Menyambung permintaan teman kemarin tentang bisnis internet, aku bahas dulu tentang toko online. Pengertian toko online disini adalah kita memiliki produk dan kita akan kelola sendiri dari promosi, penawaran sampai distribusinya.
Dulu, ketika pertama kali akan membuka toko online, aku malah ingat tulisan di atas guestbook MPku, "pedagang dilarang masuk...!" Aku mencoba mencerna, kenapa aku tidak suka ada yang jualan di gesbuk padahal itu sah dan aku tidak dirugikan. Lalu di lain sisi, aku teringat seorang teman di MP yang telah lama punah, Lollytha. Dia jualan baju juga, tapi kenapa dulu aku menyukai dan menjadi teman akrab..?
Aku ingat pepatah Jawa lama yang mengatakan, "jeneng dulu baru jenang". Jeneng itu nama dan jenang itu makanan. Jadi yang penting adalah membuat nama, merk atau brand. Ketika kita sudah punya nama dalam benak konsumen, jenang atau pangan atau order akan datang dengan sendirinya.
Jadi aku pikir, itu kesalahan kebanyakan pedagang online pemula. Mereka terlalu tinggi melihat dirinya sendiri, melupakan bila dirinya belum punya nama. Cara berjualannya tentu saja beda dengan yang sudah besar semacam amazon atau ebay. Jual beli online beda dengan cara tradisional dimana pedagang dan pembeli bertemu, barang bisa dilihat, diraba, diterawang.
Calon pembeli tidak bisa melihat barang sesungguhnya dan harus mengirimkan sejumlah uang tanpa ada jaminan apapun kecuali janji barang dikirim setelah uang diterima. Poin pentingnya aku kira disitu. Perlu cara untuk meyakinkan calon pembeli bahwa kita bisa dipercaya. Pikirkanlah, ketika orang yang tidak dikenal, tidak pernah berinteraksi di blog, tahu-tahu nyelonong ke gesbuk nawarin barang dan mengharuskan kita kirim uang lebih dulu.
Aku mencoba belajar dari Lollytha. Dia membuat brand dengan santai tapi telak. Dia ngeblog sebagaimana biasa, cari kontak sebanyak-banyaknya, saling komen dan terus menyusun relasi yang baik. Kontak ratusan dan semua bisa akrab, itu modalnya yang utama. Beda dengan kebanyakan penjual saat ini. Pernah menyapa aja enggak, tahu-tahu nge add contact, habis itu ngacir lagi dan cuma nongol kalo nulis, "ada barang baru neh..."
Awalnya dia tak pernah terang-terangan memajang baju hasil desainnya. Dia cuma suka menyinggung atau menceritakan di blognya bila dia sedang belajar mendesain dan membuat butik kecil-kecilan. Kadang satu dua desainnya dia pajang tapi bukan untuk ditawarkan, melainkan hanya minta saran ke teman, "ini bagus ga ya..?"
Ketika sudah mulai banyak teman yang bilang tertarik, barulah dia memajang produknya. Tapi itu tidak merubah pola ngeblognya. Dia tetap berceloteh dan saling sapa dengan teman, tidak kemana-mana hanya untuk nawarin barang.
Setelah merasa memiliki nama dan kepercayaan dari konsumen, barulah dia membuat sebuah website yang khusus memajang produk. Ini strategi jitu menurutku. Ketika merk mulai berkembang, perlu website dengan domain tersendiri agar punya nilai lebih dimata konsumen. Masa mengaku butik bonafit, tapi pakai blog gratisan, bayar domain sendiri aja ga mampu.
Jadi bisa aku simpulkan, prioritas dan modal awal membuat sebuah toko online bukan pada tampilan web atau blog, SEO, atau content, tapi pada bagaimana kita bisa dikenal orang dan orang mau percaya kepada kita. Bila itu sudah didapat, baru kita pikirkan website ekslusif dan promo di mesin pencarinya. Promo tahap awal lebih efektif dari mulut ke mulut di blog pertemanan.
Ada pengalaman lain..?
Dulu, ketika pertama kali akan membuka toko online, aku malah ingat tulisan di atas guestbook MPku, "pedagang dilarang masuk...!" Aku mencoba mencerna, kenapa aku tidak suka ada yang jualan di gesbuk padahal itu sah dan aku tidak dirugikan. Lalu di lain sisi, aku teringat seorang teman di MP yang telah lama punah, Lollytha. Dia jualan baju juga, tapi kenapa dulu aku menyukai dan menjadi teman akrab..?
Aku ingat pepatah Jawa lama yang mengatakan, "jeneng dulu baru jenang". Jeneng itu nama dan jenang itu makanan. Jadi yang penting adalah membuat nama, merk atau brand. Ketika kita sudah punya nama dalam benak konsumen, jenang atau pangan atau order akan datang dengan sendirinya.
Jadi aku pikir, itu kesalahan kebanyakan pedagang online pemula. Mereka terlalu tinggi melihat dirinya sendiri, melupakan bila dirinya belum punya nama. Cara berjualannya tentu saja beda dengan yang sudah besar semacam amazon atau ebay. Jual beli online beda dengan cara tradisional dimana pedagang dan pembeli bertemu, barang bisa dilihat, diraba, diterawang.
Calon pembeli tidak bisa melihat barang sesungguhnya dan harus mengirimkan sejumlah uang tanpa ada jaminan apapun kecuali janji barang dikirim setelah uang diterima. Poin pentingnya aku kira disitu. Perlu cara untuk meyakinkan calon pembeli bahwa kita bisa dipercaya. Pikirkanlah, ketika orang yang tidak dikenal, tidak pernah berinteraksi di blog, tahu-tahu nyelonong ke gesbuk nawarin barang dan mengharuskan kita kirim uang lebih dulu.
Aku mencoba belajar dari Lollytha. Dia membuat brand dengan santai tapi telak. Dia ngeblog sebagaimana biasa, cari kontak sebanyak-banyaknya, saling komen dan terus menyusun relasi yang baik. Kontak ratusan dan semua bisa akrab, itu modalnya yang utama. Beda dengan kebanyakan penjual saat ini. Pernah menyapa aja enggak, tahu-tahu nge add contact, habis itu ngacir lagi dan cuma nongol kalo nulis, "ada barang baru neh..."
Awalnya dia tak pernah terang-terangan memajang baju hasil desainnya. Dia cuma suka menyinggung atau menceritakan di blognya bila dia sedang belajar mendesain dan membuat butik kecil-kecilan. Kadang satu dua desainnya dia pajang tapi bukan untuk ditawarkan, melainkan hanya minta saran ke teman, "ini bagus ga ya..?"
Ketika sudah mulai banyak teman yang bilang tertarik, barulah dia memajang produknya. Tapi itu tidak merubah pola ngeblognya. Dia tetap berceloteh dan saling sapa dengan teman, tidak kemana-mana hanya untuk nawarin barang.
Setelah merasa memiliki nama dan kepercayaan dari konsumen, barulah dia membuat sebuah website yang khusus memajang produk. Ini strategi jitu menurutku. Ketika merk mulai berkembang, perlu website dengan domain tersendiri agar punya nilai lebih dimata konsumen. Masa mengaku butik bonafit, tapi pakai blog gratisan, bayar domain sendiri aja ga mampu.
Jadi bisa aku simpulkan, prioritas dan modal awal membuat sebuah toko online bukan pada tampilan web atau blog, SEO, atau content, tapi pada bagaimana kita bisa dikenal orang dan orang mau percaya kepada kita. Bila itu sudah didapat, baru kita pikirkan website ekslusif dan promo di mesin pencarinya. Promo tahap awal lebih efektif dari mulut ke mulut di blog pertemanan.
Ada pengalaman lain..?
Bagus juga buka toko online, musti punya ide yg super brilian..
BalasHapusHeee ini cuma pengalaman jaman jualan baju muslim di Jakarta dulu...
BalasHapusSekarang masih jalan bisnisnya..?? Gimana perkembangannya?
BalasHapusKan udah lama ditinggal pas dipindahin ke Jokja. Ini sekarang baru kepikiran pengen mulai lagi.
BalasHapusOoh.. aku dah lama gak tau soal itu. Mau mulai lagi dari awal? Nggak susah tuh?
BalasHapusbelum mikir mau bikin apa. bikin blognya dulu aja. tar kalo dah banyak pengunjung baru mulai jualan.
BalasHapuskl saya seh step by step dahulu..
BalasHapussaat ini belum ada barang yg di jual
*duh.. mental konsumtif ini harus di kurangi
masukan yg bagus
*termasuk obrolan di atas saya*
buat aku sih ngeblog dulu deh. mau langsung jualan juga bingung wong pembelinya aja belom ada. hehehe
BalasHapuskhan km udah jualan
BalasHapusjualan artikel
*top
kasi emo donk disini
kalo blog ini isinya bukan artikel, cuma celoteh ga sedap aja...
BalasHapusthanks,infonya sangat berguna dan blog anga memberi saya motivasi untuk terus mencari tambahan income di dunia online.
BalasHapussemangat dong, daripada iseng doang di internet
BalasHapusInfo menarik mas. Untuk teman-teman yang mau mulai bisnis online, ni ada website yang kasih toko online gratis : http://www.yoogho.com
BalasHapusWahhh ada nama saya disebut disini hehehehe ...makasih yah masih inget saya ..padahal saya ga aktif ϑî dunia maya lama juga loh ...:)
BalasHapushttp://olnixlolly.blogspot.com/