Di saat hujan seperti ini, beberapa pedagang duren ikut berteduh di teras galeri. Kebetulan ada beberapa kursi panjang sebagai tempat nongkrong yang asik sambil ngopi. Dan entah bagaimana awalnya, jadinya ada dua orang yang berdebat tentang penglarisan dagangannya.
Yang satu mengatakan sowan ke kyai terkenal di daerah Magelang. Dan yang satu lagi mengaku hanya mengamalkan bacaan berbahasa jawa warisan dari leluhurnya. Yang agamis mengatakan itu dosa, karena doa yang sah harus ada dalam agama. Sedangkan yang satu bersikukuh bahwa Gusti Alloh bisa tahu permintaan manusia dalam bahasa apa saja. Walau aku kurang tertarik hal-hal semacam itu, tapi takut jadi berantem akhirnya aku ikut campur. Aku bilang semuanya benar, yang salah tuh aku yang tak mau berdoa...
Aku sendiri tak tahu kenapa orang mau berdebat tentang hal-hal yang pribadi seperti ini. Kalo sekedar diskusi, menurutku baik dan tak ada salahnya. Tapi memperdebatkan keyakinan, sampai kapanpun tak akan ada selesainya. Yang ada malah jadi musuhan dengan tetangga.
Walau tak menyalahkan, aku juga tak membenarkan ketika pedagang buah itu ngotot, bahwa yang diyakini temannya adalah mitos tradisi lama. Menurutku justru dia yang masih berpikir dengan otak tradisional. Sebagai manusia modern seharusnya kita bisa melihat, bahwa semua penemuan ilmiah berawal dari mitos. Seperti beberapa abad yang lalu Jules Verne dikecam karena pendapatnya tentang penerbangan manusia ke bulan padahal pesawat saja belum ditemukan. Pendapatnya dianggap mitos dan mimpi di siang bolong. Seperti sekarang kita bisa berceloteh dengan teman yang entah dimana hanya dengan duduk di depan monitor, dahulupun hanya mitos.
Mungkin ada yang ingat filmnya Clint Eastwood yang berjudul Firefox. Film yang mengisahkan agen rahasia Amerika yang mencuri prototipe pesawat Rusia yang paling canggih saat itu. Firefox bisa dikendalikan dengan perintah suara, tapi harus dalam bahasa Rusia. Saat film itu muncul, kemampuan teknologi Rusia dalam film itu dianggap hoax dan sekedar film hiburan semata, walaupun dikatakan diangkat dari kisah nyata.
Baru sekarang kita bisa mengatakan bahwa semua itu sangat mungkin. Semenjak Ericsson mengeluarkan hape tipe T29 yang dipromosikan dalam film James Bond, perintah suara sudah mulai digunakan masyarakat umum. Kalo dalam perkomputeran mungkin fungsi speech recognition dalam windows XP. kita tak perlu menekan tombol dan hanya cukup mengucapkan perintah saja. Hanya saja perintah tersebut harus dalam aksen tertentu oleh pengguna spesifiknya. Ketika orang lain akan menggunakan fungsi tersebut, dia harus mengkustomisasi ucapannya agar bisa berjalan sesuai maksudnya. Kalo tidak, jangan harap bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Kembali ke soal tukang buah.
Buat aku sendiri yang namanya doa, mantra dan semacamnya lebih besar unsur sugestinya. Ketika kita meyakini dengan haqul yaqin, air putih dibacain bismillah lalu ditiup bisa lebih manjur daripada obat dari dokter spesialis. Dan masalah ucapan atau doa dan tercapainya sebuah tujuan dari pembacaan doa itu berdasarkan keyakinan, hampir identik dengan radio kalo jaman sekarang. Keyakinan itu diperlukan agar muncul getaran frekuensi yang selaras. Sebagaimana radio, bisa berbunyi kan karena gelombang yang tepat dengan studio radionya.
Ketika seseorang berdoa dengan getaran hati yang tepat, interfrensi gelombangnya akan sampai kepada tujuan doanya. Itu sebabnya kenapa ada orang yang bisa berbuat sesuatu yang luarbiasa dengan membaca doa anu, sedangkan orang lain tidak walau membaca doa yang sama. Perlu kustomisasi dalam penggunaan voice command nya agar bisa dikenali sistem.
Jadi tak perlulah kita memvonis orang lain yang berkeyakinan beda dengan istilah mitos, musyrik, mantra setan atau sejenisnya. Karena doa adalah sugesti yang memerlukan keyakinan dan getaran hati secara spesifik dan tidak bisa disamaratakan untuk masing-masing orang. Yang penting usaha fisiknya. Sugesti doa diperlukan hanya untuk meyakinkan hati kita bahwa usaha fisik kita akan berhasil. Minimal kita tak akan langsung menyerah begitu menemukan kegagalan.
Jadi tidak ada doa yang mitos. Yang sekedar mitos adalah kesuksesan orang yang hanya berdoa tapi tidak mau usaha dan kerja keras. Kecuali bila kita diintervensi takdir. Halah, jadi plin plan...
Ilustrasi The Thinker
Karya Katirin
Tujuh Bintang Art Space
Yang satu mengatakan sowan ke kyai terkenal di daerah Magelang. Dan yang satu lagi mengaku hanya mengamalkan bacaan berbahasa jawa warisan dari leluhurnya. Yang agamis mengatakan itu dosa, karena doa yang sah harus ada dalam agama. Sedangkan yang satu bersikukuh bahwa Gusti Alloh bisa tahu permintaan manusia dalam bahasa apa saja. Walau aku kurang tertarik hal-hal semacam itu, tapi takut jadi berantem akhirnya aku ikut campur. Aku bilang semuanya benar, yang salah tuh aku yang tak mau berdoa...
Aku sendiri tak tahu kenapa orang mau berdebat tentang hal-hal yang pribadi seperti ini. Kalo sekedar diskusi, menurutku baik dan tak ada salahnya. Tapi memperdebatkan keyakinan, sampai kapanpun tak akan ada selesainya. Yang ada malah jadi musuhan dengan tetangga.
Walau tak menyalahkan, aku juga tak membenarkan ketika pedagang buah itu ngotot, bahwa yang diyakini temannya adalah mitos tradisi lama. Menurutku justru dia yang masih berpikir dengan otak tradisional. Sebagai manusia modern seharusnya kita bisa melihat, bahwa semua penemuan ilmiah berawal dari mitos. Seperti beberapa abad yang lalu Jules Verne dikecam karena pendapatnya tentang penerbangan manusia ke bulan padahal pesawat saja belum ditemukan. Pendapatnya dianggap mitos dan mimpi di siang bolong. Seperti sekarang kita bisa berceloteh dengan teman yang entah dimana hanya dengan duduk di depan monitor, dahulupun hanya mitos.
Mungkin ada yang ingat filmnya Clint Eastwood yang berjudul Firefox. Film yang mengisahkan agen rahasia Amerika yang mencuri prototipe pesawat Rusia yang paling canggih saat itu. Firefox bisa dikendalikan dengan perintah suara, tapi harus dalam bahasa Rusia. Saat film itu muncul, kemampuan teknologi Rusia dalam film itu dianggap hoax dan sekedar film hiburan semata, walaupun dikatakan diangkat dari kisah nyata.
Baru sekarang kita bisa mengatakan bahwa semua itu sangat mungkin. Semenjak Ericsson mengeluarkan hape tipe T29 yang dipromosikan dalam film James Bond, perintah suara sudah mulai digunakan masyarakat umum. Kalo dalam perkomputeran mungkin fungsi speech recognition dalam windows XP. kita tak perlu menekan tombol dan hanya cukup mengucapkan perintah saja. Hanya saja perintah tersebut harus dalam aksen tertentu oleh pengguna spesifiknya. Ketika orang lain akan menggunakan fungsi tersebut, dia harus mengkustomisasi ucapannya agar bisa berjalan sesuai maksudnya. Kalo tidak, jangan harap bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Kembali ke soal tukang buah.
Buat aku sendiri yang namanya doa, mantra dan semacamnya lebih besar unsur sugestinya. Ketika kita meyakini dengan haqul yaqin, air putih dibacain bismillah lalu ditiup bisa lebih manjur daripada obat dari dokter spesialis. Dan masalah ucapan atau doa dan tercapainya sebuah tujuan dari pembacaan doa itu berdasarkan keyakinan, hampir identik dengan radio kalo jaman sekarang. Keyakinan itu diperlukan agar muncul getaran frekuensi yang selaras. Sebagaimana radio, bisa berbunyi kan karena gelombang yang tepat dengan studio radionya.
Ketika seseorang berdoa dengan getaran hati yang tepat, interfrensi gelombangnya akan sampai kepada tujuan doanya. Itu sebabnya kenapa ada orang yang bisa berbuat sesuatu yang luarbiasa dengan membaca doa anu, sedangkan orang lain tidak walau membaca doa yang sama. Perlu kustomisasi dalam penggunaan voice command nya agar bisa dikenali sistem.
Jadi tak perlulah kita memvonis orang lain yang berkeyakinan beda dengan istilah mitos, musyrik, mantra setan atau sejenisnya. Karena doa adalah sugesti yang memerlukan keyakinan dan getaran hati secara spesifik dan tidak bisa disamaratakan untuk masing-masing orang. Yang penting usaha fisiknya. Sugesti doa diperlukan hanya untuk meyakinkan hati kita bahwa usaha fisik kita akan berhasil. Minimal kita tak akan langsung menyerah begitu menemukan kegagalan.
Jadi tidak ada doa yang mitos. Yang sekedar mitos adalah kesuksesan orang yang hanya berdoa tapi tidak mau usaha dan kerja keras. Kecuali bila kita diintervensi takdir. Halah, jadi plin plan...
Ilustrasi The Thinker
Karya Katirin
Tujuh Bintang Art Space
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih