Di negeri bebek, ada seekor bebek tua yang keras kepala dan kaya raya, namanya Paman Gober. Dia memerintah negeri bebek dengan tangan besi. Sehingga tidak ada bebek yang bisa bersuara keras untuk merongrong kekuasaannya. Wartawan negeri bebek pun seringkali mengeluh, karena bila salah tulis sedikit saja, korannya akan dibreidel.
Banyak bebek yang menggerutu akan kepelitan Paman Gober yang luar biasa. Harta negara semua dikumpulkan di gudang hanya untuk dia mandi uang setiap hari. Tak kurang-kurang yang mengharapkan bebek tua itu segera mati, agar bebek-bebek tertindas itu bisa segera bebas. Berbagai cara yang mereka gunakan untuk menggulingkan Paman Gober semua sia-sia. Gerombolan Si Berat selalu mencoba masuk ke gudang uang selalu gagal. Mimi Penyihir yang juga selalu berupaya mencuri keping keberuntungannya tak pernah mendapatkan hasil.
Sampai suatu hari, Paman Gober menghembuskan nafas terakhirnya. Seisi negeri bersukacita atas kematiannya. Gambaran akan kebebasan dan kemakmuran yang merata sudah di depan mata. Para penggantinya pun seolah begitu antipati terhadap semua yang berbau Paman Gober, padahal sebelumnya mereka selalu berlindung di bawah ketiaknya.
Namun sekian lama waktu berjalan, semua harapan itu seolah hanya bayang ilusi semata. Kebebasan berekspresi hanya membuat banyak orang lebih suka bicara tentang dirinya, tapi tak mau mendengarkan orang lain bicara. Semua orang merasa boleh menunjukkan kebenaran dirinya, sampai lupa kebenaran itu seringkali berbeda menurut orang lain.
Pengganti Paman Gober pun ternyata tak pernah mampu mewujudkan kemakmuran yang diharapkan. Negeri bebek kian terpuruk karena mereka tak pernah bisa memikirkan rakyat bebek, selain berebut kekuasaan untuk dirinya sendiri. Setiap kali ada bebek menuntut pertanggungjawaban, semua dijawab "kebobrokan ini adalah warisan dinasti Gober..."
Paman Gober selalu dijadikan bebek hitam atas semua kesalahan penggantinya. Begitu juga ketika ditanya kenapa negeri yang punya gudang uang ini harus banyak berhutang. Alasan mereka karena harus membayar hutang Paman Gober. Padahal bila dihitung, hutang yang dibuat para penggantinya sudah puluhan kali lipat dari hutang Paman Gober.
Donald yang selama ini berteriak tentang bebek tua yang pelit itu, ternyata hanya iri karena mereka tak bisa ikut mandi uang. Ketika penguasa gudang uang tiada, Donald dan teman-temannya berebut membuat gudang uang sendiri-sendiri. Sehingga yang merampok uang rakyat bebek semakin banyak.
Rakyat bebek sendiri seperti kwak, kwik dan kwek, pada akhirnya sadar. Paman Gober memang pelit, tapi hanya kepada bebek yang malas seperti Donald. Untuk bebek yang rajin bekerja seperti mereka, Paman Gober mau berbagi.
Kwak, Kwik dan Kwek menyadari kenapa Paman Gober bertangan besi. Mereka memahami bila negeri bebek memang belum saatnya diberi kebebasan penuh. Karena rakyat bebek masih banyak yang suka bermalas-malasan dan cuma omong doang tanpa ada gerakan nyata. Dengan pemerintahan yang keras, stabilitas negeri bebek terjaga. Dan itu yang membuat negeri bebek disegani negeri lainnya. Kekayaan disatukan di gudang uang, hanya untuk mempermudah Paman Gober berbagi dan tidak membuat uang rakyat bebek hilang di banyak gudang yang entah milik siapa.
Ketika negeri bebek semakin berantakan, intervensi asing semakin merajalela. Rakyat bebek semakin menderita, sementara para penguasanya tak pernah sadar akan kesalahannya. Dan tetap saja mereka membebekhitamkan Paman Gober.
Apa peduliku akan gudang uangmu, bila memang di saat itu segalanya murah, gampang mencari pekerjaan dan keamanan terjamin..
Aku mulai merindukanmu, Paman Gober...
Terinspirasi "Kematian Paman Gober"
Oleh: Seno Gumira Ajidarma
Banyak bebek yang menggerutu akan kepelitan Paman Gober yang luar biasa. Harta negara semua dikumpulkan di gudang hanya untuk dia mandi uang setiap hari. Tak kurang-kurang yang mengharapkan bebek tua itu segera mati, agar bebek-bebek tertindas itu bisa segera bebas. Berbagai cara yang mereka gunakan untuk menggulingkan Paman Gober semua sia-sia. Gerombolan Si Berat selalu mencoba masuk ke gudang uang selalu gagal. Mimi Penyihir yang juga selalu berupaya mencuri keping keberuntungannya tak pernah mendapatkan hasil.
Sampai suatu hari, Paman Gober menghembuskan nafas terakhirnya. Seisi negeri bersukacita atas kematiannya. Gambaran akan kebebasan dan kemakmuran yang merata sudah di depan mata. Para penggantinya pun seolah begitu antipati terhadap semua yang berbau Paman Gober, padahal sebelumnya mereka selalu berlindung di bawah ketiaknya.
Namun sekian lama waktu berjalan, semua harapan itu seolah hanya bayang ilusi semata. Kebebasan berekspresi hanya membuat banyak orang lebih suka bicara tentang dirinya, tapi tak mau mendengarkan orang lain bicara. Semua orang merasa boleh menunjukkan kebenaran dirinya, sampai lupa kebenaran itu seringkali berbeda menurut orang lain.
Pengganti Paman Gober pun ternyata tak pernah mampu mewujudkan kemakmuran yang diharapkan. Negeri bebek kian terpuruk karena mereka tak pernah bisa memikirkan rakyat bebek, selain berebut kekuasaan untuk dirinya sendiri. Setiap kali ada bebek menuntut pertanggungjawaban, semua dijawab "kebobrokan ini adalah warisan dinasti Gober..."
Paman Gober selalu dijadikan bebek hitam atas semua kesalahan penggantinya. Begitu juga ketika ditanya kenapa negeri yang punya gudang uang ini harus banyak berhutang. Alasan mereka karena harus membayar hutang Paman Gober. Padahal bila dihitung, hutang yang dibuat para penggantinya sudah puluhan kali lipat dari hutang Paman Gober.
Donald yang selama ini berteriak tentang bebek tua yang pelit itu, ternyata hanya iri karena mereka tak bisa ikut mandi uang. Ketika penguasa gudang uang tiada, Donald dan teman-temannya berebut membuat gudang uang sendiri-sendiri. Sehingga yang merampok uang rakyat bebek semakin banyak.
Rakyat bebek sendiri seperti kwak, kwik dan kwek, pada akhirnya sadar. Paman Gober memang pelit, tapi hanya kepada bebek yang malas seperti Donald. Untuk bebek yang rajin bekerja seperti mereka, Paman Gober mau berbagi.
Kwak, Kwik dan Kwek menyadari kenapa Paman Gober bertangan besi. Mereka memahami bila negeri bebek memang belum saatnya diberi kebebasan penuh. Karena rakyat bebek masih banyak yang suka bermalas-malasan dan cuma omong doang tanpa ada gerakan nyata. Dengan pemerintahan yang keras, stabilitas negeri bebek terjaga. Dan itu yang membuat negeri bebek disegani negeri lainnya. Kekayaan disatukan di gudang uang, hanya untuk mempermudah Paman Gober berbagi dan tidak membuat uang rakyat bebek hilang di banyak gudang yang entah milik siapa.
Ketika negeri bebek semakin berantakan, intervensi asing semakin merajalela. Rakyat bebek semakin menderita, sementara para penguasanya tak pernah sadar akan kesalahannya. Dan tetap saja mereka membebekhitamkan Paman Gober.
Apa peduliku akan gudang uangmu, bila memang di saat itu segalanya murah, gampang mencari pekerjaan dan keamanan terjamin..
Aku mulai merindukanmu, Paman Gober...
Terinspirasi "Kematian Paman Gober"
Oleh: Seno Gumira Ajidarma
wah.. ceritanya ngak sesuai apa yg ada di pikiran gw..
BalasHapus*melihat dr ending versi spesial Gober
ya wajarlah, kan setiap orang punya pandangan lain lain walau yang dinilai satu hal yang sama...
BalasHapusdone.. gw posting di tempat gw versi Kematian Gober bebek yang lain
BalasHapushttp://infogebrak.blogspot.com/2010/02/gober-death-and-rebirth.html
*silakan di GEBRAK
Hahaha ga perlu pake gebrak-gebrakan lah, kaya anggota pansus ajah. Berbeda pendapat itu bagus buat ngelatih membuka pikiran...
BalasHapusbetul juga
BalasHapussekali2 ada yg ngasi cerita endingnya bagus
udah pernah nonton Ducktales?
kalo mau yang endingnya bagus, tulis ceritanya HC Andersen. Selalu diakhiri dengan kata bahagia selamanya...
BalasHapusDuctales..? ada link dunlutnya ga..?