26 Februari 2008

Semangat Tetap Membara


Demi penghematan pengeluaran tim teknis khususnya untuk kebutuhan internet, alhamdulilah setelah lobi sana sini, akhirnya dapat bantuan berupa koneksi hotspot gratis. Cuma karena terbentur jarak sekitar seratus meteran dari lokasi hotspot, perlu dibantu dengan antena luar.

Alhamdulillah juga kalo akhirnya tim mendapat bantuan berupa radio wifi beserta antenanya dari Kang Boim juragan Giganet Sidareja. Entah karena belum pada mandi atau memang tidak boleh yang namanya perjuangan tanpa pengorbanan, yang pasti pada saat pasang antena hujan turun dengan derasnya. Radio Wifi turut kebanjiran. Itupun masih diganggu oleh telpon dan SMS yang tidak habis-habisnya.

Di tengah kegelapan dan hujan di atas atap akhirnya tim menyerah satu persatu diserang ngantuk, lelah, lapar dan enek bercampur menjadi satu. Semua dukungan teknis via telepon dan YM dari Kang Boim, Kang Ebeg  dan Mas Kanthong sepertinya sia-sia. IP radio tetap tidak terdeteksi. Mungkin gara-gara kehujanan atau malah kesambet, ya..? Walhasil, Efan malah maen game di letopnya dan Adi mendengkur dengan pulasnya...

Tapi belum pasrah juga. Pagi-pagi rencana ke Jakarta diundur, niatnya mau ke Solo dulu minta bantuan Mas Kanthong untuk ndetek IP radio, dengan pertimbangan bila gagal bisa ngembat radio lain yang ada, he he he...

Sayang cuaca ga juga mau kompromi. Hujan terus dari pagi, ada ibu kos nagih bayaran yang nunggak 7 bulan, pedalaman yang sampai 2 hari ga ganti karena ditinggal di beskem dan banyak lagi hambatan datang silih berganti tak menyurutkan semangat. Habis dhuhur, saya dan Adi nekat berangkat ke Solo menggunakan sepeda motor menerobos hujan.

Eh, sebel engga sih. Nyampe di Solo, cuma dicolok sekali tombol resetnya, IP langsung kedetek. Padahal sejak semalam udah dicolok-colok berulang kali dengan berbagai cara dan sarana yang ada, cuma pake linggis dan martil aja yang belom dicoba.
Kenapa ya..?
Engga Bismillah apa ya...?

Pulang lagi ke Jokja masih berhujan ria. Cuma rada mending karena perut sudah terisi dimasakin sama ibunya Fathin. Tengkyu, mbak... Terima kasih juga buat bekal pisang rebusnya... Cuman sayang pisang satu keresek diabisin sama Adi sendirian. Onet loe..

Nasiiib...




0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena