Kantor pusat kasih deadline, pekerjaanku membangun infrastruktur IT selesai tanggal 15 Agustus. Rencanaku, pekerjaan jaringan di lapangan bisa selesai hari ini, agar masuk puasa aku tinggal kerjain server di ruangan. Walau pekerjaan bukanlah alasan sebagaimana musafir atau masalah kesehatan, tetap saja aku tak yakin bisa bertahan naik turun tower di bawah panas yang menyengat. Iklim yang tak menentu bisa membuat cuaca berubah-ubah cepat dalam waktu pendek antara panas terik dan hujan lebat.
Kondisi jalan antar site yang lebih pantas disebut kubangan sangat menghambat mobilitas. Jarak sekitar 35 kilo dalam kondisi normal harus ditempuh dalam waktu 2 - 3 jam. Bila hujan turun, bisa setengah hari aku drifting ala fast furius di atas lumpur. Apalagi kalo dikasih bonus tergelincir ke selokan, harus nginep sambil nonton kuntilanak hutan ngeceng pun tak bisa aku hindari. Lebih parah lagi, minggu-minggu terakhir ini banyak kendaraan 4WD yang masuk bengkel. Sehingga aku harus ikhlas menguatkan hati untuk offroad bermodal kijang. Pas dengan callsign di radio, "kijang satu, kijang dua kejang-kejang..."
Hambatan kedua, tenaga bantuan skill IT yang aku dapat dari Jakarta hanya untuk programmer dan analis. Untuk networking dan IT support di lapangan menggunakan tenaga lokal yang hanya bisa bantu optimal di pekerjaan instalasi saja. Setting-setting perangkat tetap saja harus turun tangan sendiri. Akibatnya harus mondar mandir ke masing-masing site setiap kali ada masalah saat sinkronisasi perangkat. Menugaskan helper untuk setting client lebih banyak menimbulkan masalah baru daripada menyelesaikan masalah.
Lebih susahnya lagi, sinyal hape di site susah banget sehingga kesulitan untuk membimbing mereka lewat telpon. Nebeng radio tambang juga susah, karena repeater selalu sibuk dan susah untuk dipinjam jalurnya terlalu lama. Baru ngomong sebentar, sudah ada sopir dump truck yang teriak-teriak susah diatur. Bagaimana bisa menang, cuma modal HT ditubruk pakai RIG. Yang ada malah jadi ngedumel di radio. "Kutu satu, kutu kupret memanggil..."
Melihat kondisi lapangan seperti ini, aku jadi kurang optimis bisa mengejar target waktu. Teman-teman bagian software sudah aku minta bersabar sampai server siap. Toh mereka chatting seharian juga ga akan ada yang negur. Bilang saja lagi coding. Aku rada kasihan ke pasukan di lapangan yang selalu nanya, bisa engga masuk bulan puasa tanpa berpanas-panas di tambang. Aku cuma bisa menjawab pendek.
"Ada berita baik dan buruk, mau tahu yang mana dulu..?"
"Kabar buruknya dulu deh..."
"Buruknya, sampai saat ini kita belum punya kabar baik..."
Selamat menunaikan ibadah puasa, bagi yang menjalankan...
Kondisi jalan antar site yang lebih pantas disebut kubangan sangat menghambat mobilitas. Jarak sekitar 35 kilo dalam kondisi normal harus ditempuh dalam waktu 2 - 3 jam. Bila hujan turun, bisa setengah hari aku drifting ala fast furius di atas lumpur. Apalagi kalo dikasih bonus tergelincir ke selokan, harus nginep sambil nonton kuntilanak hutan ngeceng pun tak bisa aku hindari. Lebih parah lagi, minggu-minggu terakhir ini banyak kendaraan 4WD yang masuk bengkel. Sehingga aku harus ikhlas menguatkan hati untuk offroad bermodal kijang. Pas dengan callsign di radio, "kijang satu, kijang dua kejang-kejang..."
Hambatan kedua, tenaga bantuan skill IT yang aku dapat dari Jakarta hanya untuk programmer dan analis. Untuk networking dan IT support di lapangan menggunakan tenaga lokal yang hanya bisa bantu optimal di pekerjaan instalasi saja. Setting-setting perangkat tetap saja harus turun tangan sendiri. Akibatnya harus mondar mandir ke masing-masing site setiap kali ada masalah saat sinkronisasi perangkat. Menugaskan helper untuk setting client lebih banyak menimbulkan masalah baru daripada menyelesaikan masalah.
Lebih susahnya lagi, sinyal hape di site susah banget sehingga kesulitan untuk membimbing mereka lewat telpon. Nebeng radio tambang juga susah, karena repeater selalu sibuk dan susah untuk dipinjam jalurnya terlalu lama. Baru ngomong sebentar, sudah ada sopir dump truck yang teriak-teriak susah diatur. Bagaimana bisa menang, cuma modal HT ditubruk pakai RIG. Yang ada malah jadi ngedumel di radio. "Kutu satu, kutu kupret memanggil..."
Melihat kondisi lapangan seperti ini, aku jadi kurang optimis bisa mengejar target waktu. Teman-teman bagian software sudah aku minta bersabar sampai server siap. Toh mereka chatting seharian juga ga akan ada yang negur. Bilang saja lagi coding. Aku rada kasihan ke pasukan di lapangan yang selalu nanya, bisa engga masuk bulan puasa tanpa berpanas-panas di tambang. Aku cuma bisa menjawab pendek.
"Ada berita baik dan buruk, mau tahu yang mana dulu..?"
"Kabar buruknya dulu deh..."
"Buruknya, sampai saat ini kita belum punya kabar baik..."
Selamat menunaikan ibadah puasa, bagi yang menjalankan...
Baiknya gak ada dong.... tetap bersyukur masih diberi kesehatan, kudoakan semoga semua lancar yaaa
BalasHapus"bebek satu, bebek dua tiga empat siyap dibakar..."
BalasHapusmet puasa my bro.. :)
Met puasa ya Mas, moga tetap optimis :)
BalasHapuslele satu lele dua,.. yang ketiga kabur,..
BalasHapusmet puasa kang,..
mohon maaf lahir bathin ya... mas Rawins
BalasHapussemoga amal ibadah kita semua diterima Allah SWT
semoga ketemu lagi dengan Ramadhan tahun depan
tetap semangat walaupun belum ada kabar baiknya
BalasHapusselamat berpuasa sambil berpanas panasan dan naik turun tower.
BalasHapuslho bukannya kalo deket menara atau pemancar gitu banyak sinyal ya pak? huehehehe
BalasHapus