Saat pulang kampung kemarin, aku sempatkan waktu sejenak menengok bekas stasiun kereta di kampungku. Ada sedikit rasa sedih melihat tempat bermain di masa kecil yang tinggal sepotong dalam kondisi rusak parah itu. Bagaimanapun juga, stasiun kereta itu merupakan saksi bisu jaman keemasan kampungku di masa lampau.
Keberadaan tempat pemberhentian kereta yang lebih dikenal dengan nama stasiun Cilongkrang itu merupakan salah satu dari banyak bangunan peninggalan Belanda satu persatu mulai hancur tanpa perawatan. Dari puluhan bangunan bersejarah berarsitektur Eropa yang ada, hanya tinggal dua buah yang sampai kini terawat baik. Itupun sudah mulai tercemari modifikasi disana sini.
Kampungku dulu cukup maju dibanding daerah lain di sekitarnya. Jauh lebih maju dibanding daerah-daerah yang kini telah jadi kota. Saat kota-kota lain masih gelap gulita, kampungku sudah terang benderang teraliri listrik dari onderneming perkebunan karet. Ketika orang baru dengar yang namanya tipi, di pabrik sudah ada tipi umum yang setiap malam ramai pengunjung bak pasar malam. Untuk keperluan komunikasi, warga kampungku tak cuma mengenal surat pos dan telegram saja. Telpon onthel di pabrik karet boleh dimanfaatkan masyarakat sekitar.
Karena sarana transportasi darat masih teramat kurang dan jalanan yang ada juga aspalnya rusak, stasiun Cilongkrang menjadi tulang punggung angkutan massal yang murah meriah. Setiap menjelang jadwal kereta uap lewat, stasiun selalu penuh calon penumpang dan barang. Di luar jadwal kereta, stasiun juga ramai dimanfaatkan orang untuk jual beli di emplasemennya. Anak-anak masa itu pun suka bermain di stasiun dan petak umpet diantara gerbong yang berhenti.
Seiring pemindahan pabrik setelah privatisasi perkebunan dan dilebur kedalam PTPN, hiruk-pikuk manusia juga mulai meredup. Pasar yang biasanya selalu ramai juga menjadi sepi sampai akhirnya bubar sama sekali. Nasib stasiun kereta itu pun turut kehilangan pamor. Apalagi setelah kereta uap jurusan Banjar - Kroya dihapus, stasiun secara resmi ditutup oleh PJKA.
Dari keseluruhan bangunan stasiun, kini hanya tersisa bekas tempat penjualan karcisnya saja. Ruang tunggu dan lain-lainnya sudah lenyap, entah roboh entah dibongkar orang. Dari dua jalur rel yang ada, kini hanya tinggal satu jalur saja. Jalur lori ke arah pabrik karet pun sudah tak ada bekasnya sama sekali. Urat nadi transportasi kini beralih ke mobil angkutan, bus dan sepeda motor. Semua kejayaan kereta api dan stasiun Cilongkrang di masa lalu, akhirnya hanya tinggal kenangan.
Aku memang tak bisa mengeluhkan kemajuan jaman yang terus berkembang. Namun sebagai manusia, aku tetap butuh kenangan masa lalu. Sehingga tak jarang aku menyesali, kenapa bangunan-bangunan yang seharusnya menjadi cagar budaya tak dilestarikan untuk keperluan lain. Padahal dibanding gedung-gedung baru yang dibangun untuk perkantoran pemerintah misalnya, bangunan peninggalan Belanda itu jauh lebih kuat. Kenapa tidak itu saja dimanfaatkan dan justru dirobohkan.
Begitu dendam dengan sisa-sisa penjajah atau memang sengaja bangun baru agar dapat ngembat duit proyek sebenarnya..?
Keberadaan tempat pemberhentian kereta yang lebih dikenal dengan nama stasiun Cilongkrang itu merupakan salah satu dari banyak bangunan peninggalan Belanda satu persatu mulai hancur tanpa perawatan. Dari puluhan bangunan bersejarah berarsitektur Eropa yang ada, hanya tinggal dua buah yang sampai kini terawat baik. Itupun sudah mulai tercemari modifikasi disana sini.
Kampungku dulu cukup maju dibanding daerah lain di sekitarnya. Jauh lebih maju dibanding daerah-daerah yang kini telah jadi kota. Saat kota-kota lain masih gelap gulita, kampungku sudah terang benderang teraliri listrik dari onderneming perkebunan karet. Ketika orang baru dengar yang namanya tipi, di pabrik sudah ada tipi umum yang setiap malam ramai pengunjung bak pasar malam. Untuk keperluan komunikasi, warga kampungku tak cuma mengenal surat pos dan telegram saja. Telpon onthel di pabrik karet boleh dimanfaatkan masyarakat sekitar.
Karena sarana transportasi darat masih teramat kurang dan jalanan yang ada juga aspalnya rusak, stasiun Cilongkrang menjadi tulang punggung angkutan massal yang murah meriah. Setiap menjelang jadwal kereta uap lewat, stasiun selalu penuh calon penumpang dan barang. Di luar jadwal kereta, stasiun juga ramai dimanfaatkan orang untuk jual beli di emplasemennya. Anak-anak masa itu pun suka bermain di stasiun dan petak umpet diantara gerbong yang berhenti.
Seiring pemindahan pabrik setelah privatisasi perkebunan dan dilebur kedalam PTPN, hiruk-pikuk manusia juga mulai meredup. Pasar yang biasanya selalu ramai juga menjadi sepi sampai akhirnya bubar sama sekali. Nasib stasiun kereta itu pun turut kehilangan pamor. Apalagi setelah kereta uap jurusan Banjar - Kroya dihapus, stasiun secara resmi ditutup oleh PJKA.
Dari keseluruhan bangunan stasiun, kini hanya tersisa bekas tempat penjualan karcisnya saja. Ruang tunggu dan lain-lainnya sudah lenyap, entah roboh entah dibongkar orang. Dari dua jalur rel yang ada, kini hanya tinggal satu jalur saja. Jalur lori ke arah pabrik karet pun sudah tak ada bekasnya sama sekali. Urat nadi transportasi kini beralih ke mobil angkutan, bus dan sepeda motor. Semua kejayaan kereta api dan stasiun Cilongkrang di masa lalu, akhirnya hanya tinggal kenangan.
Aku memang tak bisa mengeluhkan kemajuan jaman yang terus berkembang. Namun sebagai manusia, aku tetap butuh kenangan masa lalu. Sehingga tak jarang aku menyesali, kenapa bangunan-bangunan yang seharusnya menjadi cagar budaya tak dilestarikan untuk keperluan lain. Padahal dibanding gedung-gedung baru yang dibangun untuk perkantoran pemerintah misalnya, bangunan peninggalan Belanda itu jauh lebih kuat. Kenapa tidak itu saja dimanfaatkan dan justru dirobohkan.
Begitu dendam dengan sisa-sisa penjajah atau memang sengaja bangun baru agar dapat ngembat duit proyek sebenarnya..?
Kayaknya memang pejabat suka memikirkan uang proyek. Apalagi reruntuhan bangunan belanda, kayu, tegel ada yang mau beli...Kayaknya memang pejabat suka memikirkan uang proyek. Apalagi reruntuhan bangunan belanda, kayu, tegel ada yang mau beli...
BalasHapusheehe ga tau deh mi...
Hapuskayaknya sih iya gitu
btw stasiunnya dmn tuh?
BalasHapusitu di foto
HapusCilongkrang tuch daerah Wanareja ya Mas? Kangen ma kereta uap yach?
BalasHapusiya betul yu...
HapusKalimat terakhir perlu direnungkan hehe.
BalasHapusTempat saya ada DAM yg sngt bermanfaat untuk pengairan sawah. Tp tak terurus dan jembatannya hampir putus. Menyedihkan
hehe emang negara yang aneh
Hapusapa pejabatnya ya..?
gila stasiunnya ud ga kerawat gitu..
BalasHapushabis manis sepah dicuekin, heheh
Hapuswah... pertama kali baca, udah kebayang mirisnya, soalnya di dukung ama foto yang sekedarnya banget... bikin prihatin... padahal judulnya keren lho... berhubung pengen tahu, stasiun2 yang ada di daerah...
BalasHapus^___^ aku jadi maklum banget lihat komen yang diatasku ini ^^
entahlah
Hapusbanyak cagar budaya yang dibiarkan runtuh disini
selain proyek...juga..dengan alasan tuntutan..zaman... kayane om.. sekarang ini banyak bangunan yang seharusnya menjadi cagar budaya malah diancurin..diganti yang baru..
BalasHapusiyo om
Hapusmiris emang tapi ga taulah
sayang ya knapa gak dilanjutkan saja jadi stasiun
BalasHapuspertimbangan ekonomi kayaknya bu
Hapussayang ya kalau bangunan tua, bersejarah dimusnahkan bgt saja
BalasHapusini indonesia raya bu
Hapuspadahal kalo dirawat bagus itu bisa jadi tempat wisata nambah penghasilan negara :P
BalasHapusnegara yang mana..?
Hapuspaling banyak yang ilang di jalan heheh
iya bisa jadi warisan sejarah nih. sayang ya ngak di rawat. hmmm
BalasHapusngabis abisin duit kali om
Hapusmasa lalu di indonesia seakan ingin dilupakan bahkan dihapus, banyak gedung tua di jakarta kini siap roboh karena diabaikan. sialan
BalasHapusindonesia lagi move on kali, om...
Hapuskadang saya juga mikir negara kita ini ga menghargai apapun yang dimiliki
BalasHapusdihargai om
Hapustapi wani piro..?
wah info bagus
BalasHapusiya kah..?
Hapuspejabat nggak mikir masa penjajahan (kwkkwkwk) pada korup.
BalasHapusbukan karena bagus tidaknya stasiun yang membuat kakak menulisnya, tapi karena kenangan di dalamnya. masa lalu kakak dengan stasiun. udah dech jadi ceriwis lgi q.
iya sih
Hapusaku juga suka mikir kenangan masa lalu disana
tapi duit kan lebih penting daripada masa lalu
Eh, itu gambar bekas stasiun? yang bener aja... #heran
BalasHapusemang bener kok bu...
Hapusini link dari kitlv foto cilongkrang antara tahun 1921-1927
BalasHapushttp://kitlv.pictura-dp.nl/all-images/indeling/detail/form/advanced/start/50?q_searchfield=tjiamis
sepertinya sudah aku bahas di jurnal lain, pak
Hapusterima kasih infonya
Sepur klutuk ge ilang mas. Jurusan kroya banjar, campuran barang karo penumpang. Ngangeni janjane lho.. Stasiun Cilongkrang+Sepur Klutuk tinggal kenangan. (sdnmadura07@gmail.com)
BalasHapusiyah
Hapusbikin nelangsa kalo inget masa lalu
tapi sudahlah. jaman kan tak boleh berhenti
Kidul rel tempat ku dilahirkan
BalasHapus