Aku pikir, nephelomancy cuma ada di serial Avatar Last Airbender atau Harry Potter. Ternyata ada temen disini yang juga suka memperhatikan bentuk awan dan mencoba-coba mengaitkan dengan sesuatu. Nephelomancy sendiri merupakan ramalan yang memperhatikan bentuk awan untuk memperkirakan sesuatu yang akan terjadi. Namun bukan ramalan cuaca sebagaimana yang dilakukan BMKG. Apa lagi ramalan pra pernikahan.
Aku yang tak terlalu memikirkan mitos-mitos semacam itu, awalnya cuek bebek. Ketika ada teman lain yang gabung dan mulai membahas bentuk-bentuk awan, aku masih saja diam. Aku baru terusik ketika mereka mulai mengadudombakan mitos awan itu dengan masalah keyakinan. Mereka saling mengunggulkan kebenaran masing-masing keyakinannya bermodal gambar-gambar koleksi bentuk awan di letopnya. Aku tak habis pikir, ngapain beradu pendapat tentang satu hal yang sama dari dua sisi yang berbeda. Saling bersaing memamerkan bentuk awannya sebagai kebesaran Tuhannya masing-masing. Terganggu dengan bibit keributan yang ga perlu, aku potong saja mereka dengan dengan mempertanyakan, apakah kalo awannya berbentuk tulisan fakyu atau gambar kucing kawin itu bukan kebesaran Tuhan..?
Walau aku tak begitu percaya dengan mitos jadul, namun aku berusaha untuk menghormatinya. Biarpun kadang teramat bersebrangan dengan apa yang aku yakini. Karena yang namanya mitos tak akan pernah hilang dan selalu mengikuti perkembangan jaman. Tak perlu menganggap mitos hanya milik orang kampung dan menyebutnya sebagai klenik. Orang kota berpendidikan tinggi pun seringkali terbelenggu dalam lingkaran mitos dan selalu menciptakan mitos-mitos baru sesuai kecanggihan otak mereka.
Mitos jadul dan modern tetap berdasar pada kekuatan yang identik namun berbeda bentuk. Orang dulu selalu mengaitkan dengan hal gaib seperti Tuhan, malaikat, keramat, setan atau iblis sesuai kepercayaan mereka. Manusia modern pun tak pernah bisa lepas dari kegaiban baru yang disebut uang. Mengenai bentuknya, terserah keyakinan dia menjadikan uang itu sebagai tuhan atau setan. Yang jelas, mereka begitu mengagulkan kekuatannya.
Kenapa aku berusaha menghormati mitos jadul walau aku tidak mempercayainya, karena aku pernah merasakan akibatnya. Jaman masih suka keluyuran ke gunung dulu, pernah dikasih petuah oleh juru kunci saat akan naik gunung tugel. Ada mitos yang berlaku disana, bila kita menginjak kodok, maka kita akan dapat jodoh yang buruk rupa. Dari tiga orang yang mendaki, nasibku paling beruntung karena tak sampai menginjak kodok seperti temanku.
Waktu itu sih, mitos gunung tugel itu lewat begitu saja dan terlupakan. Namun saat acara reuni beberapa tahun kemudian, kenangan akan mitos kodok mendadak terungkap. Dua temenku itu ngajak ngobrol berbisik-bisik setelah mengenalkan istri masing-masing. Aku cuma tersenyum saja dan berusaha memberikan pemahaman bahwa istri kan bukan sekedar casing doang. Hatinya lebih penting kan..?
Namun bukan nasib baikku itu yang selalu jadi pikiran
Melainkan cerita istriku yang juga ngerti mitos itu
Soalnya dia juga pernah jalan-jalan kesana
Dan menginjak kodok...
Aku yang tak terlalu memikirkan mitos-mitos semacam itu, awalnya cuek bebek. Ketika ada teman lain yang gabung dan mulai membahas bentuk-bentuk awan, aku masih saja diam. Aku baru terusik ketika mereka mulai mengadudombakan mitos awan itu dengan masalah keyakinan. Mereka saling mengunggulkan kebenaran masing-masing keyakinannya bermodal gambar-gambar koleksi bentuk awan di letopnya. Aku tak habis pikir, ngapain beradu pendapat tentang satu hal yang sama dari dua sisi yang berbeda. Saling bersaing memamerkan bentuk awannya sebagai kebesaran Tuhannya masing-masing. Terganggu dengan bibit keributan yang ga perlu, aku potong saja mereka dengan dengan mempertanyakan, apakah kalo awannya berbentuk tulisan fakyu atau gambar kucing kawin itu bukan kebesaran Tuhan..?
Walau aku tak begitu percaya dengan mitos jadul, namun aku berusaha untuk menghormatinya. Biarpun kadang teramat bersebrangan dengan apa yang aku yakini. Karena yang namanya mitos tak akan pernah hilang dan selalu mengikuti perkembangan jaman. Tak perlu menganggap mitos hanya milik orang kampung dan menyebutnya sebagai klenik. Orang kota berpendidikan tinggi pun seringkali terbelenggu dalam lingkaran mitos dan selalu menciptakan mitos-mitos baru sesuai kecanggihan otak mereka.
Mitos jadul dan modern tetap berdasar pada kekuatan yang identik namun berbeda bentuk. Orang dulu selalu mengaitkan dengan hal gaib seperti Tuhan, malaikat, keramat, setan atau iblis sesuai kepercayaan mereka. Manusia modern pun tak pernah bisa lepas dari kegaiban baru yang disebut uang. Mengenai bentuknya, terserah keyakinan dia menjadikan uang itu sebagai tuhan atau setan. Yang jelas, mereka begitu mengagulkan kekuatannya.
Kenapa aku berusaha menghormati mitos jadul walau aku tidak mempercayainya, karena aku pernah merasakan akibatnya. Jaman masih suka keluyuran ke gunung dulu, pernah dikasih petuah oleh juru kunci saat akan naik gunung tugel. Ada mitos yang berlaku disana, bila kita menginjak kodok, maka kita akan dapat jodoh yang buruk rupa. Dari tiga orang yang mendaki, nasibku paling beruntung karena tak sampai menginjak kodok seperti temanku.
Waktu itu sih, mitos gunung tugel itu lewat begitu saja dan terlupakan. Namun saat acara reuni beberapa tahun kemudian, kenangan akan mitos kodok mendadak terungkap. Dua temenku itu ngajak ngobrol berbisik-bisik setelah mengenalkan istri masing-masing. Aku cuma tersenyum saja dan berusaha memberikan pemahaman bahwa istri kan bukan sekedar casing doang. Hatinya lebih penting kan..?
Namun bukan nasib baikku itu yang selalu jadi pikiran
Melainkan cerita istriku yang juga ngerti mitos itu
Soalnya dia juga pernah jalan-jalan kesana
Dan menginjak kodok...
haduh...kodok. apa tau jadinya dong
BalasHapusMitos boleh percaya, boleh tidak B)
BalasHapuskok, kdok si,, hahaha,,,,,
BalasHapusberkunjung om
aah pernah denger ceritanya juga niih.. hahahaha... tentang injek kodok, cuman mikir aja sih, beneran ada kodok yaa di gunung tugel??..
BalasHapusah kalo saya punya temen kayak gitu, dibawa seneng aja sih.. yang baik-baik diambil, yang jelek-jelek jangan dipasang di muka :P
Hwadaa... Hahaha! Pantesan istri sampeyan dapet sampeyan, Mas!
BalasHapus*dikeplak*
Ass.wr.wb
BalasHapuskok baru tau ya ada mitos kodok? Kalo awan sih suka liat bentuknya saat kecil malam purnama...bentuknya unik tapi tanpa mitos bln ngerti..
Lha ini dia...sampyn bersyukur ndak nginjak kodok tp sang istri yg nginjak....wkwkwk. Tapi untung kodoknya ganteng hehehe...
salam sahabat
BalasHapusakhirnya jadi tahu mitos awan kodok yang belum saya tahu cewek yang disamping mas itu detailnya siapa hehehehe oot jadinya mas
nginjek kodok malah dapetnya si Mumet...wahahah...
BalasHapusjadi istrinya menginjak kodok ya? jadi skr??? :-D
BalasHapusnamanya juga kan mitos mas... 'kepercayaan yang salah'.. bukankah demikian mas..?!?! :) jadi ya buat apa juga mesti kita bersusah payah mempercayai yg seperti itu?!?!
BalasHapuskonon kalo kodok dicium jadi pangeran kok, hahahaha...
BalasHapusga percaya takhayul :D
BalasHapus