21 Juni 2011

Ruyati, Manohara dan Priyono Nyoto

Membaca tulisan Anaz beberapa hari lalu tentang Ruyati dan Manohara yang sama-sama jadi korban di negeri orang, aku malah jadi ingat tulisan tentang Priyono Nyoto. Saat iseng-iseng buka statistik pengunjung di Blogger, baru kali ini satu tulisanku dibuka orang sampai lebih dari 300 kali dalam satu hari. Padahal itu hanya tulisan iseng yang ga jelas maksud dan tujuannya. Statistik kedatangan pengunjung menunjukan, sebagian besar sampai ke halaman itu dari google dengan keyword Priyono Nyoto. Padahal untuk tulisan yang bisa dibilang berguna semacam tutorial saja, pengunjungnya tak pernah sebanyak itu.

Aku melihat ada satu benang merah antara kontradiksi Ruyati dan Manohara dengan Priyono Nyoto. Walau ini bukan survai ilmiah, namun paling tidak bisa menggambarkan pemikiran sebagian dari kita akan suatu informasi. Minimal kita bisa menebak bahwa kebanyakan orang masih saja terbius oleh sesuatu yang berbau selebritas. Kita masih saja silau dengan ketenaran seperti halnya siaran berita di tipi seringkali kalah rating oleh tayangan impotaimen. Terbukti pula dari seorang Priyono Nyoto yang tak jelas arahnya, karena berbau-bau ketenaran dan sok artis, begitu banyak orang yang penasaran keluyuran di google.

Kalo dibilang masyarakat kita gampang iba oleh penderitaan orang lain, aku kira tidak. Penderitaan saudara-saudara kita lebih banyak tenggelam oleh glamornya kebobrokan kaum seleb. Lihatlah nasib Ruyati dan Ruyati lainnya yang benar-benar teraniaya. Karena jauh dari sentuhan seleb, saat beritanya muncul di tipi, hanya sebagian kecil saja yang mau tergerak hatinya walau hanya sekedar mendukung doa.

Pemerintah pun sama saja kalemnya bila berkaitan dengan orang kecil. Bagaimana bisa punya wibawa bila ada warganegaranya yang terancam, cuma bisa kirim utusan yang kayaknya cuma dijadikan kesempatan jalan-jalan keluar negeri. Tidakkah pejabat kita melihat bagaimana gigihnya pemerintah Philipina saat ada pahlawan devisanya yang diancam hukuman mati di Arab. Denda sekian milyar untuk pembebasan saja bisa mereka bayarkan walau dengan cara melobi pengusaha untuk membayarkan.

Ada juga fenomena dukungan masyarakat atas ketidakadilan seperti kasus koin Prita. Tapi sepertinya hanya itu saja yang terdengar gaungnya. Pernah juga marak gerakan sekian pesbuker mendukung anu. Waktu itu aku sempat berpikir, bahwa kepedulian sebagian dari kita kepada sesama sudah mulai bangkit. Namun tetap saja tak pernah bertahan lama sampai akhirnya gerakan-gerakan semacam itu makin jarang terdengar lagi.

Budaya semacam ini pada akhirnya suka dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki akses ke arah ketenaran. Salah satu contohnya ibunya Manohara. Saat meminta dukungan untuk anaknya yang konon kabarnya teraniaya "entah karena keinginan siapa", setiap hari dia berpenampilan alim, berkerudung, dan pamer air mata. Tapi setelah semuanya lewat, ibu dan anak sama gelonya  berpose setengah telanjang saat dugem.

Lebih parah lagi, budaya mencari dukungan dengan eksen teraniaya ini juga merambah ke petinggi negara. Presiden kok senengnya curhat, gaji gak naik, diancam, difitnah dan sebagainya. Padahal bukan suatu rahasia lagi, kalo curhatan selebritis plat merah justru menuai cemoohan.

Kapan kita mulai belajar peduli kepada orang lain karena mereka adalah manusia. 
Bukan karena mereka seleb atau tidak..?

6 comments:

  1. Priyono Nyoto aku malah gak tau, mau cari di google ah, mungkin malah balik ke blog ini lagi, hahaha

    BalasHapus
  2. Eh beneran mas, sekarang Manohara dan ibunya penampilannya spt itu? Trus bagaimana mereka membiayai hidup mereka yg spt itu ya? Aduh... aneh2 saja polah manusia..

    BalasHapus
  3. Aku kok gak pernah melihat statistikku ya? Jadi penasaran pengen ngecek juga nih.. :)
    BTW kalau postingan yg kini kira2 pengunjungnya banyak gak ya? Kan masih pakai nama Priyono Nyoto :p

    BalasHapus
  4. wah kok nggilani to kui Manohara and ibune
    Kebanyakan seleb klo lagi kena masalah ya pake kerudung, dah nda heran. Liat aja Persik, Jupe dan bahkan Malinda Dee. Pake kerudung smua klo lagi cari simpati. Yo wislah karep2e, malah bikin malu mereka sendiri klo kayak gitu.
    Moga 2014 nti ada calon presiden yg jauuuuhhh lebih baik lagi hehehe

    BalasHapus
  5. Aku mau pake kerudung juga kalo nilai ujianku jelek. Siapa tau dosennya kesiyan dan kasih aku ujian ulangan :D

    BalasHapus
  6. itu ibune manohara susune gede juga ya.

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena