Untuk urusan membentuk tim kerja, selama ini aku lebih mementingkan kekompakan daripada sekedar kemampuan. Pengalaman selama ini, dikasih pasukan orang-orang pinter tidak menjamin pekerjaan selesai tepat waktu. Kebalikannya saat dapatnya orang berskil pas-pasan, namun punya kemauan belajar keras dan bisa kompak, pekerjaan bisa segera kelar.
Sesuatu yang memang manusiawi banget. Ketika orang merasa punya kemampuan, dia seringkali merasa enggan bila pemikirannya ditentang. Sehingga apa yang menjadi target tim seringkali terlupakan oleh ego. Sudah beberapa kali aku aku mengalami bagaimana susahnya mengatur orang pinter untuk bekerjasama. Sepintas memang seperti kerja bareng, tapi yang terjadi sebenarnya adalah perang dingin saling sikut dari belakang.
Itulah sebabnya, setiap kali aku ditugaskan untuk membentuk tim kerja, aku selalu memilih sendiri orang-orangnya. Seperti pekerjaan pembangunan sistem komputerisasi dan jaringan di tambang sekarang ini. Dari awal aku ngotot ke HRD agar aku yang cari anggotaku atau aku pulang kampung saja daripada punya tim yang ga kompak.
Punya tim yang bisa cepat menyelesaikan pekerjaan ternyata tak sepenuhnya disukai oleh beberapa pihak. Karena kekompakan itu juga seringkali melebar keluar masalah tugas. Seperti ketika ada inspirasi yang tersumbat, seluruh pasukan satu komando bilang minta tiket pulang kampung. Dengan kondisi seperti ini, mau ga mau perusahaan jadi mikir panjang untuk mengabaikannya. Kejadiannya tentu akan berbeda, bila ada salah satu anggota yang egois tetap tinggal dengan bonus naik jabatan.
Menerima tim bentukan perusahaan, dari dulu masalahku cuma satu. Sekolahku yang STM saja tidak lulus suka dipermasalahkan secara diam-diam oleh mereka yang merasa dirinya berpendidikan tinggi. Orang-orang seperti itu kadang lupa bahwa segala teori yang didapat di sekolahan seringkali berbeda dengan kondisi di lapangan. Saat menemukan masalah, mereka suka kebanyakan wacana dan perhitungan di atas kertas yang susah dikompromikan dengan apa yang aku pernah temukan. Makanya aku lebih suka dengan orang tahu penyelesaian masalah walau tak tahu sama sekali dasar teorinya. Orang-orang semacam itu biasanya lebih terbuka pemikirannya dan bisa menerima jalan tengah yang diputuskan tanpa ngedumel di belakang.
Saat tim mulai tidak kompak dan pertentangan sering terjadi, persaingan pada akhirnya menjadi bumbu tak sedap yang menghambat pekerjaan. Dalam kondisi perang dingin seperti itu, bagaimana mungkin masalah besar bisa diselesaikan, bila yang kecil pun dibesar-besarkan untuk menonjolkan diri.
Mending kalo pekerjaannya bukan sesuatu yang beresiko tinggi. Aku pernah mengalaminya saat masih kerja di dinas gangguan PLN dulu. Ada orang baru yang sebenarnya pinter tapi terlalu banyak mengumbar teori masuk dalam timku. Entah apa motivasinya, dia seringkali nyelonong sendiri tanpa koordinasi. Beberapa masalah kecil yang terjadi, dia memang berhasil menuntaskannya secara cepat yang biasanya dilanjut dengan membusungkan dada saat evaluasi dengan pimpinan.
Sampai akhirnya ada kasus trafo yang terminalnya sudah membara tapi circuit breakernya tak mau trip. Karena memang ada SOP tentang pemadaman seminimal mungkin dalam setiap gangguan, aku perintahkan timku untuk bersiap tanpa bertindak terlebih dulu. Maksudku, aku akan ukur beban beberapa trafo di sekitar situ terlebih dulu agar bisa memindah beban sebelum memulai pekerjaan. Bagaimanapun juga memutus aliran listrik secara manual saat kondisi beban tinggi terlalu berbahaya. Dia ngeyel dengan itung-itungan yang aku tak mengerti sampai bisa memberikan batas waktu trafonya meledak bila tidak dimatikan dalam sekian menit.
Sudah aku perintahkan dia untuk menunggu sementara beberapa orang aku suruh mengukur beban dulu. Eh saat aku tinggal, dia nekat naik dengan perhitungan situasi masih dalam tahap aman. Baru saja aku kelar mengukur beban, dari radio ada panggilan darurat. Saat aku sampai ke lokasi, si tukang ngeyel itu lagi pecicilan sambil teriak-teriak minta tolong di atas tiang listrik. Rupanya saat dia naik, suhu trafo mendadak naik secara drastis. Karena gugup, saat mau turun menyelamatkan diri, sabuk pengamannya malah nyangkut. Untung timku bisa bergerak cepat membuka air break switch, sehingga aku tak harus melihatnya gosong terbakar. Dia selamat dan pekerjaan selesai. Tapi pas evaluasi bulanan, timku dapat raport merah. Karena membuka air break switch itu artinya memadamkan hampir seluruh kota.
Untung permohonanku dia dimutasi bisa disetujui pimpinan. Kalo engga, bisa jadi kalo ada kejadian yang sama di kemudian hari, aku harus gunakan kemampuan supranaturalku. Tak perlu pontang-panting kesana kemari dan cukup kasih instruksi lewat radio dari kantor. Yang kalo dibikin sinetron, teksnya kira-kira begini.
A : Kutu satu kutu kupret, bagaimana kondisi disana..?
B : Panas, pak. Trafonya hampir meledak. Saya ga bisa turun..
A : Jangan panik. Bisa buka tutup panelnya ga..? Kalo perlu bongkar paksa
B : Kalo dibongkar, nanti garansinya batal dong...
A : Semprul kronis, cepetan congkel pake obeng..!
B : Sudah, pak. Banyak kabel disini...
A : Potong kabel hitam dekat kamu tuh..!
B : Siap laksan.. prettt *komunikasi terputus...
A : Gimana sih, goblok diabisin sendiri. Potong kabel hitam tuh kabel di panel, bukannya kabel headset radio. Bawa hape gak dia..?
B : Halo, pak
A : Lama amat sih ngangkatnya, pake musik yuknowmisowel segala...?
B : Itu namanya RBT, pak. Gaul dong gauuul...
A : Gaul pala loe peyang. Udah kebelet dikecapin loe ya..?
B : Iya maap. Potong kabel hitam ya..? Sudah semua, pak..
A : Kok semua. Satu saja yang hitam...!
B : Kan gosong, pak. Semuanya hitam
A : Kalo kabel ke pompa putus, pendinginnya ga jalan, bego..!
B : Kalo begitu tekan F9 saja, pak. Biar diulangi dari save point
A : Ngaco, emangnya lagi main game..? Bentar lagi meledak, monyong..!
B : Trus harus gimana dong..?
A : Beneran kamu ga bisa turun dari situ
B : Suer, pak. Berani taruhan semua chip poker saya buat bapak kalo boong
A : Yaudah, kamu ikuti semua ucapan saya !!
B : Siap, pak. Buruaaan...
A : Ina…!!
B : Saya Budi, pak. Bukan Ina.."
A : Sialan, lo. Masih ngeyel juga..!!
B : Iya, pak. Ina...
A : Lilahi..!
B : Lilahi..
A : Wa ina Ilaihi rojiun..!!!
B : ??%%??**#..
Sesuatu yang memang manusiawi banget. Ketika orang merasa punya kemampuan, dia seringkali merasa enggan bila pemikirannya ditentang. Sehingga apa yang menjadi target tim seringkali terlupakan oleh ego. Sudah beberapa kali aku aku mengalami bagaimana susahnya mengatur orang pinter untuk bekerjasama. Sepintas memang seperti kerja bareng, tapi yang terjadi sebenarnya adalah perang dingin saling sikut dari belakang.
Itulah sebabnya, setiap kali aku ditugaskan untuk membentuk tim kerja, aku selalu memilih sendiri orang-orangnya. Seperti pekerjaan pembangunan sistem komputerisasi dan jaringan di tambang sekarang ini. Dari awal aku ngotot ke HRD agar aku yang cari anggotaku atau aku pulang kampung saja daripada punya tim yang ga kompak.
Punya tim yang bisa cepat menyelesaikan pekerjaan ternyata tak sepenuhnya disukai oleh beberapa pihak. Karena kekompakan itu juga seringkali melebar keluar masalah tugas. Seperti ketika ada inspirasi yang tersumbat, seluruh pasukan satu komando bilang minta tiket pulang kampung. Dengan kondisi seperti ini, mau ga mau perusahaan jadi mikir panjang untuk mengabaikannya. Kejadiannya tentu akan berbeda, bila ada salah satu anggota yang egois tetap tinggal dengan bonus naik jabatan.
Menerima tim bentukan perusahaan, dari dulu masalahku cuma satu. Sekolahku yang STM saja tidak lulus suka dipermasalahkan secara diam-diam oleh mereka yang merasa dirinya berpendidikan tinggi. Orang-orang seperti itu kadang lupa bahwa segala teori yang didapat di sekolahan seringkali berbeda dengan kondisi di lapangan. Saat menemukan masalah, mereka suka kebanyakan wacana dan perhitungan di atas kertas yang susah dikompromikan dengan apa yang aku pernah temukan. Makanya aku lebih suka dengan orang tahu penyelesaian masalah walau tak tahu sama sekali dasar teorinya. Orang-orang semacam itu biasanya lebih terbuka pemikirannya dan bisa menerima jalan tengah yang diputuskan tanpa ngedumel di belakang.
Saat tim mulai tidak kompak dan pertentangan sering terjadi, persaingan pada akhirnya menjadi bumbu tak sedap yang menghambat pekerjaan. Dalam kondisi perang dingin seperti itu, bagaimana mungkin masalah besar bisa diselesaikan, bila yang kecil pun dibesar-besarkan untuk menonjolkan diri.
Mending kalo pekerjaannya bukan sesuatu yang beresiko tinggi. Aku pernah mengalaminya saat masih kerja di dinas gangguan PLN dulu. Ada orang baru yang sebenarnya pinter tapi terlalu banyak mengumbar teori masuk dalam timku. Entah apa motivasinya, dia seringkali nyelonong sendiri tanpa koordinasi. Beberapa masalah kecil yang terjadi, dia memang berhasil menuntaskannya secara cepat yang biasanya dilanjut dengan membusungkan dada saat evaluasi dengan pimpinan.
Sampai akhirnya ada kasus trafo yang terminalnya sudah membara tapi circuit breakernya tak mau trip. Karena memang ada SOP tentang pemadaman seminimal mungkin dalam setiap gangguan, aku perintahkan timku untuk bersiap tanpa bertindak terlebih dulu. Maksudku, aku akan ukur beban beberapa trafo di sekitar situ terlebih dulu agar bisa memindah beban sebelum memulai pekerjaan. Bagaimanapun juga memutus aliran listrik secara manual saat kondisi beban tinggi terlalu berbahaya. Dia ngeyel dengan itung-itungan yang aku tak mengerti sampai bisa memberikan batas waktu trafonya meledak bila tidak dimatikan dalam sekian menit.
Sudah aku perintahkan dia untuk menunggu sementara beberapa orang aku suruh mengukur beban dulu. Eh saat aku tinggal, dia nekat naik dengan perhitungan situasi masih dalam tahap aman. Baru saja aku kelar mengukur beban, dari radio ada panggilan darurat. Saat aku sampai ke lokasi, si tukang ngeyel itu lagi pecicilan sambil teriak-teriak minta tolong di atas tiang listrik. Rupanya saat dia naik, suhu trafo mendadak naik secara drastis. Karena gugup, saat mau turun menyelamatkan diri, sabuk pengamannya malah nyangkut. Untung timku bisa bergerak cepat membuka air break switch, sehingga aku tak harus melihatnya gosong terbakar. Dia selamat dan pekerjaan selesai. Tapi pas evaluasi bulanan, timku dapat raport merah. Karena membuka air break switch itu artinya memadamkan hampir seluruh kota.
Untung permohonanku dia dimutasi bisa disetujui pimpinan. Kalo engga, bisa jadi kalo ada kejadian yang sama di kemudian hari, aku harus gunakan kemampuan supranaturalku. Tak perlu pontang-panting kesana kemari dan cukup kasih instruksi lewat radio dari kantor. Yang kalo dibikin sinetron, teksnya kira-kira begini.
A : Kutu satu kutu kupret, bagaimana kondisi disana..?
B : Panas, pak. Trafonya hampir meledak. Saya ga bisa turun..
A : Jangan panik. Bisa buka tutup panelnya ga..? Kalo perlu bongkar paksa
B : Kalo dibongkar, nanti garansinya batal dong...
A : Semprul kronis, cepetan congkel pake obeng..!
B : Sudah, pak. Banyak kabel disini...
A : Potong kabel hitam dekat kamu tuh..!
B : Siap laksan.. prettt *komunikasi terputus...
A : Gimana sih, goblok diabisin sendiri. Potong kabel hitam tuh kabel di panel, bukannya kabel headset radio. Bawa hape gak dia..?
B : Halo, pak
A : Lama amat sih ngangkatnya, pake musik yuknowmisowel segala...?
B : Itu namanya RBT, pak. Gaul dong gauuul...
A : Gaul pala loe peyang. Udah kebelet dikecapin loe ya..?
B : Iya maap. Potong kabel hitam ya..? Sudah semua, pak..
A : Kok semua. Satu saja yang hitam...!
B : Kan gosong, pak. Semuanya hitam
A : Kalo kabel ke pompa putus, pendinginnya ga jalan, bego..!
B : Kalo begitu tekan F9 saja, pak. Biar diulangi dari save point
A : Ngaco, emangnya lagi main game..? Bentar lagi meledak, monyong..!
B : Trus harus gimana dong..?
A : Beneran kamu ga bisa turun dari situ
B : Suer, pak. Berani taruhan semua chip poker saya buat bapak kalo boong
A : Yaudah, kamu ikuti semua ucapan saya !!
B : Siap, pak. Buruaaan...
A : Ina…!!
B : Saya Budi, pak. Bukan Ina.."
A : Sialan, lo. Masih ngeyel juga..!!
B : Iya, pak. Ina...
A : Lilahi..!
B : Lilahi..
A : Wa ina Ilaihi rojiun..!!!
B : ??%%??**#..
yang penting kerjjjjjjjjjjjjjjjjjaa sama.
BalasHapuskadang memang begitu yang pinter ga mau kalah yg bodo ga mau tau.
hahahah setuju ma Uda Baha Andes
BalasHapusyang pinter ma yg bodo saling melengkapi
pinter semua ya bingung, bodo semua juga tambah bingung :p
peace lah yao...
bener banget sob ,, kekompakan dalam dunia kerja,,apalagi yg pekerjan itu harus di kerjakan oleh beberapa org,,maka katakanlah sbg leader hrs pinter2 memilih teamnya,,gak penting pinternya tapi yg mau kerjasamanya,,dan bisa di arahkan,,kadang yg terlalu pinterpun jdnya suka jalan sendiri,, tdk mau di atur,,krn sy juga pernah mengalami,, kalo saya di dunia arsitekture..
BalasHapushahahaha.. boleh juga tuh obrolan di radionya.
BalasHapusApapun pilihannya (tim kerja) yang penting kerjaannya cepat kelar.
salam
heheheh mantap orang lapangannya. super konyol. heheh asik kalo kerja kayak gini. tiap hari tertawa terus. hehe
BalasHapuskerja memang musti kompak, jangan ada yg sok jagoan, nanti berabe
BalasHapusKerjasama and ingin selalu belajar jg menghargai pendapat orang lain walau dari bawahannya akan menjadikan sebuah tim yg tangguh, sukses slalu buat sobatku....
BalasHapusWakakakakakak...bang Rawins selalu menghibur di paragraf terakhir...*ketawa sampe nangis*
BalasHapusheem. yg penting kompak. waktu di atas orangnya lagi khilaf (maw pamer) pas udah ketauan bodohnya(disuruh nunggu kok nekat) malah tolong-tolong ya gtu deh (dunia yg kacau wee ew...)
BalasHapusduh kayaknya repot banget percakapannya,love,peace and gaul.
BalasHapushalo..halo...wah putus nih kayanya :-D
BalasHapusskenarionya, ckkckck... bisa dibikinin film nih...
BalasHapusyup. pemilihan tim itu ada seni tersendiri :)
BalasHapussetelah kompak akhir akhirnya kok inalilahi.....
BalasHapusladalah gimana akhirnya
yang namanya manusia, kalo udah ngomong masalah ego, memang gak ada yang mau ngalah. alangkah baiknya kalo kita yg mengalah lebih dulu. dan insya alloh dalam jangka pendek ada hikmahnya kok.
BalasHapusyang namanya manusia, kalo udah ngomong masalah ego, memang gak ada yang mau ngalah. alangkah baiknya kalo kita yg mengalah lebih dulu. dan insya alloh dalam jangka pendek ada hikmahnya kok.
klo aku gak suka sama tim kerja yg suka ngedumel hehe :p
BalasHapus