15 September 2011

Sulion Pancen Oye

Bolak-balik aku misuh-misuh tentang pelayanan Lion Air yang katrok dan jagoan delay, tapi setiap kali terbang pakenya itu-itu juga. Sudah diejek, tapi diembat juga. Atau kalo orang sunda bilang, "dipoyok dilebok..."

Kalo dulu, urusan tiket bisa cari sendiri sesuai budget akomodasi dari kantor. Sekarang semuanya diurus kantor dan karyawan tinggal terima beres. Payahnya, setiap kali terbang selalu dikasih tiket sulion entah apa pertimbangannya. Kalo dibilang murah, aku rasa engga. Karena di beberapa rute, Lion lebih mahal dibanding beberapa maskapai lain. Belum lagi kalo melihat kualitas pelayanannya.

Dalam seminggu ini saja aku 3 kali dibikin mangkel oleh si sulion ini. Ketika harus ke Jakarta kemarin, situasi di bandara Adi Sucipto luarbiasa penuhnya. Saat diumumkan ada penundaan selama tigapuluh menit, sebenarnya aku sudah ga terlalu peduli. Aku cuma ngikut saja antri di depan gate setengah jam setelah itu. Tapi sapa yang engga kesal. Tanpa ada pengumuman penambahan waktu tunda, gate baru dibuka satu jam setengah kemudian. Padahal ruang tunggu sudah kelebihan manusia sampai berjejalan. Kasihan ibu-ibu dan orang tua yang sudah telanjur berdiri di antrian, tak bisa duduk kembali karena jumlah kursi tunggu tak mencukupi.

Saat balik ke Jogja dua hari berikutnya, kasusnya beda lagi. Baru saja check in, petugasnya sudah menyuruhku buru-buru boarding. Aku sempat "ngahuleung" sesaat, mengingat penerbanganku masih setengah jam lagi. Ini diluar kebiasaan sulion yang jagonya telat. Apalagi di boarding pass aku harus nunggu di gate A2, tapi disuruh masuk ke gate A7. Sempat nanya apa bener penerbangan 564 tujuan Jogja, dijawab iya dan di beberapa petugas pemeriksaan aku selalu lolos. Di atas pesawat baru nemu masalah. Ada yang nomor kursinya sama dengan aku. Sebelum ngotot ala roy sukro, lihat dulu boarding pass penumpang lainnya. Dan jebulnya itu penerbangan 554, bukan 564...

Mangkel dengan kejadian beruntun itu, pas ke Jakarta lagi aku pilih naik kereta. Payahnya kereta api Jakarta Banjarmasin tidak ada, jadinya aku harus berurusan dengan sulion lagi. Kali ini beneran delaynya sesuai pengumuman. Diumumkan satu jam, pas enampuluh menit tet sudah disuruh boarding.

Segala tata urutan upacara beres, eh ga jalan-jalan juga tuh pesawat. Yang ada malah pilot kasih pengumuman kalo penerbangan ditunda sejam lagi. Memang ada sih hiburan daripada bengong. Karena kebetulan aku duduk di pintu darurat, dimana pramugari duduk manis di hadapanku. Tapi aku kan ga mau melanggar pesan ibue Citra yang meminta aku tidak nakal selama di pesawat.

Jadinya aku cuma bisa berdoa
Agar pesawatnya segera terbang
Atau pramugarinya mau nakalin aku...

7 comments:

  1. wahhhhhhhh gawat ini, ibuku mau balik ke Jogja. mbak belinya juga pasi silion Om. pas saya balik ke Bjmsn dulu juga delay, keknya emang sering gitu yah,

    BalasHapus
  2. hahaha....


    begitulah mas pelayanan di negara bernama indonesia

    BalasHapus
  3. aku lihat berita mulai okt-nov katanya kalau delay lebih dai 2 jam kita harus mendapat uang pengganti,entah benar atau tidak.
    saya belum pernah naik si singa ini mas, banyak yang mengeluhkan langganan delay, makanya pas mudik kemarin aku pilih penerbangan yang lain. semoga pernerbangan disini minim delay ya

    BalasHapus
  4. kantorku dulu jg langganannya Lion Air, temenku jg suka ngeluh hehe
    eh emangnya pramugarinya mau mas nakalin mas hehehe ;p

    BalasHapus
  5. boz naik sulionnya jangan dari Adi sucipto coba lewat lempuyangan, kali-kali nggak delay.,*kabooor. . .

    BalasHapus
  6. yg penting selamat dan ingat pesan ibunya Citra :D

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena