05 September 2011

Maap Instan

Seminggu hidup di jalanan, seminggu tak menyentuh blog, sebanyak itu pula tumpukan cerita yang bisa dijadikan kilas balik selama lebaran yang baru saja lewat. Yang pasti, lebaran tak lagi sepenuhnya menjadi Idul Fitri yang katanya penyempurna ibadah puasa. Silaturahmi berjalan ala kadarnya dan mulai pilih-pilih bulu. Hanya tetangga sebelah rumah dan orang tua yang dihormati saja yang disungkemin. 

Budaya gaul instan online sudah merambah ke kampung dan berlaku global termasuk ke sanak saudara. Saudara yang sebenarnya dekat namun rumahnya agak jauh saja mulai males mengunjungi. Cuma beda RW saja merasa cukup bermaafan melalui pesbuk atau dengan berkirim sms. Mendingan kalo sms itu dibuat secara ekslusif untuk orang per orang. Bagaimana bisa dikatakan menghargai, kalo pengirimannya dilakukan secara broadcast. Bikin satu sms lalu klik send all. Bak robot tanpa emosi sama sekali.

Sejak sms broadcast semacam itu merebak di masyarakat, aku tak pernah sekalipun terbawa arus. Buatku kata maaf itu bukan pada ucapan puitisnya, melainkan ungkapan sanubari yang tentunya tak bisa dilakukan borongan. Mungkin ini terlalu kejam. Tapi kenyataannya memang begitu. Sms broadcast masuk jarang aku hiraukan.

Aku lebih suka mengetik sms pendek ga puitis blas tapi memang sengaja aku buat untuk seseorang, daripada aku kirim ulang sebuah sms indah yang masuk untuk banyak orang. Kebiasaan semacam ini sudah aku lakukan sejak jaman kartu pos dulu. Aku lebih suka menggunting karton dan mencorat-coretnya pake spidol warna atau ditempelin rumput kering yang sederhana daripada beli hadiah atau kartu yang keren. Dalam rasaku, upaya bersusah payah lebih mencerminkan penghargaan kita kepada seseorang daripada dikonversi dengan nilai uang.

Tapi itu buat aku saja. Terserah orang mau anggap aneh atau tak bisa mengikuti jaman yang mana segalanya dinilai dengan uang. Biarpun kita selalu melihat kemasan dalam memilih sesuatu, namun buatku don't judge book by the cover tetap berlaku. Makanya kalo menerima sesuatu, aku selalu berusaha untuk melihatlah nilainya, bukan barangnya.

Lagian...
Kalo lihat barangnya yang ngasih
Bisa ditabok ibue tar...

 

14 comments:

  1. Sebetulnya, kalo aku nemu mesej-mesej broadcast itu, aku nggak pernah membacanya sampek selesai. Aku langsung loncat ke nama pengirimnya dan menandainya di catatanku sendiri "sudah-kirim-ucapan-lebaran".

    Menurutku, mesej-mesej broadcast itu cuman basa-basi.

    BalasHapus
  2. aku juga bgitu mas Rawins, ak g mau kyk gitu. Aku biasanya secara khusus ngetik ucapan ada orangnya, meski lama tapi lebih berarti aj menurutku..:)

    BalasHapus
  3. kalo malah tidak suka sms-an, jadi jika pakde merasa tidak bisa datang menemui orangnya , pakde pasti menelponnya, sehingga lebih sreg

    BalasHapus
  4. itu sodara Om yang di kampung halaman apa di kota Om? sayang sekali kalau budaya yang dulu2 malah luntur, ahhhhhhh semakin penasaran ama kondisi di Tulungagung sekarang :(

    BalasHapus
  5. suami saya juga sukanya begitu....nulis sms yang singkat2 tapi dr lubuk hati yg paling dalam....kalo aku kadang pake kata2 yang puitis tp dikirimnya tetap dari lubuk hati yang paling dalam......

    BalasHapus
  6. maap lahir batin -> singkat tapi khusus buat Om Rawins

    BalasHapus
  7. Halah... Citra itu megang patungnya gak sengaja disitu kang Rawins.. mana ya SMS dari hati buatku, hehehe... foto2nya di Google+ si Citra lucu banget... Maaf lahir batin lagi deh...

    BalasHapus
  8. karena sy capek ngetik...broadcast aja :D

    BalasHapus
  9. sekarang serba basa basi. makanya ada rasa terpaksa, kupikir yang penting semua sudah tak maapin kesalahannya, kecuali yang terus nyebelin.

    BalasHapus
  10. tidak special ya kalau pesannya di broadcast,lebih enak yg khusus

    BalasHapus
  11. Eh kirain yg instan dan banyak digemari itu mie aja, rupanya SMS instan juga banyak penggemarnya to? :p

    BalasHapus
  12. ya gitu deh, orang pengennya cepet langsung ada sesuatu yang menarik.. forward aja.

    tapi niatnya kan baik om..


    betewe, lama bener deh saya ngga mampir sini. Sekalian mumpung masih suasana idul fitri, mohon maaf lahir batin kalo selama ini banyak salah-salah komen dan tindakan yang tidak menyenangkan ^_^

    BalasHapus
  13. di sini selalu dapat istilah2 baru yg segar, seperti ungkapan baru "maaf instant"

    betul juga yah, minta maaf sekarang gampang banget, ga perlu ketemuan langsung

    BalasHapus
  14. meski saya suka kata2 puitis, tapi kalo kirim sms lebaran, isinya singkat2 aja, yg penting tulus ..

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena