Beberapa teman bertanya, kenapa tidak ada cerita tentang perayaan ulang tahun Citra tanggal 3 kemarin. Bukannya tidak ada cerita, tapi memang tidak ada acara apa-apa. Di keluargaku, tak pernah ada prosesi ambal warsa yang dibuat istimewa. Karena pada prinsipnya, hari-hari yang dijalani tetaplah sama. Berharap tentang masa depan tak perlu harus menunggu setahun sekali. Sekedar makan-makan, rasanya tiap ada kesempatan selalu jalan dan makan di luar. Apalagi mempertahankan acara tiup lilin. Wah kayak ritual babi ngepet saja, hahah...
Ulang tahun, menurutku bukanlah makan dan hura-hura. Bukan pula sebuah syukuran bila tak disatukan dengan acara instropeksi. Ritual ambal warsa lebih tepat bila dijadikan tolok ukur pencapaian target hidup dan mengevaluasi apa yang telah dijalani selama satu tahun berjalan. Aneh saja bila apa yang terjadi selama setahun tidak diaudit, tapi langsung seneng-seneng ngadain slametan.
Untuk Citra yang baru menginjak usia setahun, tentu saja aku tak bisa bicara banyak. Apanya yang harus disampaikan wong dia saja belum mudeng tentang baik dan buruk. Sekedar berharap tentang masa depan, tentu saja selalu ada. Aku tak berharap banyak apalagi yang muluk-muluk. Terlalu klise menginginkan panjang umur, murah rejeki, enteng jodoh, cakep, pinter, taat beragama dll dll. Cukup kuharapkan Citra jadi orang yang senantiasa beruntung dunya wal akhirat saja.
Aku tak akan terlalu banyak aku mengatur jalan kehidupannya. Cukup memberikan gambaran tentang baik dan buruk menurut norma yang berlaku. Tak perlu memaksanya untuk menjadi baik menurut satu pemahaman. Cukup mengajarkan bahwa semua pilihan hidup selalu ada konsekuensinya. Tak boleh lupa akan karma yang selalu ada. Memaksa anak mengikuti pola pikir orang tua, buatku sama saja memaksa waktu berputar balik ke masa lalu. Untuk bisa maju, justru orang tua yang harus mengikuti pemikiran anak. Karena anak adalah masa depan. Aku tak mau jadikan mereka tenggelam dalam bayang-bayang masa lalu orang tua.
Kutunggu saja Citra bisa belajar dewasa agar bisa memulai berpikir mandiri. Bisa memperhitungkan segala resiko atas semua pilihan hidupnya. Dan semua itu tak mungkin bisa didapat hanya dengan cara tiup lilin setiap tahun sekali.
Maafkan pemikiran ayah yang berbeda, nak
Kalopun harus ada ritual tiup lilin
Biar ibu saja yang nungguin
Sementara ayah dinas malam...
Ulang tahun, menurutku bukanlah makan dan hura-hura. Bukan pula sebuah syukuran bila tak disatukan dengan acara instropeksi. Ritual ambal warsa lebih tepat bila dijadikan tolok ukur pencapaian target hidup dan mengevaluasi apa yang telah dijalani selama satu tahun berjalan. Aneh saja bila apa yang terjadi selama setahun tidak diaudit, tapi langsung seneng-seneng ngadain slametan.
Untuk Citra yang baru menginjak usia setahun, tentu saja aku tak bisa bicara banyak. Apanya yang harus disampaikan wong dia saja belum mudeng tentang baik dan buruk. Sekedar berharap tentang masa depan, tentu saja selalu ada. Aku tak berharap banyak apalagi yang muluk-muluk. Terlalu klise menginginkan panjang umur, murah rejeki, enteng jodoh, cakep, pinter, taat beragama dll dll. Cukup kuharapkan Citra jadi orang yang senantiasa beruntung dunya wal akhirat saja.
Aku tak akan terlalu banyak aku mengatur jalan kehidupannya. Cukup memberikan gambaran tentang baik dan buruk menurut norma yang berlaku. Tak perlu memaksanya untuk menjadi baik menurut satu pemahaman. Cukup mengajarkan bahwa semua pilihan hidup selalu ada konsekuensinya. Tak boleh lupa akan karma yang selalu ada. Memaksa anak mengikuti pola pikir orang tua, buatku sama saja memaksa waktu berputar balik ke masa lalu. Untuk bisa maju, justru orang tua yang harus mengikuti pemikiran anak. Karena anak adalah masa depan. Aku tak mau jadikan mereka tenggelam dalam bayang-bayang masa lalu orang tua.
Kutunggu saja Citra bisa belajar dewasa agar bisa memulai berpikir mandiri. Bisa memperhitungkan segala resiko atas semua pilihan hidupnya. Dan semua itu tak mungkin bisa didapat hanya dengan cara tiup lilin setiap tahun sekali.
Maafkan pemikiran ayah yang berbeda, nak
Kalopun harus ada ritual tiup lilin
Biar ibu saja yang nungguin
Sementara ayah dinas malam...
amin Ya Rabb, moga sehat selalu,jadi anak soleh ya mas, kadang perayaan ultah jadi ajang gengsi orang tua semata, bersyukur citra memiliki orang tua dengan pemikiran bijak seperti mas..
BalasHapusada tapinya , hal terakhir itu tuh bikin ngakak ,udah serius2 aku baca eh ujungnya pas jaga lilin..hihihih bukannay skrng lilin sudah bisa digantikan dengan bluetooth atau wireless eheheh :p
Rupanya Citra kemarin genap berusia 1 tahun ya, pak? Selamat ultah deh buat Citra... semoga tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, sholihah dan menjadi kebanggaan semua orang. Amin...
BalasHapusBTW, seneng banget bisa mampir lagi disini setelah 2 bulan ngumpet di diklat hehehe. Semoga aja setelah jalan2 ke beberapa blog sahabat semangat ngeblogku bisa kembali lagi. :)
dinas malam? yang bener nih?
BalasHapusyah...
BalasHapusbiar tampil beda yg ptg tetap syg anak lah... :D
"Maafkan pemikiran ayah yang berbeda, nak
BalasHapusKalopun harus ada ritual tiup lilin
Biar ibu saja yang nungguin
Sementara ayah dinas malam..."
hahhaaa...ini maksudnya apaan ??
sekalian mengajarkan anak untuk sederhana sejak dini... (:
BalasHapustiup lilin = ritual babi ngepet, xixixi, aya2 wae
BalasHapusSelamat Ulang Tahun Citra, moga menjadi anak yang solehah, sehat, cerdas, senantiasa dalam limpahan rahmat dan karunia Allah swt, bisa membanggakan kedua orang tua, walau tanpa acara tiup lilin (yang penting hadiahnya aja ya.. :D) ^__^