teknisi ketimbang di Human Resources. Masalahnya bukan karena pegang uang yang jadi pertimbangan, melainkan jenis pekerjaan yang dihadapi.

Di bagian teknik atau keuangan, aku hanya berurusan dengan benda mati dan angka-angka. Resikonya memang lebih besar dibanding ngurus karyawan di HRD. Jadi teknisi resikonya paling kesetrum. Atau kalo di keuangan paling nombokin kalo tekor pas rekapan. Tapi kan kerjaannya teknis dan tidak harus berurusan dengan perasaan orang lain.

Nah, ketika kena krisis akhir tahun 2008 lalu, di kantor diadakan perampingan karyawan. Keuangan dan personalia digabung menjadi General Affair. Jadinya mau ga mau aku bersinggungan dengan karyawan juga. Menyeleksi, mengangkat dan membina karyawan. Kelihatannya tidak terlalu berat karena sistemnya sudah ada. Tapi itu beban yang lumayan berat juga buatku. Soalnya ketika ada karyawan yang tidak beres, tetap saja raportku ikut merah.

Aku bukan orang yang terbiasa banyak kata dalam pekerjaan. Misalnya ketika ada karyawan yang aku suruh menyelesaikan sesuatu sampai beberapa kali dan tidak juga dikerjakan, aku lebih suka langsung mengerjakannya daripada harus menyuruh lagi. Seperti pembantuku dulu beberapa kali aku tegur ngepelnya kurang bersih dan ndableg, besoknya aku pel lantai sendiri. Dan ternyata dengan cara seperti itu, pembantuku malah bisa lebih rajin di kemudian hari.

Hanya sayangnya, tidak setiap orang bisa seperti itu. Ada juga yang malah sepertinya sengaja memanfaatkan kelemahanku dengan kerja semaunya. Toh nanti dikerjain si Eko... Dan payahnya, itu adalah managerku sendiri. Dan ketika aku laporkan, Jakarta malah balik menyalahkanku. Yang milih orang tuh siapa..?  

Dan yang paling berat di HRD buatku adalah ketika aku harus memberhentikan karyawan. Apalagi bila karyawan itu sudah berkeluarga, punya anak masih kecil-kecil dan tidak ada penghasilan lain. Belum lagi ketika merengek minta kebijaksanaan sambil membawa anak istri. Duh, kadang setres beneran tuh...

Trus ada satu hal yang belum terpecahkan selama ini. Aku tuh punya akuarium di depan mess di bagian belakang kantor. Setiap kali ada karyawan yang keluar atau diberhentikan, ikannya pasti ada yang mati. Karyawan keluar satu, ikan mati satu. Dulu pas keluar dua orang, ikannya juga mati dua. Aku sebenarnya tak percaya mitos atau hal-hal semacam itu. Tapi mau tidak mau kadang aku mikir juga. Kenapa bisa begini..?

Dan siang tadi, si bos nanyain tentang karyawanku yang kemarin pamit mudik dan ternyata nyusul pacarnya ke Jakarta. Ketika aku jawab belum balik, bos bilang, "yowes ganti wae..." Baru saja aku menyelesaikan obrolan itu, seorang karyawan produksi masuk kantor dan laporan ikan mati satu.

Kenapa ya..?

Read More

Ulat dan Kupu-Kupu

Ada seorang teman yang bertanya, dengan sebuah pertanyaan yang menggugat kebiasaan dan kenyataan di sekeliling kita dengan bersembunyi di balik kata manusiawi. "Bila kita menyukai kupu-kupu, kenapa kita harus jijik dengan ulat..?"

Kita seringkali menyadari bahwa dunia selalu berubah. Ini bisa dilihat dengan adanya pernyataan yang mengatakan, yang tak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Akan tetapi secara alam bawah sadar, kita sebenarnya menyukai kemapanan dan sering menolak perubahan.

Selain itu, manusia juga tahu bahwa segala sesuatu seringkali membutuhkan proses yang panjang sebelum mencapai bentuk akhirnya. Tapi alam bawah sadar kita juga seringkali menginginkan segala sesuatunya dapat tercapai secara instan. Kun fayakun, jadilah...

Seperti ulat yang menjijikan, rakus dan kadang membuat gatal membuatnya dimusuhi orang. Setelah perjuangan panjang dan kerja keras, dia akan menyepi, memikirkan hakekat hidup, mengisolasi diri dari dunia luar sebagai kepompong. Sampai suatu saat dia terlahir kembali sebagai kupu-kupu, dia dipuja banyak orang dengan keindahannya. Dia tidak merusak dedaunan tanaman lagi. Bahkan dia membantu penyerbukan bunga menjadi buah ketika bermain-main di antara putik dan serbuk sari.

Realita semacam ini seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ada orang yang mengungkapkan ide-ide atau pemikiran baru, seringkali dia dianggap merusak kemapanan dunia. Dimusuhi dan dianggap gila. 

Seperti Galileo yang dipenjara atau Copernicus yang dihukum gantung ketika mengatakan bumi itu bulat dan bumi mengelilingi matahari. Bahkan kisah-kisah para nabi pun seringkali menceritakan bagaimana mereka dimusuhi kaumnya ketika mengajarkan faham yang dianggap baru. Perlu perjuangan panjang untuk bisa mengatakan kebenaran.

Kenyataan seperti itu masih terus terjadi sampai sekarang. Ketika kita mencoba membuka sebuah wacana yang dianggap nyleneh, kita seringkali dimusuhi orang. Dicaci maki, bahkan tak jarang dianggap atheis, kafir, murtad, dsb. Padahal dari awal sudah dikatakan itu hanyalah wacana yang perlu pembahasan lebih lanjut. 

Kita seolah dilarang menduga-duga, mencoba-coba mengusik sesuatu yang dianggap sudah mapan. Sampai kita lupa bahwa semua penemuan ilmiah, awalnya berasal dari dugaan semata. Bagaimana kita bisa mengikuti perubahan dunia, bila dugaan itu tidak ditelisik lebih jauh dan malah dikecam.

Seperti ketika kita mencoba mengungkap apa yang ada dalam kitab suci, seringkali dimusuhi orang karena dianggap akan membelokkan akidah. Padahal seringkali dikatakan Ummul Kitab adalah sumber dari segala sumber pengetahuan. 

Segala pengetahun yang ada di dunia harus ditafsirkan dari sana. Dan tafsir itu membutuhkan apa yang dinamakan ijtihad, menduga-duga, mencari sumber pendukung, meng crosscheck, sampai bisa dibuat sebuah kesimpulan. Haruskah kita salahkan pembuat kitab suci, kenapa hanya membuat garis besar saja yang harus kita tafsirkan dan tidak dibuat detail seperti undang-undang negara..?

Keinginan untuk serba instan dan menyukai kemapanan, sepertinya hanya itu kata kuncinya. Sehingga kita harus merasa puas dengan apa yang sudah kita terima saat ini dan tidak ingin berubah-ubah lagi.

Padahal bila kita belajar dari analogi ulat menjadi kupu-kupu, pemahaman semacam itu seharusnya tidak boleh ada. Kita tetap harus mampu untuk berjuang keras walau dimusuhi diawalnya, dilanjutkan perenungan dalam sampai akhirnya mendapat bentuk akhir yang indah.

Rata-rata kita ingin begitu lahir ceprot, langsung jadi kupu-kupu. Padahal bila harmonisasi alam diganggu, konsekuensinya juga akan ikut berubah. Seperti bila logika dibalik, kita lahir langsung menjadi kupu-kupu yang dipuja-puja, jangan salahkan bila dikemudian hari kita malah akan menjadi ulat yang dimusuhi. Karena dunia memang selalu berputar seperti roda. Dan banyak orang berkata selalu ada hikmah dibalik musibah. Kenapa kita masih juga mengingkari..?

Toh peribahasa juga mengatakan berakit-rakit ke hulu. Bukan berenang-renang dahulu...

Ilustrasi Rejuvenate #9
Karya Wahyu Geiyonk
Tujuh Bintang Art Space
Read More

22 Februari 2010

Ke Bukit Bintang

Hari minggu kemarin, acara ngantar ibu hamil jalan-jalan tidak sampai keluar kota. Cuma ke Bukit Bintang di daerah Patuk, perbatasan Piyungan dan Wonosari. Tidak ada obyek wisata yang unik disitu, cuma pemandangannya memang lumayan asik walu cuma nongkrong di pinggir jalan.

Situasinya mirip daerah Cadas Pangeran kalo di Bandung. Kalo Jakarta persis suasana puncak di seputaran Rindu Alam termasuk warung-warungnya. Cuma bedanya tidak ada kebun teh disitu. Di atas jalan kebun bambu dan di bawah tebing pesawahan dan kebun penduduk. Pemandangan malamnya juga lumayan asyik, lampu-lampu kota Jogja terlihat jelas dari sana. Sayangnya cuaca agak mendung. Orang bilang, disitu asiknya untuk menatap langit bertabur bintang kalo pas cerah. Makanya daerah itu dinamakan Bukit Bintang.

Read More

20 Februari 2010

Ditubruk Lagi

Di pagi yang ngantuk dan bangun kesiangan, telpon bunyi. Ada orang Masterpiece Jakarta nunggu di kantor. 

Langsung deh ngebut sarapan dan tancap gas. Dan sudah kebiasaan kalo lagi diburu waktu, penghambat selalu saja ada. Ada ibu-ibu naik motor di posisi nanggung, di tengah engga di pinggir engga. Disalib susah , diklakson juga tetap cuek.

Pas lalu lintas dari depan agak sepi aku langsung mendahului si ibu. Baru saat itu aku mudeng kalo si ibu sibuk mainan hape sambil satu tangannya pegang stang motor. 

Yoweslah... 
Sebagai orang Jokja aku harus belajar sabar dan banyak toleransi dengan pemakai jalan lain yang nyebelin.

Baru lolos paling seratus meter dari si ibu, menjelang nyebrang rel kan ada garis kejut alias police sleep di aspal. 

Pas nginjek rem, tau-tau gubrak..! 
Ada yang nubruk bokong.

Begitu keluar mobil, langsung ada yang nunjuk-nunjuk idung. Dan ternyata si ibu tadi yang nubruk. Tapi sepertinya tidak luka, soalnya sumpah serapahnya hanya tentang blekberinya yang berantakan di aspal. Aku diam saja sambil menunggu dapat jatah ngomong. 

Eh, keburu ada polisi beneran lewat dan menyuruhku ke pos polisi yang agak jauh dari situ. Tak lupa bicara sedikit keras, "Hati-hati kalo nyupir, pak. Coba mana surat-suratnya.."

Aku pikir polisinya jadul juga neh. Hari gini minta surat-suratan. SMS dong...

Trus aku duluin masuk pos sebelum si ibu. Sebagai orang timur yang punya tatakrama, aku ajak polisinya salaman walau tadi sedikit dibentak. Tak lupa aku selipin kartu nama dan selembar limapuluh ribuan sambil bilang, "tolong diselesaikan, pak. Nanti kalo ada apa-apa ini alamat saya. Harus buru-buru neh.."

Ketika masuk pos, si ibu melanjutkan ceramahnya yang tertunda dan masih pakai acara tunjuk idung juga. Tapi kali ini pak polisi yang memotong, "Ibu tahu undang-undang lalu lintas yang baru..? Disebutkan di pasal ... (ga apal, lupa). Dilarang naik kendaraan sambil menggunakan henpon.."

"Lho, dia yang ngerem ndadak. Kok aku yang disalahkan..!" 
Masih ngotot tuh si ibu.

Polisinya lagi yang jawab, "Sesuai undang-undang... (aku lupa juga...). Semua pengendara harus mendahulukan kereta api. Sebelum melintasi rel harus berhenti dan tengok kanan kiri. Bapak ini sudah benar..."

Duh, lagi buru-buru masih harus nonton sinetron jalanan. Aku potong perdebatannya. "Trus saya harus bagaimana, pak. Lagi ditunggu tamu di kantor neh..."

"Bapak mau nuntut ganti rugi tidak..? Kalo tidak bapak boleh melanjutkan perjalanan.."

Asiiiik....
Masih agak panjang sih keributannya. Tapi singkat cerita aku ngabur saja walau diprotes si ibu yang lagi demam blekberi itu. Yang penting menurut hukum, entah hukum apa, aku tidak bersalah. Biar saja pak polisi yang menjawab celoteh si ibu dengan segala undang-undangnya.

Walau harus mikir cari duit buat ngenteng bemper belakang yang penyok, tapi karena segala hal harus disyukuri, aku bersyukur saja. Minimal aku bersyukur karena hidup di negara yang penjual hukumnya masih doyan uang lima puluh ribu untuk membeli kebenaran...

Read More

19 Februari 2010

Jalan Jalan

Walau sudah berusaha sekompak mungkin, gesekan dengan istri selalu ada. Salah satunya tuh kalo hari minggu tiba. Setiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, begitu hari minggu pengennya tidur istirahat di rumah. Sementara istri pikirannya berbeda. Enam hari ditinggal sendirian di rumah, hari minggu maunya jalan-jalan keluar rumah.

Memahami resiko sebagai laki-laki yang harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga, aku nurut saja sih. Itung-itung refreshing setelah setiap hari ngurusi angka-angka di layar monitor. Walau kadang pulang jalan-jalan, badan pegel biarpun otak seger.

Read More

18 Februari 2010

Pinter atau Keblinger..?

Mungkin memang sudah menjadi tabiat sebagian dari kita, begitu mudah memvonis sesuatu tanpa mau melihat lebih dekat terlebih dahulu. Tak jarang perilaku itu ditambahin dengan acara perngeyelan sebelum mencoba.

Seperti pagi tadi ketika aku bilang lagi cari lagu-lagu Budhha Bar pesenan istriku yang tak suka lagu klasik untuk pengisi waktunya. Temen di kantor langsung ceramah panjang lebar. Ibu hamil mendingan dibanyakin ngaji, dll dll daripada diperdengarkan lagu yang tidak sesuai keyakinan. Diceramahin begitu aku malah bengong sendiri. Apalagi ketika aku tanya apa dia tahu lagu Buddha Bar kayak apa, dia malah geleng kepala.
Read More

17 Februari 2010

Kritik Tempe

Kali ini entah untuk yang keberapa kalinya, ada seorang teman yang datang untuk minta kritik dan saran. Tapi ketika aku sampaikan apa yang aku lihat dan rasakan, dia malah balik ngambek dan ngomel tidak karuan. Aku dibilang tidak beres, melecehkan dan sebagainya.

Walau kita hidup dengan orang banyak dan harus sering meminta pandangan orang lain, tapi kita seharusnya tetap menyadari bahwa pandangan orang itu hanya sekedar penambah masukan saja. Keputusan akhirnya tetap harus dari diri kita sendiri dengan mempertimbangkan segala aspek pribadi. Bagaimanapun juga, membuat baju untuk diri sendiri tidak seharusnya mengukur badan orang lain kalo memang ingin hasilnya pas.
Read More

Dahsyatnya Cinta

Beberapa waktu lalu ketika aku makan di Jl Gayam dengan istriku, aku memergoki pembantu di kantor sedang bergandengan mesra dengan karyawan produksi. Aku sebenarnya ga mau tau dengan urusan pribadi mereka. Aku cuma kepikiran bahwa mereka tidur di kantor walau punya kamar masing-masing. Tapi karena tukang yang lain atau pelukis yang juga tidur di kantor sering banget pulang, otomatis mereka jadi sering hanya berdua saja.

Dan istriku kemudian menelpon keluarga pembantuku itu. Ga bilang macam-macam sih, cuma disuruh nanya ke anaknya beneran ada cinta apa engga. Kalo iya, apa ga sebaiknya dinikahkan saja daripada terjadi sesuatu.

Kisah selanjutnya malah lain dari yang aku pikirkan. Pembantuku minta keluar pas lebaran kemarin, katanya disuruh bantu-bantu ibunya di warung. Tapi pas aku ketemu saudaranya, dia bilang kalo pembantuku itu tidak mau buru-buru menikah. Jadinya orang tuanya takut dan menyuruhnya ikut kakaknya kerja di Jakarta.


Sebulan pembantuku di Jakarta, dia nelpon istriku bilang tidak betah kerja disana dan ingin kembali ke Jogja. Walau kerjanya bagus, tapi tak mungkin aku memasukan karyawan yang baru saja keluar. Mungkin bener biaya hidup di Jakarta tidak sebanding dengan gajinya. Atau dia tidak kuat harus berjauhan dengan cowoknya aku tak tahu.

Dan seminggu lalu cowoknya minta ijin cuti 3 hari. Tapi sudah seminggu ini dia belum nongol juga di kantor. Aku telpon dan sms tidak direspon juga. Akhirnya aku minta tolong karyawan bagian produksi untuk nelpon. Dan ternyata dia sedang berkelana di Jakarta cari kerjaan.

Langsung deh kepikiran aku harus cari tukang lain neh. Aku malah jadi berburuk sangka kalo karyawanku tidak bakal balik lagi ke Jogja. Kalo sekedar mencari kerja aku kira dia bisa belajar dari tukang yang lain yang sebelumnya juga kerja di Jakarta tapi akhirnya enggan ke Jakarta karena memikirkan rasio biaya hidup dan penghasilan.

Paling-paling alasan utamanya ya mengejar cintanya kali. Seperti lagu dangdut aja yah. Rela menderita asal berdua... 
Sebegitu dahsyatnya cinta...

Tapi kuharap dia menemukan cintanya dan pekerjaan yang lebih baik disana. 
Walau tanpa pamit....

Read More

16 Februari 2010

Kenapa Takut Ke Kiri

Lagi cari-cari film baru di Piratebay, aku malah nemu sebuah ebook yang sepertinya asik, The Return of History and the End of Dreams. Baru aku baca sedikit, soalnya harus bolak balik buka kamus neh. Tapi ada sebuah kutipan yang menarik tentang tatanan dunia baru yang dilontarkan teroris dunia, Mr Bush.

In 1991, President George HW Bush spoke of a "new world order" in which "the nations of the world, East and West, North and South, can prosper and live in harmony," where "the rule of law supplants the rule of the jungle," where nations "recognize the shared responsibility for freedom and justice."

Dengan tatanan baru itu katanya dunia akan maju dan damai dalam harmoni, yang tentunya mengarah ke arah paham liberal. Walau kenyataan ternyata bicara lain. Uni Soviet malah hancur lebur ketika mereka berusaha menjadi negara liberal dengan ditelorkannya prinsip glasnot dan perestroika. Dan yang paling anyar adalah ketika negara-negara yang katanya maju harus kisruh dalam krisis ekonomi berkepanjangan. Dan China yang masih mempertahankan ideologi komunisnya justru bisa bertahan dan segera bangkit dari keterpurukan.


Di negara kita sendiri, masih banyak yang merinding dan mencap jelek ketika seseorang bicara kata komunis. Seolah-olah komunisme merupakan hal terhina hanya karena negara kita pernah mengalami tragedi G30S/PKI. Padahal yang namanya kudeta dan kekejaman tak hanya dilakukan orang-orang berfaham komunis saja. Mr Bush saja yang katanya paling liberal dan termasuk orang yang agamis, nyatanya malah menjadi otak mesin pembunuh nomor satu di dunia.

Melihat kenyataan seperti ini, tidak terpikirkah untuk mencoba mengurai apa saja sih yang bisa kita dapat dari komunisme. Soalnya selama ini bila mendengar kata komunis, yang nancep di otak kita adalah manusia tidak bertuhan, bukan sebuah ideologi yang mengajarkan kesamarataan dalam masyarakat.

Mungkin ada yang bertanya, apakah tidak merupakan kemunduran bila kita kembali ke ajaran komunisme..?

Aku rasa tidak ada yang mundur. Karena apa yang ada di dunia selalu berputar. Ketika tren sudah mencapai puncaknya, akan kembali ke masa lalu atau yang sering dinamakan back to basic. Yang lebih jelas mungkin apa yang ditawarkan oleh Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man. (Cuma maap, ebooknya ketlingsut neh, lagi dicari lagi tempat donlotnya..)

Konsep End of History, melihat "kematian" sebagai ditinggalkannya sebuah prinsip, kondisi, realitas (pinsip ekonomi, kondisi kehidupan, realaitas sosial), untuk beralih pada kondisi, atau realitas lain. Namun bukan berarti itu kiamat, melainkan berubah menjadi baru atau kembali ke pemikiran lama.

Ketika kapitalisme ternyata mulai membawa manusia ke dalam kehancuran, dan yang teguh memegang prinsip lama dalam sosialisme ternyata maju, kenapa tidak untuk kembali ke masa lalu. Rasa sosial sudah saatnya kita hidupkan kembali. Seperti kita tahu, rasa sosial kita semakin hari semakin merosot. Orang lebih suka bersosialisasi secara virtual dan homogen melalui internet daripada beranjangsana. Padahal kenyataannya, ketika kita tertimpa musibah, tetap saja kita membutuhkan bantuan tetangga sebelah dan tak mungkin berteriak kepada teman chatting di internet.

Kapitalisme dan liberalisme telah nyata-nyata menghancurkan sendi-sendi kemasyarakatan kita. Siapa kuat dialah yang menang sehingga benar kata bang haji, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.

Lihatlah kenapa China saat ini menjadi perkasa dalam bidang perekonomian walau jumlah rakyatnya paling banyak di dunia. Pemerintahnya mau peduli dengan usaha kecil menengah dan industri rumahan. Tidak seperti di negara kita yang mangadopsi faham barat. Rakyat kecil tetap saja tertindas. Cari tambahan modal ke bank saja sulitnya minta ampun. Beda dengan yang gede, butuh dana trilyunan satu jam cair. Padahal kata teman yang di BRI, golongan ekonomi lemah paling takut untuk menunggak setoran kredit.

Kapan kita bisa tinggalkan kapitalisme dan mencoba kembali kepada sosialisme komunis..? Jangan lupa, beberapa abad yang lalu, Nabi Muhammad saja sudah memerintahkan kita untuk belajar ke negeri China. Kenapa kita melupakan fatwa dari junjungan kita sendiri hanya karena takut tidak dianggap modern hanya karena tidak ikut kapitalis..?

Kenapa takut ke kiri jalan terus..?

Read More

Kangen Guruku

Empat tahun lalu, Multiply buatku hanya sebuah tempat mencari lagu untuk di donlot. Tak perlu nulis atau post apapun aku begitu pede dengan hedsot pentol korek selama setahun. Tiga tahun lalu baru aku mulai iseng mengisinya dengan tulisan-tulisan yang sebenarnya bermutu tapi menurutku tidak. Aku cuma cari di blog lain lalu disalin mentah-mentah di blogku.

Read More

15 Februari 2010

Ke Candi Sukuh

Niatnya ke Solo pengen naik kereta uap wisata yang katanya dinamakan Jaladara. Cari informasi, sepur kluthuk yang kalo aku sebut dengan nama sepur ireng itu pangkalannya di Stasiun Purwosari dan beroperasi tiap hari Sabtu dan Minggu. Makanya pagi-pagi setelah nyamper Kanthong dan keluarganya di Kartasura, langsung menuju Stasiun Purwosari.

Ealah, nyampe sana malah dipingpong tidak jelas. Nanya kesana kemari jawabannya beda-beda. Cuma dari loket yang sedikit mudah dimengerti. Kereta uap itu cuma titipan Pemkot Solo. Jadi mau dioperasikan atau tidak tergantung Pemkot.

Biar ibu-ibu hamil itu tidak kecewa, aku tawarin pengen kemana lagi. Trus katanya pengen yang adem. Di Solo yang adem paling-paling ke Tawangmangu. Cuma aku yang ga tega kalo kesana. Kebayang ibu-ibu itu harus berjalan jauh naik turun tangga menuju grojokannya. Jadi aku sarankan saja ke Candi Sukuh.

Candi Sukuh memang tidak sebesar Prambanan atau Borobudur. Cuma karena aku hanya orang awam, yang datang ke candi tidak pernah untuk berpikir seperti arkeolog, hal itu tidaklah penting. Yang penting suasananya adem dan asik untuk menenangkan pikiran. Lagi pula pengunjungnya tidak terlalu ramai, jadinya nyaman untuk jalan-jalan disana.

Candi sukuh memang candi paling aneh yang pernah aku lihat. Bentuknya tidak seperti candi umumnya di Indonesia yang mengacu kepada Borobudur atau Prambanan. Bentuknya malah mirip piramida berujung datar seperti candinya suku Maya atau Aztec di Amerika latin sana. 

Reliefnya juga loncat-loncat ceritanya. Soalnya aku lihat figur Anoman di salah satu relief, sementara di relief yang lain kulihat figur Si Pat Kai dan Sun Gho Kong. Ada juga patung dan relief yang identik dengan Osiris Dewa Mesir. Dan yang terbanyak adalah relief berisi cerita Kidung Sudamala. 

Tapi itu cuma dugaan orang awam saja lho, aslinya aku tidak tahu. Tidak ada pemandu wisata atau dijual buku-buku tentang candi itu soalnya.

Yang suka jalan-jalan, bisa tuh ngadem kesana sebagai alternatif. Atau sebagai tujuan wisata tambahan setelah Tawangmangu. Tak perlu berlelah-lelah kok. Aspal mulus sampai ke depan candi walau tanjakannya cukup asik.

Sebagai informasi, biaya yang dihabiskan untuk menuju kesana :
- Bensin Jogja - Candi Sukuh pp : Rp 100.000,- (pake Inova, kalo yang lain itung sendiri)
- Pintu masuk : Rp 5.000,- / mobil
- Parkir : Rp 3.000,- / mobil
- Tiket masuk : Rp 2.500,- / orang

Makan sebaiknya cari di kota aja deh seputaran Solo atau Karanganyar. Sepanjang jalan ke arah Candi rumah makan tidak begitu banyak. Dan kemarin nyoba kok rasanya kurang sreg dengan lidahku walau tidak terlalu mahal.

Gitu aja deh...
Read More

13 Februari 2010

Perempuan dan Kebertubuhan (bag. 4)

Lanjutan dari bagian 3

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana cara pandang terhadap tubuh perempuan agar terlepas dari cara laki-laki memandang..?

Mungkin apa yang dilakukan pelukis untuk menguji pikiran, perasaan dan imajinasi bisa juga diterapkan. Pelukis pemula seringkali diuji dengan cara melukis model perempuan telanjang di depannya. Apabila dia masih saja memandang perempuan hanya sebagai obyek seksual semata, akan sulit sekali dia menggoreskan kuasnya dengan benar. Cukup banyak yang malah gemetar dan tak bisa mulai menggambar. Ketika pelukis itu sudah mampu menguasai dirinya dan menganggap perempuan di depannya adalah subyek dan obyek keindahan, imajinasi akan keindahan itu bisa tertuang di atas canvasnya.
Read More

Perempuan dan Kebertubuhan (bag. 3)

Lanjutan dari bagian 2

Tubuh tidak pernah netral, paling tidak ada 3 cara bertubuh jika dilihat dari jenis kelaminnya, menjadi laki-laki, perempuan, atau hemofrodit. Tubuh juga dikenai disiplin dalam menjalani kebertubuhannya, dengan adanya keharusan tertentu dalam menjalani cara bertubuh. Misalnya tubuh perempuan seharusnya lebih lemah gemulai atau lentur daripada laki-laki dan sebagainya. Jika tidak, maka akan dikatakan tidak normal. Tubuh juga dikenai hierarki pemaknaan, tubuh yang indah atau tidak indah, tubuh yang normal atau tidak normal, tubuh yang ideal maupun tidak ideal.

Read More

12 Februari 2010

Perempuan dan Kebertubuhan (bag. 2)

Lanjutan dari bagian 1

Fitur keindahan tubuh begitu gencar diekspos dalam media massa misalnya televisi. Media ini paling kuat membentuk image kecantikan, baik melalui sinetron atau iklan yang selalu menampilkan figur perempuan ideal. Perempuan menjadikan model yang terdapat pada iklan atau majalah sebagai standar atau patokan baru untuk ukuran kecantikan. Iklan televisi seolah-olah memberikan masukan adanya produk-produk ‘ajaib’ terbaru yang dapat menjembatani jurang antara kenyataan dan apa yang dianggap ideal.

Read More

Perempuan dan Kebertubuhan (bag. 1)

Terinspirasi tulisan Pramono IR (Pelukis tinggal di Jogja) dan pemotretan body printing semalam...

“Tubuh adalah penjara/makam jiwa” – Plato

Plato menyatakan tubuh molek adalah jalan pertama menuju keindahan absolut dan Tuhan. Dalam The Symposium, Plato menyatakan, terdapat skala kesempurnaan yang bertolak dari mencintai keindahan fisik, menuju cinta jiwa-jiwa yang indah, kemudian menaiki “tangga surga” untuk sampai pada mencintai bebagai pemikiran dan ide yang indah menuju cinta pada Tuhan yang merupakan keindahan absolut. Bagi Plato tubuh dapat mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Tubuh yang indah dapat menginspirasi sekaligus merintangi, mencemari, mengganggu, memperbudak dan membelenggu.

Read More

11 Februari 2010

Pijat

Bicara tentang pijat, aku sedikit berbeda dengan stafku yang juga penggemar pijat. Dia harus pijat setelah bekerja berat atau angkat junjung sedikit di luar kebiasaan. Sedangkan aku cukup tidur sejenak untuk menghilangkan lelah. Aku baru merasa perlu untuk pijat justru bila kebanyakan mikir sampai otak overload. Ketika leher mulai terasa kaku, dijamin pegal-pegalnya merambat ke seluruh tubuh.

Tukang pijatnya sendiri, temanku lebih suka datang ke panti pijat langganan di sebelah timur stadion Mandala Krida. Katanya lebih nyaman dengan ruangan harum aroma terapi. Dia tidak suka manggil tukang pijat ke galeri. Karena kalo pas kebetulan apes, warung nasi sebelah kamar lagi nggoreng sambal, bukan aroma terapi yang menambah nyaman pemijatan, tapi aroma terasi. Dia juga lebih suka dipijat oleh laki-laki dengan alasan lebih kuat seperti Mbah Maridjan, roso... roso...

Aku yang malas keluar kantor lebih suka memanggil tukang pijat ke galeri. Aku ga terlalu fanatik dengan jenis kelamin pemijat, asalkan enak dan nyaman aku oke oke saja. Makanya aku tidak suka gonta-ganti pemijat agar tak perlu kasih intsruksi bolak-balik. Tukang pijat langgananku sudah tahu kebiasaanku dipijat sampai tertidur. Makanya kebalik. Kalo orang lain dipijat kakinya dulu aku suka kepalanya dulu. Soalnya sebel sih, sudah nyaman hampir terlelap tau-tau disuruh duduk mau dipijat kepalanya. Soal pembayaran dan tip selalu aku berikan didepan, sehingga tak perlu bangun lagi setelah selesai.

Dan acara pijat hari ini aku rada sebel juga neh. Yang datang ternyata bukan tukang pijat langganan yang aku sudah merasa pas banget dengan urutan tangannya. Ketika aku tanya ke tukang pijat yang datang, jawabnya gini. "Susi pindah ke cabang Jl Wonosari, pak. Saya juga Susi kok, tapi Susianto..."

Ya sudahlah...
Tapi malah jadi inget nyanyian jaman STM dulu.

Buat apa Susi... Buat apa Susi...
Susianto... tak ada...
Susinya...
Read More

10 Februari 2010

Pecinta Hujan

Hujan basah di luar sana...

Tiga puluh tahun lalu...
Aku akan berteriak kegirangan sambil buka baju dan melompat keluar rumah. Tak lupa menyanyikan lagu kebangsaan, "Uruk-uruk udan gede ana lele mlebu bale..."

Lima belas tahun lalu...
Aku akan tersenyum bahagia karena ada kesempatan berduaan lebih lama dan mengharap hujan tak segera reda. Aku pun akan dianggap romantis walau hanya berucap pelan, "hujan turun lagi, yang..."

Saat ini...
Aku bisa menjadi manusia paling sibuk di saat hujan Jokja yang selalu disertai angin besar tiba. Aku berteriak kesal karena listrik tiba-tiba mati sebelum aku menekan tombol save. Dari belakang anak-anak berteriak, "gudang bocor pak kejatuhan duren..!" atau "asbes atap terbang lagi, pak.." Belum lagi telpon dari rumah bunyi, "cepetan pulang, dapur banjir..."


Satu hal yang sama, tapi aku selalu menerimanya berbeda. Makanya aku kadang berharap bisa kembali ke masa lalu, dimana aku selalu ceria menerimanya. Dulu ketika sepeda bapak kotor, tanpa diminta aku akan mencucinya sebagai alasan mandi hujan. Sekarang motor atau mobil kotor aku akan ngomel keluar uang lagi untuk bayar tukang cuci.

Dulu kehujanan di jalan malah jadi pengharapan. Karena aku tak perlu mengantarkan kekasihku cepat-cepat tanpa kena marah orang tuanya karena pulang terlambat. Berduaan di emper toko menunggu hujan reda terasa begitu indahnya. Sekarang, terlambat pulang dengan alasan hujan tak bisa diterima. Paling dijawab, "kan bisa pakai mobil..."

Itu kan istri, mungkin saja ada yang protes begitu. Dengan pacar pun sepertinya akan bernasib sama. Hujan bukan lagi alasan untuk terlambat tanpa kena marah. Apalagi kalo terlambat bulan...

Huuuh...
Kenapa aku bukan pecinta hujan lagi...?
Read More

09 Februari 2010

Menunda Pekerjaan

"Kebiasaan, sukanya menunda-nunda pekerjaan..."

Itu celoteh yang paling sering aku terima setiap kali pulang kantor dan ditanya, sudah ke dokter..? sudah ke bengkel..? dll dll

Bumi berputar selama 24 jam sekali, sebenarnya cukup longgar untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Tapi entah kenapa aku selalu saja kekurangan waktu untuk menjalani tugas-tugasku. Setiap pekerjaan yang ada selalu aku usahakan selesai pada kesempatan pertama. Sehingga aku lebih sering pulang malam daripada menunda sampai besok pagi. Karena aku selalu berpikir, besok pagi pasti akan ada pekerjaan baru lagi.

Read More

08 Februari 2010

Memblok Situs Porno Dengan Open DNS

Buat teman yang ingin memblok situs porno dari komputer rumah atau kantor, ID-SIRTII atau Indonesia Security Incident Response Team of Internet Infrastructure telah membuat sistem pemblokiran melalui open dns. Sudah aku coba dan lumayan efektif untuk memblok akses dari komputer-komputer di kantorku.

Aku sendiri sebenarnya tak mau tahu dengan apa yang mereka buka. Tapi seringnya kalo sudah mulai buka yang semacam itu, anak-anak suka lupa kerjaan terutama kalo pas pada lembur dan tidak aku tungguin. Enak banget dong, buka situs iseng trus diitung lembur. Belum lagi kalo dah mulai donlot, bikin lelet koneksi di saat aku sibuk ngeblog. Halah...

Caranya gini. Buka saja control panel, aku anggap semuanya menggunakan Windows XP. Cari icon Network Connection.

Setelah itu pilih apa yang dijadikan koneksi internet. Kalo pakai LAN, klik Local Area Connection. Kalo pakai wireless atau USB Modem, pilih Wireless Connection. Kalo suka gonta-ganti, setting aja keduanya satu persatu. Aku contohkan yang pakai LAN yah..

Setelah LAN Connection diklik 2 kali, buka pada tab general dan klik pada bagian Internet Protocol (TCP/IP), lalu klik Properties.

Nah, pada bagian DNS, biasanya secara default menggunakan DNS otomatis. Pindahkan dengan cara mengklik pilihan kedua untuk memasukan DNS secara manual. Lalu isi Preffered DNS Server dengan 203.34.118.10 dan Alternate DNS Server dengan 230.34.118.12

Setelah itu klik Ok. Dan silakan dicoba untuk membuka website porno. Kalo pura-pura tidak tahu website porno, ketik saja di google, misalnya porn movie, dll dll Kalo udah terblokir, browser akan membuka websitenya ID-SIRTII.

Kalo komputer di kantor atau di rumah lebih dari satu, setting saja semua satu persatu kecuali komputerku...

Semoga bermanfaat.

updated 10 Feb 2010
Apabila ada website non porno misalnya yahoo mail yang tidak bisa dibuka dengan DNS tersebut, silakan diganti dengan DNS dari Nawala yaitu : 180.131.144.144 dan 180.131.144.145

Read More

Paman Gober & Negeri Bebek

Di negeri bebek, ada seekor bebek tua yang keras kepala dan kaya raya, namanya Paman Gober. Dia memerintah negeri bebek dengan tangan besi. Sehingga tidak ada bebek yang bisa bersuara keras untuk merongrong kekuasaannya. Wartawan negeri bebek pun seringkali mengeluh, karena bila salah tulis sedikit saja, korannya akan dibreidel.

Banyak bebek yang menggerutu akan kepelitan Paman Gober yang luar biasa. Harta negara semua dikumpulkan di gudang hanya untuk dia mandi uang setiap hari. Tak kurang-kurang yang mengharapkan bebek tua itu segera mati, agar bebek-bebek tertindas itu bisa segera bebas. Berbagai cara yang mereka gunakan untuk menggulingkan Paman Gober semua sia-sia. Gerombolan Si Berat selalu mencoba masuk ke gudang uang selalu gagal. Mimi Penyihir yang juga selalu berupaya mencuri keping keberuntungannya tak pernah mendapatkan hasil.

Read More

05 Februari 2010

Kancil & Pencuri Timun


Pada jaman dahulu kala, ada seorang petani kurus kering yang hobinya mancing. Dia memiliki sebidang tanah yang sebenarnya sangat subur. Tapi karena hobi mancing yang tiada habisnya dari mulai mancing jaer sampai mancing kerusuhan, ladangnya jadi sering terbengkalai. Namun pak tani kelihatannya tidak mau tahu. Dia tetap bersikukuh, di tanahnya tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman.

Pak tani orangnya keras kepala dan sok pinter tapi bodoh.  Seperti ketika kebunnya ditanami pare. Bertahun-tahun hasil panennya selalu pahit, tapi dia tak mau tahu. Setiap online isinya cuma ganti status dan koman komen di status orang. Tak pernah terpikirkan bagaimana caranya agar hasil kebunnya berbuah manis.

Sampai suatu hari datanglah seorang juragan kaya dari seberang lautan di negeri Durban.

“Pak, parenya saya beli semua. Seratus perak sekilonya ya..”
“Wah, ga bisa gan.  Di pasar saja sekilo seribu.”
“Itu kan kemarin. Mulai besok pare tidak laku. Yang laku adalah ketimun. Makanya pak tani nanam ketimun saja. Bibit ketimunnya sekarang saya bawa kok, bayarnya bisa nyicil sepuluh kali. Bunganya ringan kok, pak..”

Rayuan maut saudagar centil yang pinggulnya selalu bergoyang ketika bicara membuat pak tani hanyut. Tanpa crosscheck ke pasar, kebun parenya dibabat habis dan ditanami bibit ketimun dapat ngutang dari sang saudagar.

Belum lagi hutang bibit ketimunnya lunas, saudagar itu datang lagi menawarkan seekor anjing buldog asli peranakan Kalibagor.

“Saya tidak suka anjing, gan...” pak tani menolak halus.

Saudagar tersenyum centil, “Iya saya tahu, pak tani kan sukanya ke saya. Tapi anjing ini bukan untuk diperistri, pak. Untuk jaga kebun. Soalnya kalau tidak dijaga, nanti ketimun bapak bakal dicuri kancil. Sewanya murah kok...”

Akhirnya pak tani pun menyewa anjing penjaga itu. Dan setelah berjalan sekian lama, dia mulai merasakan beban. Setiap bulan harus membayar cicilan bibit ketimun, membayar sewa anjing dan masih harus memberi akomodasi yang memadai ke anjing penjaganya itu. Kadang dia komplen ke si buldog. Tapi pak tani selalu menurut setiap dijawab, “kalau tidak ada saya, nanti kebunnya diganggu kancil, pak...”

Sampai kemudian, isu pencemaran nama baik itu didengar oleh si kancil. Kancil pun berniat datang ke rumah pak tani untuk berdialog. Mendengar rencana kancil, buldog segera laporan kepada juragannya.

“Gawat, gan. Kancil mau klarifikasi ke rumah pak tani.”
“Santai saja, dog. Kamu bikin grup di pesbuk saja. Gerakan anti kancil, biar pak tani percaya si kancil jahat.”
“Okelah kalo begitu. Buat bayar warnetnya mana, gan..?”
“Kamu pakai saja internet di rumah pak tani.”
“Lha, itu kan untuk membentuk opini publik. Eksekusi lapangannya bagaimana..?”
“Pasang pagar keliling agar kancil tidak bisa menemui pak tani.”
“Biayanya..?”
“Ya minta ke pak tani juga dong. Jangan lupa di mark up dan bagianku 20% ya...”

Usai meeting jarak jauh antara juragan dan bawahan, si buldog segera membuat gerakan sejuta pesbuker anti kancil. Dia pun menemui pak tani dan menceritakan rencana kedatangan kancil beserta bumbu-bumbunya. Kemudian buldog mengajukan proposal pembuatan pagar keliling kebun untuk mencegah serbuan pasukan kancil.

“Kok mahal banget sih, bull..?” tanya pak tani yang masih bingung campur heran. “Aku bisa dimarahin istriku nanti...”
“Jangan takut, pak. Bilang saja ini berdampak sistemik, harus segera diatasi...”
“Lalu duitnya darimana..?”
“Kan bisa kasbon dulu ke juragan saya...”

Sambil manggut-manggut pak tani menuruti kata-kata buldog. Dia ngutang lagi ke juragan dari Durban untuk membangun pagar keliling kebun. Tapi karena biayanya banyak dikorupsi buldog demi mengejar setoran ke juragannya, banyak pagar yang bolong-bolong. Dan buldog yakin kancil yang berbadan kecil dengan mudah menyelusup masuk. Maka buldog pun laporan lagi ke sang juragan.

Saudagar kaya datang ke rumah pak tani dan menganjurkan untuk menambah penjaga di setiap sudut pagar kebunnya. Agar tidak terlihat nepotisme dan mendapatkan harga termurah, sang saudagar menawarkan untuk membuat panitia penerimaan tender penjaga. Lagi-lagi argumen disertai senyuman maut saudagar membuat pak tani takluk dengan syarat si buldog juga harus ikut tender. Soalnya pak tani juga mulai sebel dengan penjaga gendut doyan makan itu. Lelang tender dilakukan terbuka di depan rumah tani, sehingga pak tani semakin yakin prosesnya transparan dan hasilnya tidak akan mengecewakannya. 

Penawaran pertama datang dari pasukan rubah Gumelar, perbulan minta lima ribu. Musang dari Cibriluk menawarkan harga delapan ribu. Lalu Kucing Gunung Simping minta sepuluh ribu sebulannya. Karena si buldog menawarkan harga duabelas ribu, saudagar segera bertanya.

“Kamu sudah bosan kerja, dog..? kok mahal amat...? ”
“Ssssst... menangkan saja tenderku, gan.”
“Ya ga bisa, penawaran kamu paling mahal..”
“Aku nawarin dua belas ribu, maksudnya gini, gan. Lima ribu kasihin ke rubah dari Gumelar, suruh pasukan dia yang kerja. Sisanya kita bagi dua. Ok..?”
“Setuju deh kalo begitu...” sahut saudagar kaya dengan mata berbinar-binar. Seneng juga dia punya anak buah yang loyal dan cerdas.

Singkat cerita kebun pak tani aman dari serangan kancil sampai masanya panen. Namun sayang seribu sayang, ketika panen tiba bukan uang melimpah yang didapatkan pak tani. Semua panen ketimun diangkut saudagar ke negerinya dan dibayar murah. Yang tersisa hanyalah catatan utang-utangnya ke saudagar yang belum terbayar oleh hasil panennya.
Pak tani pun walau lesu masih tetap mengangguk ketika saudagar menghiburnya. “Tenang pak tani. Kalau pak tani tidak punya uang untuk menanam ketimun lagi, nanti saya kasih bon lagi ya...”

Sementara kancil di tepi hutan juga hanya bisa menarik nafas panjang tak bisa menemui pak tani untuk mengingatkannya. Dalam hati dia mengeluh, “Kenapa aku harus dilahirkan di negeri pak tani yang tak pernah sadar hidupnya terjajah..? Kenapa pula orang masih juga percaya sebuah konspirasi bahwa aku suka ketimun. ”

Siapa pencuri yang sebenarnya..?

Ilustrasi The predator
Karya Andi Ramdhani
Read More

Mitos

Di saat hujan seperti ini, beberapa pedagang duren ikut berteduh di teras galeri. Kebetulan ada beberapa kursi panjang sebagai tempat nongkrong yang asik sambil ngopi. Dan entah bagaimana awalnya, jadinya ada dua orang yang berdebat tentang penglarisan dagangannya.

Yang satu mengatakan sowan ke kyai terkenal di daerah Magelang. Dan yang satu lagi mengaku hanya mengamalkan bacaan berbahasa jawa warisan dari leluhurnya. Yang agamis mengatakan itu dosa, karena doa yang sah harus ada dalam agama. Sedangkan yang satu bersikukuh bahwa Gusti Alloh bisa tahu permintaan manusia dalam bahasa apa saja. Walau aku kurang tertarik hal-hal semacam itu, tapi takut jadi berantem akhirnya aku ikut campur. Aku bilang semuanya benar, yang salah tuh aku yang tak mau berdoa...


Aku sendiri tak tahu kenapa orang mau berdebat tentang hal-hal yang pribadi seperti ini. Kalo sekedar diskusi, menurutku baik dan tak ada salahnya. Tapi memperdebatkan keyakinan, sampai kapanpun tak akan ada selesainya. Yang ada malah jadi musuhan dengan tetangga.

Walau tak menyalahkan, aku juga tak membenarkan ketika pedagang buah itu ngotot, bahwa yang diyakini temannya adalah mitos tradisi lama. Menurutku justru dia yang masih berpikir dengan otak tradisional. Sebagai manusia modern seharusnya kita bisa melihat, bahwa semua penemuan ilmiah berawal dari mitos. Seperti beberapa abad yang lalu Jules Verne dikecam karena pendapatnya tentang penerbangan manusia ke bulan padahal pesawat saja belum ditemukan. Pendapatnya dianggap mitos dan mimpi di siang bolong. Seperti sekarang kita bisa berceloteh dengan teman yang entah dimana hanya dengan duduk di depan monitor, dahulupun hanya mitos.

Mungkin ada yang ingat filmnya Clint Eastwood yang berjudul Firefox. Film yang mengisahkan agen rahasia Amerika yang mencuri prototipe pesawat Rusia yang paling canggih saat itu. Firefox bisa dikendalikan dengan perintah suara, tapi harus dalam bahasa Rusia. Saat film itu muncul, kemampuan teknologi Rusia dalam film itu dianggap hoax dan sekedar film hiburan semata, walaupun dikatakan diangkat dari kisah nyata.

Baru sekarang kita bisa mengatakan bahwa semua itu sangat mungkin. Semenjak Ericsson mengeluarkan hape tipe T29 yang dipromosikan dalam film James Bond, perintah suara sudah mulai digunakan masyarakat umum. Kalo dalam perkomputeran mungkin fungsi speech recognition dalam windows XP. kita tak perlu menekan tombol dan hanya cukup mengucapkan perintah saja. Hanya saja perintah tersebut harus dalam aksen tertentu oleh pengguna spesifiknya. Ketika orang lain akan menggunakan fungsi tersebut, dia harus mengkustomisasi ucapannya agar bisa berjalan sesuai maksudnya. Kalo tidak, jangan harap bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Kembali ke soal tukang buah.
Buat aku sendiri yang namanya doa, mantra dan semacamnya lebih besar unsur sugestinya. Ketika kita meyakini dengan haqul yaqin, air putih dibacain bismillah lalu ditiup bisa lebih manjur daripada obat dari dokter spesialis. Dan masalah ucapan atau doa dan tercapainya sebuah tujuan dari pembacaan doa itu berdasarkan keyakinan, hampir identik dengan radio kalo jaman sekarang. Keyakinan itu diperlukan agar muncul getaran frekuensi yang selaras. Sebagaimana radio, bisa berbunyi kan karena gelombang yang tepat dengan studio radionya.

Ketika seseorang berdoa dengan getaran hati yang tepat, interfrensi gelombangnya akan sampai kepada tujuan doanya. Itu sebabnya kenapa ada orang yang bisa berbuat sesuatu yang luarbiasa dengan membaca doa anu, sedangkan orang lain tidak walau membaca doa yang sama. Perlu kustomisasi dalam penggunaan voice command nya agar bisa dikenali sistem.

Jadi tak perlulah kita memvonis orang lain yang berkeyakinan beda dengan istilah mitos, musyrik, mantra setan atau sejenisnya. Karena doa adalah sugesti yang memerlukan keyakinan dan getaran hati secara spesifik dan tidak bisa disamaratakan untuk masing-masing orang. Yang penting usaha fisiknya. Sugesti doa diperlukan hanya untuk meyakinkan hati kita bahwa usaha fisik kita akan berhasil. Minimal kita tak akan langsung menyerah begitu menemukan kegagalan.

Jadi tidak ada doa yang mitos. Yang sekedar mitos adalah kesuksesan orang yang hanya berdoa tapi tidak mau usaha dan kerja keras. Kecuali bila kita diintervensi takdir. Halah, jadi plin plan...

Ilustrasi The Thinker
Karya Katirin
Tujuh Bintang Art Space


Read More

Aku dan Puisi

Sebagai manusia yang dilahirkan di wilayah Banyumasan, aku begitu lekat dengan sifat bawaan bayi, blakasuta. Atau kalo orang lain menyebutnya blak-blakan. Sebagai budaya yang lahir dari golongan petani tentu sangat jauh berbeda dengan mereka yang terlahir dari daerah yang terpengaruh budaya keningratan, seperti Jogja misalnya. 

Budaya kalangan bawah kadang sering disebut tidak memiliki anggah ungguh oleh mereka yang pola pikirnya terbawa budaya feodal. Padahal itu bukanlah sebuah kekasaran budaya, melainkan simbol kejujuran dan kesamaan derajat tanpa melihat pangkat dan jabatan. Orang Jogja akan mengatakan aku wis mangan tapi bapak sampun dahar. Orang Banyumas akan tetap bilang ramane madhang, luraeh madhang, bupatine madhang. Tapi sekarang aku urung madhang neh kalo ada yang mau traktir.

Read More

04 Februari 2010

Memulai Toko Online

Menyambung permintaan teman kemarin tentang bisnis internet, aku bahas dulu tentang toko online. Pengertian toko online disini adalah kita memiliki produk dan kita akan kelola sendiri dari promosi, penawaran sampai distribusinya.

Read More

03 Februari 2010

Yang Mau Nyumbang Fiksi Ayooo..

Menyambung obrolan sebelumnya tentang pengarsipan karya fiksi dari teman-teman, sudah aku siapkan sebuah blog yang hostingnya aku titipkan di blogspot. Untuk domain, sambil menunggu dana, aku titipkan dulu di domain baruku dengan alamat fiksiku.rawins.net

Read More

Sekedar Ide

Ada yang menggembirakan beberapa hari belakangan ini, beberapa teman yang biasanya cuma berceloteh tak karuan di MP mulai ketularan teman di Kompasiana yang keranjingan nulis fiksi. Ini merupakan titik awal yang menggembirakan buatku, walau ada satu tanda tanya. Ini akan berjalan terus atau cuma anget-anget tai ayam saja.

Read More

Bisnis di Internet Itu Susah

Ketika aku mulai mempersiapkan blog bisnis, teman di kantor mulai bertanya-tanya dan sepertinya berminat. Kemudian aku ceritakan beberapa tahun lalu ketika aku masih menggeluti bidang itu di Jakarta, ada beberapa teman yang juga tertarik. Tapi semuanya gagal total. Malah yang sampai mencaci maki aku sebagai penipu, padahal aku tak pernah mengajak dan dia sendiri yang mengatakan ingin mencoba.

Read More

Hari Yang Beda

Ada yang kurasakan beda dua hari terakhir ini. Mendung yang biasanya mengelamkan pagi, dua hari ini tidak menampakan diri. Berangkat dari rumah pun diantar keceriaan yang beda. Sampai bekal makan siang pun lebih komplit dari biasanya.

Di kantor wajah-wajah tersenyum bertebaran di mana-mana. Polusi penciuman dari depan kantor juga sudah berkurang, seiring liburnya juragan duren tanpa kabar berita. Pekerjaan juga kebetulan tidak sedahsyat hari-hari kemarin sehingga lebih banyak waktu luang untuk menyiapkan blog bisnis yang aku rencanakan.

Read More

01 Februari 2010

Belajar Bisnis Lagi

Dulu ada jawaban klise ketika seorang anak kecil ditanya tentang cita-cita. Jawaban paling sering adalah menjadi dokter. Ada juga yang ingin menjadi guru, pegawai dsb yang semua mengarah pada satu hal, yaitu menjadi pekerja. Jarang banget jawaban yang mengarah pada keinginan menjadi pengusaha. Menjadi pedagang misalnya...

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena