Beberapa waktu lalu ketika aku makan di Jl Gayam dengan istriku, aku memergoki pembantu di kantor sedang bergandengan mesra dengan karyawan produksi. Aku sebenarnya ga mau tau dengan urusan pribadi mereka. Aku cuma kepikiran bahwa mereka tidur di kantor walau punya kamar masing-masing. Tapi karena tukang yang lain atau pelukis yang juga tidur di kantor sering banget pulang, otomatis mereka jadi sering hanya berdua saja.
Dan istriku kemudian menelpon keluarga pembantuku itu. Ga bilang macam-macam sih, cuma disuruh nanya ke anaknya beneran ada cinta apa engga. Kalo iya, apa ga sebaiknya dinikahkan saja daripada terjadi sesuatu.
Kisah selanjutnya malah lain dari yang aku pikirkan. Pembantuku minta keluar pas lebaran kemarin, katanya disuruh bantu-bantu ibunya di warung. Tapi pas aku ketemu saudaranya, dia bilang kalo pembantuku itu tidak mau buru-buru menikah. Jadinya orang tuanya takut dan menyuruhnya ikut kakaknya kerja di Jakarta.
Sebulan pembantuku di Jakarta, dia nelpon istriku bilang tidak betah kerja disana dan ingin kembali ke Jogja. Walau kerjanya bagus, tapi tak mungkin aku memasukan karyawan yang baru saja keluar. Mungkin bener biaya hidup di Jakarta tidak sebanding dengan gajinya. Atau dia tidak kuat harus berjauhan dengan cowoknya aku tak tahu.
Dan seminggu lalu cowoknya minta ijin cuti 3 hari. Tapi sudah seminggu ini dia belum nongol juga di kantor. Aku telpon dan sms tidak direspon juga. Akhirnya aku minta tolong karyawan bagian produksi untuk nelpon. Dan ternyata dia sedang berkelana di Jakarta cari kerjaan.
Langsung deh kepikiran aku harus cari tukang lain neh. Aku malah jadi berburuk sangka kalo karyawanku tidak bakal balik lagi ke Jogja. Kalo sekedar mencari kerja aku kira dia bisa belajar dari tukang yang lain yang sebelumnya juga kerja di Jakarta tapi akhirnya enggan ke Jakarta karena memikirkan rasio biaya hidup dan penghasilan.
Paling-paling alasan utamanya ya mengejar cintanya kali. Seperti lagu dangdut aja yah. Rela menderita asal berdua...
Sebegitu dahsyatnya cinta...
Tapi kuharap dia menemukan cintanya dan pekerjaan yang lebih baik disana.
Walau tanpa pamit....
Dan istriku kemudian menelpon keluarga pembantuku itu. Ga bilang macam-macam sih, cuma disuruh nanya ke anaknya beneran ada cinta apa engga. Kalo iya, apa ga sebaiknya dinikahkan saja daripada terjadi sesuatu.
Kisah selanjutnya malah lain dari yang aku pikirkan. Pembantuku minta keluar pas lebaran kemarin, katanya disuruh bantu-bantu ibunya di warung. Tapi pas aku ketemu saudaranya, dia bilang kalo pembantuku itu tidak mau buru-buru menikah. Jadinya orang tuanya takut dan menyuruhnya ikut kakaknya kerja di Jakarta.
Sebulan pembantuku di Jakarta, dia nelpon istriku bilang tidak betah kerja disana dan ingin kembali ke Jogja. Walau kerjanya bagus, tapi tak mungkin aku memasukan karyawan yang baru saja keluar. Mungkin bener biaya hidup di Jakarta tidak sebanding dengan gajinya. Atau dia tidak kuat harus berjauhan dengan cowoknya aku tak tahu.
Dan seminggu lalu cowoknya minta ijin cuti 3 hari. Tapi sudah seminggu ini dia belum nongol juga di kantor. Aku telpon dan sms tidak direspon juga. Akhirnya aku minta tolong karyawan bagian produksi untuk nelpon. Dan ternyata dia sedang berkelana di Jakarta cari kerjaan.
Langsung deh kepikiran aku harus cari tukang lain neh. Aku malah jadi berburuk sangka kalo karyawanku tidak bakal balik lagi ke Jogja. Kalo sekedar mencari kerja aku kira dia bisa belajar dari tukang yang lain yang sebelumnya juga kerja di Jakarta tapi akhirnya enggan ke Jakarta karena memikirkan rasio biaya hidup dan penghasilan.
Paling-paling alasan utamanya ya mengejar cintanya kali. Seperti lagu dangdut aja yah. Rela menderita asal berdua...
Sebegitu dahsyatnya cinta...
Tapi kuharap dia menemukan cintanya dan pekerjaan yang lebih baik disana.
Walau tanpa pamit....
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih