Menjelang balik ke Kalimantan kemarin, ibue Citra minta diantar ke Kebun Buah Mangunan. Ibue tahu informasi itu dari temennya yang kirim pete ke rumah. Katanya bukan beli, tapi dapat metik di Mangunan. Disana pengunjung bebas mau metik buah apa saja yang ada. Pikirku, mungkin semacam Taman Buah Mekarsari kalo di Jakarta.
Dari Jogja ga terlalu jauh, sekitar satu jam perjalanan. Paling enak ambil arah dari simpang depan terminal bus Giwangan. Lurus saja ke selatan menuju ke makam raja di Imogiri. Dekat-dekat Jogja memang tidak ada rambu penunjuk ke arah kebun buah, jadi ikuti saja papan penunjuk arah ke Imogiri. Mentok di pertigaan pasar Imogiri, ambil kiri masih ke arah makam. Di pertigaan dekat makam, terus saja lurus dan beberapa ratus meter akan nemu rambu penunjuk ke arah kebun buah. Selanjutnya, ikuti saja rambu-rambu yang ada di setiap persimpangan.
Jalanan setelah makam beraspal mulus dan pemandangannya sangat mengasikan. Tapi itu khusus buat penumpang. Karena sopir ga boleh ikut menikmati suasana pegunungan tanpa menghentikan kendaraan. Jalanan berkelak kelok naik turun kadang berbatas tebing dan jurang yang dalam. Hati-hati sekitar satu kilometer menjelang kebun buah, jalanan agak rusak dan menurun curam.
Tiket masuknya relatip murah, cuma 5 ribu per orang tanpa harus bayar parkir. Karena kemarin bukan hari libur, jadinya agak sepi. Cuma ada pengunjung beberapa biji, didominasi anak-anak muda saling berpasangan. Suasananya lumayan asik. Cuma memang pengelolaannya masih apa adanya. Jangan berpikir kondisinya seperti di Mekarsari. Walau menurut aku, bentuk dari kontur wilayahnya, kalo dikelola dengan baik ga kalah dengan Selecta Batu di Malang sana. Kalo di Kaliurang kita disuguhi view ke arah kota Jogja, di Mangunan kita bisa melihat suasana pegunungan yang masih asli dan asri.
Dari tempat parkir utama, kita bisa bawa kendaraan masuk sampai ke kolam renang dan tempat bermain anak-anak. Sayangnya saat itu lagi musim kering dan cuaca sangat panas. Sehingga aku ga tega melepas Citra di playground. Kalo saja lingkungan sekitar situ dibuat lebih rimbun, tentu akan lebih seep lagi.
Di tempat parkir playground, petugasnya kadang ngasih tahu kalo ke mau naik ke puncak, kendaraan bisa dibawa. Kalo pake sepeda motor sih ga masalah, daripada jalan kaki mendaki. Tapi kalo pake mobil, cek dulu nyali masing-masing. Karena jalannya sempit, cuma cukup untuk satu mobil dan sangat curam. Selalu antisipasi kalo-kalo ada kendaraan dari arah berlawanan, karena dijamin bakal kesulitan bila salah satu harus mundur. Ga cuma sopir, penumpangnya juga harus ditanya kadar adrenalinnya. Jangan sampe kaya aku kemarin. Sopirnya santai, penumpangnya yang ribut teriak-teriak.
Sampai di puncak, mobil di parkir saja di samping pendopo. Disitu memang ada tulisan pake papan bertulis "parkir" berikut tanda panah ke arah gardu pandang. Karena ternyata, disitu untuk parkir motor doang di sela-sela pepohonan. Kalo nekat bawa mobil kesana, bakal kecele susah baliknya.
Cuma sayang, yang berbuah saat itu cuma jambu air doang. Padahal sepanjang jalan ibue sudah membayangkan bakal pesta duren. Payahnya, jambu airnya kecut dan sepet. Jadinya cuma bisa jalan-jalan doang sambil berharap suatu saat bisa kemari lagi saat penuh buah-buahan. Walau katanya cuma boleh makan sepuasnya dan ga boleh dibawa pulang.
Tapi kalo bener harus dimakan disitu
Waktu panen pete apa jengkol
Harus bawa sambel dong..?
Dari Jogja ga terlalu jauh, sekitar satu jam perjalanan. Paling enak ambil arah dari simpang depan terminal bus Giwangan. Lurus saja ke selatan menuju ke makam raja di Imogiri. Dekat-dekat Jogja memang tidak ada rambu penunjuk ke arah kebun buah, jadi ikuti saja papan penunjuk arah ke Imogiri. Mentok di pertigaan pasar Imogiri, ambil kiri masih ke arah makam. Di pertigaan dekat makam, terus saja lurus dan beberapa ratus meter akan nemu rambu penunjuk ke arah kebun buah. Selanjutnya, ikuti saja rambu-rambu yang ada di setiap persimpangan.
Jalanan setelah makam beraspal mulus dan pemandangannya sangat mengasikan. Tapi itu khusus buat penumpang. Karena sopir ga boleh ikut menikmati suasana pegunungan tanpa menghentikan kendaraan. Jalanan berkelak kelok naik turun kadang berbatas tebing dan jurang yang dalam. Hati-hati sekitar satu kilometer menjelang kebun buah, jalanan agak rusak dan menurun curam.
Tiket masuknya relatip murah, cuma 5 ribu per orang tanpa harus bayar parkir. Karena kemarin bukan hari libur, jadinya agak sepi. Cuma ada pengunjung beberapa biji, didominasi anak-anak muda saling berpasangan. Suasananya lumayan asik. Cuma memang pengelolaannya masih apa adanya. Jangan berpikir kondisinya seperti di Mekarsari. Walau menurut aku, bentuk dari kontur wilayahnya, kalo dikelola dengan baik ga kalah dengan Selecta Batu di Malang sana. Kalo di Kaliurang kita disuguhi view ke arah kota Jogja, di Mangunan kita bisa melihat suasana pegunungan yang masih asli dan asri.
Dari tempat parkir utama, kita bisa bawa kendaraan masuk sampai ke kolam renang dan tempat bermain anak-anak. Sayangnya saat itu lagi musim kering dan cuaca sangat panas. Sehingga aku ga tega melepas Citra di playground. Kalo saja lingkungan sekitar situ dibuat lebih rimbun, tentu akan lebih seep lagi.
Di tempat parkir playground, petugasnya kadang ngasih tahu kalo ke mau naik ke puncak, kendaraan bisa dibawa. Kalo pake sepeda motor sih ga masalah, daripada jalan kaki mendaki. Tapi kalo pake mobil, cek dulu nyali masing-masing. Karena jalannya sempit, cuma cukup untuk satu mobil dan sangat curam. Selalu antisipasi kalo-kalo ada kendaraan dari arah berlawanan, karena dijamin bakal kesulitan bila salah satu harus mundur. Ga cuma sopir, penumpangnya juga harus ditanya kadar adrenalinnya. Jangan sampe kaya aku kemarin. Sopirnya santai, penumpangnya yang ribut teriak-teriak.
Sampai di puncak, mobil di parkir saja di samping pendopo. Disitu memang ada tulisan pake papan bertulis "parkir" berikut tanda panah ke arah gardu pandang. Karena ternyata, disitu untuk parkir motor doang di sela-sela pepohonan. Kalo nekat bawa mobil kesana, bakal kecele susah baliknya.
Cuma sayang, yang berbuah saat itu cuma jambu air doang. Padahal sepanjang jalan ibue sudah membayangkan bakal pesta duren. Payahnya, jambu airnya kecut dan sepet. Jadinya cuma bisa jalan-jalan doang sambil berharap suatu saat bisa kemari lagi saat penuh buah-buahan. Walau katanya cuma boleh makan sepuasnya dan ga boleh dibawa pulang.
Tapi kalo bener harus dimakan disitu
Waktu panen pete apa jengkol
Harus bawa sambel dong..?
Aku baru tahu ada kebun buah mangunan ini. Emang luas ya lahannya? Citra udah pinter manjat pohon belum ya?
BalasHapusjadi pengen ke sana *halagh, pengenan muluk
BalasHapusbah...bawa sambel buat manen jengkol...sekalian aja mas bawa juga dapur sama daging2an supaya bisa bikin semur jengkol disana :D
BalasHapusaku coba bayangin tanjakannya aja, securam apa? coba ada video/fotonya :D
BalasHapusooh kalau disini ada taman wisata matahari, dulunya bisa memetik buahsendiri tapi skr sudah tidak bisa lagi
BalasHapuscari tau mas musim panen buah biar klo kesana pas lagi banyak buah hehe
BalasHapusJudulnya di ganti Om... Kebun Jambu Aer Mangunan
BalasHapus