11 Februari 2008

Back To Adventure

Belakang STAIN Kartasura, minggu sore, hujan deres, medhang kopi, udud samsu, tongkrong di teras sambil ndlepus... puuusss...

Terbuka semua kenangan lama bersama seorang teman dan pasukan sampah sekitar 15 tahun yang lalu, saat hidup seperti tidak memiliki beban. Menghayati tepat falsafa
h lama "Mangan Ora Mangan Asal Kumpul.."

Kenyang perih dirasa bersama, baju basah kering di
badan, tidur beralas tenda berselimutkan kabut. Pokoke weees lah, pasukan nekat memang penuh kenangan. Nasi sebungkus buat kroyokan, sebatang rokok tapel koeda dikenyot se erte. Wah, benar-benar masa penuh kebersamaan. Apalagi pas Susilo nelpon ngajak tes fisik ke gunung lagi. Nyambangi Mbah Maridjan minta kekuatan biar masup tipi. Walah... keinginan kembali ke alam bebas makin meluap.

Kadang saya berpikir, kenapa sih saya begitu suka berpetualang..? Kenapa sih avonturir di alam bebas selalu jadi keinginan..? Apakah karena sejak SD saya sudah begitu memfavoritkan novel-novelnya Dr. Karl May..?

Bisa jadi sih.

Yang paling saya suka dari penulis Jerman yang tidak pernah mau disebut novelis adalah cintanya pada perdamaian dan anti rasis yang semuanya dibalut dal
am kisah petualangan setebal rata-rata 600 halaman tiap bukunya. Masa kecil saya begitu terinspirasi oleh tokoh Old Shatterhand dan Winnetou yang menjelajah prairie di benua Amerika. Kisah tentang Pelosok Balkan juga begitu lekat dalam ingatan saya.

Begitu masuk STM, penghayatan akan kehidupan di alam bebas makin meningkat tidak hanya sekedar menjelajah hutan-hutan di sekitar rumah saya dulu sambil cari kayu bakar. Saya mulai berkenalan dengan puncak-puncak pulau Jawa, menelusuri pesisir selatan dan menelusup goa-goa gelap hanya untuk mencari sesuatu yang saya sendiri tidak mengetahui maksudnya. Yang saya rasakan hanya satu, kedamaian. Yaaah... di alam bebas saya begitu damai.

Di saat masalah dan keruwetan hidup muncul, biasanya saya lari ke puncak gunung. Duduk sendiri di dalam sunyi, merenungkan bahwa betapa kecilnya saya di banding segala yang Tuhan ciptakan untuk manusia. Seringkali saya duduk di tebing yang menjulang atau di bibir jurang yang dalam hanya untuk mengingatkan diri sendiri, "bila Tuhan menghendaki kematian saya, akan sangat mudah bagi-Nya meruntuhkan gunung batu di atas saya. Sungguh saya tak punya apa-apa di hadapan ciptaan-Mu. Apalagi bila harus menghadap-Mu..."

Berjalan kaki keliling pulau Jawa atau menjelajah rimba hanya ditemani tas punggung dan sepatu PDL tentara sudah menjadi menu sehari-hari. Sampai akhirnya saya harus berhenti dari kehidupan itu ketika kodrat sebagai manusia yang harus melanjutkan keturunan musti dijalani.

Dan di saat kegagalan demi kegagalan
menjalani kodrat manusia normal itu datang silih berganti, saya begitu merindukan hadir kembali ke masa-masa itu. Cuma, kalau dulu saya benar-benar berjalan mengandalkan kedua kaki ditemani kantong minum dan sebilah sangkur di pinggang, sekarang saya berjalan hanya berada di kota saja menelusuri kehidupan jelata bertemankan sebuah HP GPRS dan koneksi internet. Dulu saat tersesat dan tak tahu arah, saya hanya mengandalkan naluri dan tanda-tanda yang alam berikan, paling banter dibantu meditasi, Kini Yahoo dan Google Earth yang banyak membantu. Perjalanan antar kota lebih sering dengan menumpang kendaraan umum. Entah karena saya sudah berubah atau mungkin sebagai pemanasan fisik mengingat saya sudah 10 tahun lebih tidak pernah berjalan jauh.

Pertemuan demi pertemuan dengan teman-teman bertualang dulu memang memiliki banyak makna. Yang saya lihat mereka memang sudah berubah menjadi manusia normal dengan keindahan keluarganya. Tapi tak ada satupun yang menyangkal bahwa mereka juga begitu merindukan masa lalu saat menjadi pasukan sampah. Saya pun begitu merindukan kehidupan seperti mereka, memiliki keluarga yang bahagia sebagaimana teman saya Kanthong.

Tapi agaknya keinginan itu harus saya tahan dulu sekuat tenaga. Biarlah saya kembali ke alam dulu. Mungkin akan banyak yang saya dapatkan disana. Semoga berarti bagi kehidupan saya selanjutnya...



Alam lalu... saya kembali ke pelukanmu...

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena